klasifikasi udang



Menurut Siswoyo (1989) udang diklasifikasikan sebagai berikut :

Pylum : Arthopoda

Sub Pylum : Mandibulata

Kelas : Crustace

Subv Kelas : Malacostrraca

Ordo : Decapoda

Sub Ordo : Natantia, Raptantia

PEMIJAHAN IKAN DENGAN SISTEM CANGKRINGAN

PEMIJAHAN IKAN
DENGAN SISTEM CANGKRINGAN


1. PENDAHULUAN

Hypofisasi adalah suatu metoda untuk mempercepat pematangan gonada
induk ikan agar berovulasi, yaitu dengan menyuntikan cairan kelenjar hypofisa
ikan donor ke dalam tubuh induk ikan yang akan dipijahkan. Sistem ini dikenal
dengan sistem pemijahan buatan, terutama untuk memijahkan jenis-jenis ikan
yang sulit berpijah (seperti: tawes, lele dumbo, grasscarp dll).

Akan tetapi di dalam sistem hypofisasi selalu diperlukan ikan donor (ikan mas)
yang harus dikorbankan untuk diambil kelenjar hypofisisnya. Oleh karena itu
untuk menghindarkan pengorbanan tersebut di BII Sentral Cangkringan telah
dikembangkan pemijahan ikan dengan "sistem cangkringan", yaitu cara
pemijahan dengan menggunakan ikan mas yang dipijahkan bersamaan di
dalam 1 (satu) bak dengan induk ikan lain yang sulit berpijah. Cara tersebut
digunakan untuk merangsang berpijahnya induk-induk ikan lain yang sulit
dipijahkan walaupun telah matang gonad.

Seperti telah diketahui bahwa ikan mas selain merupakan donor universal juga
dikenal sebagai ikan yang mudah berpijah. Oleh sebab itu dalam cara inipun
yang dipergunakan sebagai ikan donor adalah induk ikan mas.
Dengan "sistem cangkringan" ini, ikan mas tidak perlu dikorbankan, bahkan
selain induk ikan mas dapat dipergunakan untuk pemijahan beberapa kali, telur
yang dihasilkannya dapat ditetaskan sebagai hasil sampingan.






2. TEKNIK PEMIJAHAN
1) Tempat pemijahan dapat berupa kolam atau bak semen ukuran 10 x 5 1 m
yang pada bagian atasnya dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan
iar selama pemijahan berlangsung.

2) Tempat pemijahan harusdibersihkan dan dikeringkan.

3) Pada tempat pemijahan dipasang happa. Ukuran happa untuk pemijahan
ikan mas adalah 4 x 2 x 1 m; untuk ikan tawes adalah 2 x 1 x 1 m dan untuk
lele cukup 1 x 1 x 1 m.

4) Setelah pemasangan happa selesai, alirkan air ke tempat pemijahan hingga
tinggi air dalam happa kira-kira 20-30 cm.

5) Pilihlah induk ikan mas yang telah matang telur. Masukkan induk ke dalam
happa. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 2:1.

6) Untuk jenis ikan yang telurnya mempunyai sifat melakat/menempel maka di
dalam happa harus dipasang kakaban.

7) Masukkan induk-induk ikan lele dumbo, grasscarp, mola dll yang telah
matang telur ke dalam happa. Perbandingan indukjantan dan betina
tergantung dari jenis ikannya. Untuk ikan tawes perbandingan induk jantan
dan betina adalah 2:3 dan untuk ikan lele adalah 1:1.

8) Kemudian air dialirkan melalui pipa yang terletak di atas kolam sehingga air
masuk dalam tempat pemijahan seperti air hujan.




3. PROSES PEMIJAHAN

1) Jika induk yang dipilih benar-benar telah matangtelur, maka pada malam
harinya akan memijah.

2) Induk ikan mas akan memijah terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian ikan
lain akan terangsang untuk berpijah.



4. PENETASAN TELUR

1) Untuk telur-telur yang sifatnya melekat, cukup dibiarkan menetas dalam
happa.

2) Sedangkan untuk telur yang tidak melekat dapat ditetaskan pada corong
penetasan.

3) Tergantung dari jenis ikannya, beberapa hari kemudian telur akan menetas.
Kemudian larva-larva tersebut dapat dipindahkan dalam tempat (bak)
pendederan.



5. PENUTUP

Pada umumnya jenis-jenis ikan liar atau yang baru saja dijinakkan dari alam
sulit dipijahkan. Bahkan beberapa jenis ikan, seperti tawas, yang sudah lama
dikenal sebagai ikan budidayapun kenyataannya relatif sulit dipijahkan.
Tetapi setelah cukup lama dipraktekkan di BII Sentral Cangkringan, ternyata
sistem imbas dapat dipergunakan untuk mengatasi hal tersebut di atas.
Beberapa jenis ikan yang dapat dipijahkan dengan sistem cangkringan antara
lain adalah : tawes, grascarp, lele dumbo, dll.


6. SUMBER
Brosur Pemijahan Ikan dengan Cara Cangkringan, Proyek Infis, Dinas
Perikanan, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta, 1989.

budidaya belut di dalam drum

budidaya belut di dalam drum

mencari belut tidak usah susah-susah harus pergi ke sawah.
sekarang coba anda praktikan budidaya belut di dalam drum.
berbududaya belut di dalam drum mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
- tidak menggunakan areal yang luas
- modal sedikit
- mudah dalam pengontrolan

media budidaya dapat menggunakan drum plastik yang ujung atas nya terbuka. di bagian bawah drum di beri lubang untuk proses pembersihan. setelah drum disiapkan kemudian dimasukan jerami dan kemudian tanah. kondisi tanah disesuaikan dengan keadaan di habitnya belut di alam.


setelah media disiapkan kemudian masukan belut jantan dan belut betina jumlah nya 2 - 5 pasang.

pakan yang diberikan yaitu bisa keong mas, ikan rucah setelah kurang lebih 3 bulan belut akan berkembang biak dan siap untuk di panen

TRANSPORTASI BENIH



TRANSPORTASI BENIH





Letak panti benih dengan lokasi pembesaran biasanya sangat jauh sehingga dibutuhkan teknik pengiriman yang tepat agar benih dapat hidup sehat sampai tempat tujuan. Pengiriman benih-benih ikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.



Pengiriman benih dengan sistem terbuka biasanya diterapkan untuk transportasi jarak pendek, sedangkan sistem tertutup digunakan untuk transportasi jarak jauh. Pengiriman benih-benih ikan menggunakan kantong plastik yang dikemas dalam boks-boks merupakan cara transportasi tertutup.



Tingginya kepadatan ikan pada sistem transportasi akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya jenis ikan, umur ikan, ukuran ikan, ketahanan relatif, suhu air, lama pengangkutan, wadah dan alat transportasi, serta kondisi ikiim. Hal yang perlu diperhatikan dalam transportasi ikan hidup adalah cara menyediakan oksigen terlarut dalam media air selama transportasi. Ikan-ikan dalam media transportasi tersebut akan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air.



Kondisi air transportasi ini dipengaruhi oleh suhu air, pH, dan kandungan karbondioksida (CO2). Karbondioksida ini merupakan senyawa yang diproduksi dari basil respirasi ikan dan merupakan racun yang potensial bagi ikan. Karbondioksida akan mempengaruhi keasaman air sehingga menurunkan pH air. Tingginya kandungan karbondioksida dibarengi dengan turunnya pH akan lebih berbahaya terhadap kelangsungan hidup ikan. Dalam air pemeliharaan, oksigen terlarut tanpa batas sehingga ikan berada dalam keadaan rileks dan hanya mengonsumsi dan memerlukan oksigen pada tingkat minimal. Namun, sebaliknya bila ikan dalam keadaan ditransportasikan akan menjadi stres akibat guncangan sehingga ikan memerlukan oksigen maksimal.



Transportasi terbuka dengan jarak pendek kurang dari 3 jam waktu yang dibutuhkan untuk menempuh tempat tujuan dapat menggunakan wadah yang sederhana, sedangkan untuk jangka waktu lebih lama diperlukan alat-alat khusus. Wadah-wadah yang akan digunakan sebagai alat tranportasi ikan hidup harus dipilih yang terbuat dari bahan-bahan yang tahan mempertahankan suhu. Wadah drum dari plastik yang dipasang di kendaraan transportasi dan dipasok oksigen dari kompresor akan lebih baik dibanding jika wadah terbuat dari bahan logam. Untuk transportasi yang jaraknya lebih jauh, wadah-wadah yang dipasang di kendaraan transportasi lebih baik dilengkapi dengan sistem sirkulasi, tabung oksigen sehingga dapat memperbanyak daya tampung benih yang ditransportasikan. Sebaiknya pada sistem transportasi ini dilakukan pada malam hari.



Transportasi tertutup menggunakan kantong plastik yang dipasok oksigen sudah umum dilakukan. Sistem ini digunakan juga untuk pengiriman ke luar negeri dengan pesawat terbang. Pengemasan benih-benih ikan dilakukan dengan kantong plastik rangkap, tetapi sekarang sudah ada kantong-kantong plastik atau dari silikon tebal dan khusus digunakan untuk transportasi ikan hidup. Penurunan suhu media air transportasi biasanya dilakukan pada sistem transportasi. Tujuan menurunkan suhu air ini adalah untuk mengurangi aktivitas metabolisme ikan sehingga daya tampung akan lebih besar.



Dari hasil percobaan pada ikan kerapu lumpur, penurunan suhu mencapai 17°C dapat meningkatkan daya tampung benih ikan sebesar 33% dibandingkan bila tanpa penurunan suhu untuk pengangkutan selama 48 jam. Di samping itu, penggunaan bahan kimia dapat diaplikasikan untuk mengurangi metabolisme ikan dalam media air transportasi. Cara kerja bahan-bahan kimia tersebut bila larut dalam air akan mengecilkan laju aktivitas respirasi ikan sehingga meningkatkan jumlah ikan per volume air. Sebagai contoh, bahan kimia "Thiourasil" pada kadar 388 ppm menurunkan konsumsi oksigen kurang lebih 20% dan tampaknya meningkatkan kemampuan ikan untuk melawan konsentrasi oksigen rendah. Contoh lain yaitu "Sodium amysal" dan "Sodium seconal" dapat mengangkut tiga kali lipat dari daya tampung.



Benih-benih kerapu Lumpur yang siap ditransportasikan



Sebelum diangkut, ikan-ikan harus dipuasakan dahulu agar saluran pencernaan menjadi kosong. Dengan demikian, jumlah kotoran (feses) akan berkurang sehingga akan menghambat penurunan kualitas air media transportasi. Ikan dipuasakan selama dua hari sebelum ditransportasikan. Hal ini sudah menjadi tradisi bagi para pelaku transportasi ikan hidup.

Pengangkutan dalam bentuk telur atau larva dapat juga diterapkan untuk jenis ikan tertentu. Pengangkutan telur ikan yang mempunyai sifat terapung seperti ikan kakap dan kerapu dapat juga dilaksanakan dengan transportasi tertutup. Namun, jangka waktu transportasi telur ikan harus memperhitungkan waktu inkubasi telur. Hal ini untuk mencegah penetasan larva selama dalam perjalanan transportasi. Penurunan suhu media air dapat memperlambat perkembangan embrio telur sehingga masa inkubasi dapat diperpanjang. Ikan kakap putih dalam bentuk larva dapat ditransportasikan, tetapi untuk larva jenis ikan kerapu tampaknya sulit sebab larva ikan kerapu lebih mudah stres terhadap perlakuan fisik. Contoh kepadatan larva dalam kantong media air transportasi dapat dilihat dalam Tabel 5.





TABEL 5. KEPADATAN LARVA IKAN KAKAP PUTIH PADA TINGKAT UMUR UNTUK TRANSPORTASI



Umur (hari) Kepadatan (perliter air media)



Umur (hari)

Kepadatan (perliter air media)

1 – 7

8 – 15

16 – 23

24 - 30

30 – 40

15 – 20

5 – 10

2 - 5













salah satu pengemasan pada transportasi tertutup





















PENDEDERAN IKAN LAUT

PENDEDERAN


Tahap pendederan adalah tahap pemeliharaan benih pascalarva sampai mencapai ukuran benih yang siap tebar (minimal 10 g). Tentunya benih yang akan dihasilkan harus dalam keadaan sehat agar nantinya bila dipindahkan dan ditebarkan di lokasi pembesaran tidak ada masalah.
Pada panti-panti benih yang sudah maju dan panri benih dalam skala yang besar, tempat pendederan ikan masih menggunakan bak-bak pemeliharaan larva Hanya pengelolaan pakan dan pergantian airnya saja yang diubah.
Benih ikan karnofor seperti kerapu dan kakap, pada umumnya setelah mengalami metomorfosis sempurna akan menampakkan sifat kanibalisme. Untuk mencegah kanibalisme ini tindakan grading (pemisahan berdasarkan ukuran) perlu dilakukan, meskipun hal ini agak sulit mengingat benih mudah mengalami kejutan sewaktu diperlakukan grading, terutama benih untuk jenis kerapu.
Benih ikan kakap putih dapat digroding mulai larva berumur dua minggu karena larva kakap agak tahan terhadap perlakuan kasar. Pemberian pakan secara konvensional pada pendederan dapat berupa daging ikan atau udang giling yang diberikan sesering mungkin sepanjang siang hari. Sebaiknya dihindari terjadinya penimbunan pakan yang ridak dimakan pada dasar bak pemeliharaan. Pemberian pakan hidup berupa zooplankton ukuran besar seperti kopepoda dewasa, anak ikan atau udang, atau udang kecil seperti jambret sangat baik untuk benih ikan kakap dan kerapu, meskipun penyediaannya sangat terbatas karena pakan ini harus ditangkap dari alam. Pergantian air pada pendederan di bak harus terus dilakukan dengan mengalirkan pasok air secara terus-menerus.


Petakan-petakan kecil tambak dapat dijadikan tempat pendederan
Pendederan dapat juga dilakukan di tempat lain, misalnya di tambak, kolam air laut, atau di karamba apung yang dipasang di kolam air laut. Kolam air laut dapat dijadikan tempat pendederan karena banyak mengandung makanan alami benih ikan seperti zooplankton, udang kecil (jambret) dan larva-larva ikan liar. Pemeliharaan benih di karamba apung yang dipasang di tambak harus diberi pakan tambahan yang biasanya berupa gilingan ikan/udang segar.
Panti benih yang sudah maju biasanya mempunyai karamba apung yang dipasang di laut. Namun, hal ini memerlukan biaya yang sangat tinggi karena pembuatan rakit terapung untuk pendederan dibuat secara khusus agar berbagai faktor yang mengganggu proses pemeliharaan benih bisa dicegah. Faktor tersebut di antaranya gelombang dan arus di dalam air yang memungkinkan benih mudah stres. Pemasangan cahaya berupa lampu di atas karamba pendederan di malam hari dapat dilakukan. Dengan adanya cahaya lampu tersebut, zooplankton dan larva atau udang akan mengumpul, sekaligus dapat merupakan santapan bagi benih ikan.

Konstruksi karamba di laut untuk pendederan harus dibuat
Sedemikian rupa agar benih ikan dapat tahan hidup

sumber :


Drs. Pramu Sunyoto
Dr. Mustahal, M.Sc
Penebar Swadaya

Pendederan Ikan Gurami di kolam plastik

Ikan gurame termasuk ikan labirin, yakni dapat hidup dalam air yang
kekurangan oksigen, karena ikan gurame dapat menghisap oksigen dari udara babas. Dengan kondisi tersebut, petani dapat melakukan usaha pembenihan pendederan ikan gurame, meskipun tidak mempunyai air yang mengalir.

Ikan gurame termasuk ikan yang tidak banyak gerak, sehingga dengan area yang relatif sempitpun dapat ditanami ikan dalam jumlah banyak. Hal ini dapat menghemat lahan dan memberikan peluang kepada petani yang mempunyai lahan sempit untuk mempunyai kolam pendederan gurame sebagai sumber pendapatan keluarga. Selain itu, ikan gurame bernilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya benih maupun konsumsi.


Kolam plastik

Tasikmalaya memang sudah sejak lama dikenal sebagai sentra budidaya perikanan air tawar termasuk ikan gurami baik di tingkat provinsi maupun nasional, juga sampai ke luar negeri. Dan banyak petani ikan asal luar negeri yang berguru perikanan air tawar ke Tasikmalaya. Meskipun demikian, tidak semua wilayah di Kab. Tasikmalaya dapat melakukan kegiatan budidaya ikan air tawar, karena ketersediaan air yang kurang.
Karena ketersediaan air yang minim, maka pendederan ikan gurame pada kolam plastik menjadi salah satu jawaban yang tepat bagi sub sektor perikanan. Dengan kolam plastik, lahan sempit
dan air yang kurang, bukan suatu masalah lagi.

Karena kolam plastik ini " adalah usaha budidaya yang
hemat lahan dan air, serta untungnya besar Dalam budidaya ikan, orang lebih mengenal tambak, karamba, jaring apung, kolam air tenang dan kolam air deras. Selain itu, adalagi kolam batu dan kolam plastik.

Kolam batu ada di daerah Kec. Cikatomas Kab. Tasikmalaya, yaitu kolam yang dibuat pada lahan cadas. Kolam batu dianalogkan dengan sawah, yakni kolam tadah hujan, karena mengandalkan air hujan sebagai sumber airnya. Kolam batu tersebut berfungsi sebagai bak penampungan air untuk sumber air di musim kemarau dan sebagai kolam tetenong.

Kolam plastik sebenarnya bukan istilah baru dan sudah digunakan meski terbatas di lingkungan lembaga. perikanan. Namun di Kab. Tasikmalaya, kolam plastik tersebut berkembang pesat baru-baru ini di Kec. Cineama dan Kec. Manonjaya.

Sampai saat ini, sudah
lebih dari 600 buah
kolam plastik yang dibangun petani ikan di dua wilayah kecamatan tersebut.
Kolam plastik bukanlah kolam khusus yang terbuat dari plastik tetapi tetap terbuat dari tanah. Namun, karena tanah di daerah tersebut adalah tanah yang porus/sarang (tidak dapat menahan air) dan airnya bukanlah air yang mengalir, maka air di kolam tersebut tidak cepat habis, dasar kolam dan pinggir kolam dilapisi plastik.

Luas kolam plastik kecil, rata-rata 14 meter persegi dengan kedalaman air antara 10-60 cm. Kecuali untuk kolam pendederan I dan pendederan II, luasnya cukup 2 meter persegi dengan kedalaman air 10 cm. Begitu pula untuk ukuran kaset, luasnya bisa 2-3 kali luas dibandingkan dengan kolam untuk ukuran benih yang lebih kecil dari ukuran kaset dan kedalamannya bisa sampai I meter. Ukuran panjang atau lebar kolam disesuaikan dengan keadaan lahan.

Analisa Usaha
Khusus di kalangan petani ikan di Kab. Tasikmalaya dikenal sebagai istilah untuk ukuran benih ikan, mulai dari lepas baskom (lempung), biji ketimun, biji labu, kuku, paneker, silet, kotak, korek, garfit sampai kaset. Benih ikan mulai dari lempung sampai sebesar kaset membutuhkan waktu sekitar 8 bulan atau 8 periode pendederan. Sedangkan pendederan untuk masing-masing periode pendederan berkisar antara 17-30 hari.

pendederan I menghasilkan benih ukuran biji mentimun lama pendederan 17-20 hari, pendederan 11 (biji Iabu) selama 17-20 hari, pendederan III (ukuran kuku) selama 30 hari, pendederan I (paneker) selama 30 hari, pendederan A (silet) 30 hari, pendederan (korek) 30 hari, pendederan VII (korek) 30 hari dan pendederan VIII (kaset) selama 30-45 hari. Namun dari berbagai periode pendederan, yang dinilai paling menguntungkan adalah pendederan I dan 11.

Analisa usaha budidaya pendederan I lepas baskom (1 -3 cm) pads kolam 2 meter persegi yakni, pembuatan kolam bayar upah I orang pekerja untuk I hari Rp. 20.000, beli plastik 2 meter @ Rp. 7.000 (Rp. 14.000) dan spin Rp. 7.000. jumlahnya Rp. 41.000. Bali benih 4.000 ekor kali Rp. 5 yakni Rp. 20.000 dan biaya lain-lain Rp. 50.000. Sehingga totalnya Rp. 131.500. Kemudian hasil produksi sebesar biji mentimun jumlah ikannya 3.000 ekor x Rp. 125/ekor menjadi Rp. 375.000 – Rp. 13 1.000 = Rp. 243.500 (keuntungannya).

Mustafa Gandasasmita — PPL Madya di KPP Redy Mulyadi — Koresponden Sinar Tani


macam-macam zat aktif yang terlarang dalam obat ikan

Masyarakat, khususnya pembudidaya ikan harus bisa menghasilkan produk ikan yang bebas residu. Untuk itu, Ditjen Perikanan Budidaya melalui Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan terus melakukan sosialisasi larangan penggunaaan obat ikan illegal, termasuk antibiotik agar produk perikanan yang dihasilkan (baik dalam rangka ketahanan pangan nasional atau untuk ekspor, red) tidak mengandung residu

macam-macam zat aktif yang terlarang dalam obat ikan.

A1. Golongan Stilbenes

A3. Golongan Steroid Sintetis

A6. Golongan Antibiotika : Chloramphenicol (CAP) : Nitrofuran (AOZ, AMOZ, AHD, SEM)

B1. Golongan Antibakteri : Sulfonamides , Tetracycline

B2a. Anthelminties

B3a Senyawa Organochlorine termasuk PcBs

B3d Mycotoxin

B3e Bahan Celup : Malachite Green dan Leucomalachite Green


sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

10 Great things NOT to do with Google AdSense

10 Great things NOT to do with Google AdSense
by: Diane Nassy
There is no question that you can make some good money with Google AdSense, but you’re setting yourself up for disaster if you make any of these Top 10 mistakes!

1. Do not use fake information when opening your Google AdSense account.

Google says that’s a no-no and they will cut your account off and keep all the money you may have earned. Besides, trying to hide your true identity can cause serious problems with the I.R.S. or whoever your tax authority is.

2. Do not hack or modify Google AdSense code other than to change the parameters that Google authorizes you to change.

Any attempt to bypass Google’s built-in algorithms not only poses a danger to the integrity of the network, but it threatens the financial modle that Google operates under. You’re not dealing with some Mom-and-Pop company here, and Google has the legal muscle and deep enough pockets to drag you through every court in the land if you damage their business with your hacking antics.

3. Keep AdSense ads off of your registration, confirmation, and all "thank you" pages.

Don’t ask me why you can’t put your ads there. It makes sense to me that those would be wonderful locations. Google thinks otherwise, however, and doing so is a hanging offense according to their Terms of Service.

4. Do not display AdSense ads and a competitor's ads (like Overture's) on the same page at the same time.

That just makes plain good sense. Google doesn’t demand 100% SITE loyalty from you, but they do insist that their own ads not be cluttered up by offerings from their competitors.

5. Don't "beg for clicks" or provide any incentive for clicking on your Google AdSense ads.

This is a biggie and you see this rule violated all the time. Any of the “get paid to do stuff” sites that put Google ads in the member’s control panels are walking the plank and they don’t even realize it. Even those sites with the polite little messages asking you to “help keep my site running by clicking on our sponsor’s ads” are asking to be cut off if those happen to be Google ads.

6. Never click on the ads running on your own site, even if you are genuinely interested in the product or service and are thinking of buying it!

Nothing screams FRAUD louder than a webmaster running up his or her own click counts by happily clicking on ads fromtheir own site. The Google Gods can track this activity and it won’t be long until you find yourself getting a goodbye note from their fraud team.

7. No misleading labeling

Google is very specific about what text can be placed around their ads. Their Terms of Service state: “Publishers may not label the ads with text other than ‘sponsored links’ or ‘advertisements.’ This includes any text directly above our ads that could be confused with, or attempt to be associated with Google ads.”

This is to keep visitors from becoming confused and barking up Google’s tree when they clicked on an ad that led to a porn site instead of the recipe site they were expecting to visit.

8. Avoid keyword spamming and other divisive tricks

You may be tempted to buy one of those “generates thousands of key-word rich pages in seconds” programs that are so popular these days but I’ll tell you this: Their days are numbered. Google is wise to such shenanigans and they will be hot on your trail. Other prohibited gimmicks include:

• ”Sneaky” page redirects that send a visitor off to a different site then they were expecting to visit.

• Multiple sites, domains, pages, etc. which have substantially duplicate content.

• Hidden text or links of any type.

• Excessive outbound links on any page. Google recommends no more than 100. I’d keep it way below that.

• And here is a nugget of wisdom straight from Google’s mouth: “Do not participate in link schemes designed to increase your site's ranking or PageRank. In particular, avoid links to web spammers or "bad neighborhoods" on the web as your website may be affected adversely by those links.

9. Don’t advertise anything on Google’s prohibited items list.

It’s a lot shorter lists than PayPal’s or eBay’s, but it includes a lot of the same stuff like hacking/cracking content, porn, illegal drugs, gambling sites, beer or hard alcohol (I guess wine is OK), weapons, and the other usual stuff.

10. And the 10th dumbest thing NOT to do with Google AdSense is to let the other nine things stop you from running an honest site that’s designed to make the most out of this very profitable opportunity that Google offers!

About the author:
Diane provides marketing and internet profit tips.
For more Google AdSense tips, visit http://www.adsense.deeljeabiz.com
Email : deeljeabiz@gmail.com


Circulated by Article Emporium

perkembangan larva pada jenis ikan laut kakap merah dan ikan beronang





Perkembangan Larva

Larva yang baru menetas bersifat pasif karena mulut dan matanya belum membuka sehingga pergerakannya tergantung arus air.Larva yang baru ditetaskan biasanya disebut larva berumur 0 hari (D-0) dengan membawa cadangan kuning telur dan gelembung minyak. Ukuran cadangan kuning telur dan gelembung minyak serta letak gelembung minyak pada kuning telur tergantung pada jenis ikan. Pada ikan kakap dan beronang, letak gelembung minyak cenderung berada pada ujung mendekati bagian kepala atau bagian depan, sedangkan pada larva ikan kerapu cenderung berada lebih jauh dari bagian kepala atau lebih dekat ke arah bagian belakang.

Gambar 18. Perkembangan larva ikan kakap merah, lutjanus argentimaculatus

Gambar 19. Perkembangan morfologi larva ikan beronang, siganus guttatus

Setelah berumur sehari, larva akan berkembang dan membentuk pasangan-pasangan alat sensor pada badannya yang disebut "cupulae". Alat cupulae ini seperti rambut-rambut pendek. Pada bagian ujung (dekat mulut) biasanya terdapat sepasang dan lainnya akan berada pada badannya. Alat sensor ini hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop dengan posisi larva dilihat dari bagian atas. Dengan terbentuknya alat ini biasanya larva menjadi sensitif dari pengaruh luar. Cupulae ini akan tidak nampak atau hilang setelah larva berumur 2 hari.

Menjelang D-2 akan terbentuk pigmentasi pada mata kemudian dibarengi dengan terbukanya mulut. Setelah mata betul-betul membuka yang dapat ditandai dengan adanya sepasang pigmen hitam dibagian kepala kemudian mulut larva membuka dengan sempurna maka selanjutnya larva mulai berusaha mencari dan memangsa pakan yang ada di sekitarnya. Pada saat ini, cadangan kuning telur mulai menipis.

Mulai D-3 biasanya larva sudah aktif mencari mangsa, kuning telur habis diserap dan gelembung minyak mulai menipis. Tampaknya gelembung minyak merupakan cadangan energi untuk larva sampai larva mendapatkan mangsanya. Setelah gelembung minyak habis

dan larva ternyata tidak menemukan mangsanya maka larva akan mati. Pada periode inilah merupakan masa-masa kritis. Pada D-3 umumnya larva mulai menampakkan sirip-sirip dada dan saluran pencernaannya mulai berkembang.

Setelah larva berumur sekitar satu minggu, duri punggung mulai berkembang dan pigmentasi di seluruh badan mulai tampak. Untuk selanjutnya, larva akan berkembang terus hingga sampai mengalami metamorfosis yaitu perubahan menuju bentuk ikan lengkap kira-kira berumur satu bulan. Pada umur itu, semua organ sudah terbentuk dengan sempurna. Setiap jenis larva ikan mempunyai perbedaan perkembangan morfologi. Sebagai contoh tercantum dalam Gambar 18 dan Gambar 19.

sumber:

Drs. Pramu Sunyoto

Dr. Mustahal, M.Sc

Penebar Swadaya



Kualitas Pakan Larva



Kualitas Pakan Larva



Meskipun beberapa spesies telah berhasil dipijahkan pada bak terkontrol, tetapi pemeliharaan larva dalam usaha pembenihan ikan laut masih sulit. Dengan demikian, produksi benih ikan laut tidak ekonomis. Salah satu kendala yang dihadapi pada pemeliharaan larva adalah penyediaan jasad pakan yang berkualitas. Tidak memadainya nutrisi jasad pakan yang digunakan (rotifera dan artemia) sebagai pakan larva telah diketahui sebagai salah satu penyebab kegagalan pemeliharaan larva.



Telah dilaporkan oleh para peneliti bahwa hubungan antara kualitas nutrisi jasad pakan dengan kebutuhan nutrisi larva ikan laut ditunjukkan oleh jumlah kandungan asam lemak esensial (ALE) jasad pakan yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang (akajerapa)o 3 (baca: omega-3) khususnya 20:5 o 3 (eicosa pentanoic acid/EPA) dan 22:6 o 3 (docosa hexaenoic acid/DHA) yang merupakan faktor utama untuk kebutuhan nutrisi larva ikan laut.

EPA maupun DHA merupakan asam lemak yang tidak dapat disintesis sendiri oleh larva ikan sehingga harus dipasok dari luar melalui makanan. Hal ini juga telah dibuktikan pada larva ikan kakap putih Lates calcarifer yang telah terbukti dalam pembenihannya sering terjadi kematian pada stadium larva-benih dalam jumlah besar. Larva yang mati ditandai dengan terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam had, pembengkakan gelembung renang, terdapatnya rongga di dalam otak dan mata, kesulitan dalam keseimbangan cairan tubuh, dan mudah terjadi stres. Gejala-gejala tersebut juga sering terjadi dan dijumpai pada larva ikan laut lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kedua unsur kimia itu sangat penting. Hasil analisis mengenai komposisi asam lemak pada telur dan larva ikan kakap merah seperti yang tersaji dalam Tabel 3.



TABEL 3. KOMPOSISI ASAM LEMAK PADA TELUR DAN LARVA IKAN KAKAP MERAH,





Asam Lemak

Telur

Larva umur 3 hari

14:0

15:0

16:0

16:1

18:0

18:2 0 9

18:2 0 6

18:3 0 6

18:3 0 3

18:4 o 3

20:0

20:1 o 9

20:2 o 9

20:2 o 6

20:3 o 6

20:4 o 6

20:4 o 3

20:5 o 3

22:1 0 1

22:4 o 6

22:5 o 6

22:5 o 3

22:6 o 3

o -3 HUFA

3,8

0,3

19,5

8,4

5,0

22,1

6,5

0,0

0,6

0,5

0,2

1,0

0,1

0,2

0,1

1,0

0,7

7,7

0,0

0,3

0,1

2,3

17,8

28,5

5,5

0,7

26,5

6,8

7,0

14,2

5,2

0,1

0,4

0,2

0,2

0,6

0,0

0,2

0,1

1,6

0,5

7,2

0,2

0,1

0,2

1,6

18,7

28,0

















Altajerapa jenis EPA dan DHA sangat dibutuhkan oleh larva sehingga para peneliti melaporkan bahwa kandungan kedua altajerapa ini di dalam jasad pakan yang biasanya digunakan sebagai pakan larva (rotifera dan artemia) harus memadai. Untuk itu, beberapa teknik untuk meningkatkan gizi jasad pakan telah diketahui dan dilaporkan. Upaya peningkatan kualitas jasad pakan untuk mendukung pertumbuhan larva ikan laut adalah sebagai berikut.



1). Teknik pengkayaan gizi rotifera dan artemia

Telah dikemukakan bahwa larva ikan laut sangat membutuhkan altajerapa EPA dan DHA, sedangkan kandungan EPA danDHA dalam tubuh jasad pakan rotifera dan nauplius artemia biasanya kurang memadai untuk mendukung pertumbuhan larva. Jika jasad pakan dengan keadaan kandungan EPA dan DHA seperti ini diberikan kepada larva ikan maka dapat menyebabkan kematian larva dalam jumlah besar setelah beberapa hari.

Mengingat sumber EPA dan DHA adalah minyak-minyak ikan maka berbagai jenis minyak yang ada di pasaran mengandung komposisi asam lemak sehingga dapat dan sering digunakan untuk memperkaya jasad pakan. Hal ini disajikan dalam Tabel 4.



TABEL 4. KOMPOSISI ASAM LEMAK (PERSEN TOTAL LEMAK) DARI BERBAGAI JENIS MINYAK IKAN



Pollack Liver

Asam Lemak

Squid Liver

Sardine

Bonito

14:0

16:0

16:1

18:0

18:1 o 9

18:2 o 6

18:2 o 3

20:1 o 9

20:4 o 6

20:5 o 3

22:1 o 9

22:4 o 6

22:5 o 3

22:6 o 3

o 3HUFA

2,8

16,1

12,1

2,0

16,7

1,2

0,3

16,8

1,8

9,1

6,2

0,4

0,5

2,4

12,0

8,7

18,18

9,9

1,3

18,1

0,7

0,6

15,3

0,3

7,8

11,9

0,9

0,9

2,3

11,6

7,6

19,1

5,6

3,4

19,0

1,5

1,0

11,7

1,3

9,6

5,3

0,5

1,1

9,5

20,3

8,9

20,1

7,8

2,7

13,4

1,4

1,3

9,3

1,0

12,5

6,0

1,2

2,8

7,9

23,2

5,7

24,7

6,9

6,4

14,5

1,9

0,9

1,8

1,6

5,1

-

0,6

1,6

16,7

23,4

































2. Metode ragi-omega (ragi-o)

Kultur ragi roti dapat digunakan sebagai pakan rotifera, tetapi kualitas nutrisi yang dihasilkan sangat rendah bagi larva. Di Negara Jepang telah dikembangkan ragi-o yang diproses dengan penambahan minyak ikan. Ragi-o harus selalu disimpan dalam kondisi beku (suhu rendah) agar nilai nutrisinya tetap terjaga. Pemberian pakan tambahan ragi-o terhadap rotifera dan nauplius artemia sebelum diberikan kepada larva ikan telah meningkatkan kandungan EPA dan DHA dan telah dibukrikan meningkatkan kelangsungan hidup benih.



3. Metode emulsi lemak

Para peneliti telah mendalami cara meningkatkan kandungan EPA dan DHA dalam rotifera dan artemia. Dewasa ini banyak para pelaksana di pand benih ikan laut menggunakan metode emuisi untuk meningkatkan kualitas nutrisi. Minyak ikan tidak dapat diberikan langsung sebagai pakan kepada jasad pakan sehingga harus dicampur dengan bahan lain seperti bahan protein melalui proses emuisi. Kuning telur segar atau lesitin atau kasein dapat dimanfaatkan untuk mengemuisi minyak ikan. Emuisi tersebut dicampur dengan ragi kemudian diberi pakan kepada rotifera dan nauplius artemia beberapa jam sebelum diberikan kepada larva. Teknik pengkayaan rotifera dan artemia seperti tercantum dalam Gambar 14.





















Gambar 14. Teknik pengkayaan rotifera dan artemia dengan metode emulsi lemak



4. Metode pelet mikro (microencapsulated diet, MCD)

Telah ditemukan teknik untuk memperkaya gizi jasad pakan melalui pemberian pakan buatan dalam bentuk pelet mikro yang dikenal dengan microencapsulated diet (MCD). MCD adalah ransum pelet mikro yang dibuat dari bahan-bahan ramuan yang kaya energi



Ragi omega (kiri) dan salah saru produk pellet mikro (kanan) untuk

Pengkayaan gizi rotifera dan artemia



dengan ukuran partikel sangat kecil disesuaikan dengan kebutuhan rotifera dan nauplius artemia. Susunan partikel-parrikel pelet mikromi dilapisi oleh suatu membran protein dan akan pecah oleh enzim pencernaan. Penggunaan MCD ini telah dibuktikan dapat meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan laut.

SUMBER

Drs. Pramu Sunyoto

Dr. Mustahal, M.Sc

Penebar Swadaya