Herman Johannes - Penemu Tungku Berbahan Bakar Briket Arang Kayu dan Dedaunan


HERMAN JOHANNES - Penemu Tungku Berbahan Bakar Briket Arang Kayu dan Dedaunan

Benda itu mengusung nama B3. Tapi ia bukan limbah beracun dan berbahaya. Justru banyak guna serta ramah lingkungan. Itulah tungku B3 (biomassa, bioarang dan biogas) temuan Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (1961-1966). Bahan bakarnya briket arang dari potongan kayu dan dedaunan. Tapi apinya panas sekali, tak kalah dengan kompor gas.

Tungku B3 dikembangkan oleh ayah presenter berita Helmi Johannes ini pada awal 1980-an. Herman --meninggal pada 1992 dalam usia 79 tahun—berprinsip, apapun yang dikembangkan harus membantu ekonomi kecil. “Pemikirannya sederhana, bagaimana rakyat kecil tidak keluar uang untuk membeli minyak tanah sebagai bahan bakar”, kata Robby, menantu sekaligus asisten Herman.

Nah, jadilah Herman, mantan Menteri Pekerjaan Umum (1950-1951) ini, berkutat mengembangkan bahan bakar murah dan tidak merusak lingkungan. Ayah empat anak yang hidup sederhana itu mengumpulkan limbah organik seperti potongan kayu, ranting, daun-daunan, batang jagung dan alang-alang. Bahan eceng gondok pun jadi. Inilah yang ia sebut biomassa. Setelah itu dilakukan proses pirolisis, yaitu pembakaran tanpa udara.

Pembakaran dilakukan dalam drum dengan membuat lubang kecil untuk mengeluarkan asap. Jika asap hitam keluar, berarti bahan-bahan tersebut telah menjadi karbon atau disebut bioarang. Bioarang ditumbuk dan dibentuk sesuai cetakannya, bisa kaleng biskuit atau anglo.

Tumbukan bioarang dipadatkan, bagian tengah dibuat lubang berbentuk silinder. Diameternya kira-kira 10 sentimeter. Briket arang tersebut siap digunakan. Caranya, dibakar di bagian tengah. Apinya tanpa asap! Sebab, asapnya turut menjadi bahan bakar. Apa yang dihasilkan inilah yang disebut biogas. Tungku B3 tak hanya bisa mengurangi ketergantungan rakyat pada minyak, juga sungguh ramah lingkungan. Tak perlu menebang pohon untuk mendapatkan biomassa.

Sumber: Majalah Gatra, Agustus 2004.

ANAK BANGSA BERKIPRAH DALAM DUNIA PENEMUAN