Skeletonema costatum

Kultur Beberapa Jenis Plankton


a. Skeletonema costatum
Kelompok ini mempakan algae uniseluler yang memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya. Sel diatomnya mempunyai kemampuan menghasilkan skeleton ekstemal silika (frustule). Bentuknya seperti kotak dengan cytoplasma yang memenuhi isi sel. Pada sel tersebut terdapat katup besar yang menutup katup yang lebih kecil. Bentuk katupnya sangat bervariasi, ada yang sirkulasi, eliptical, polygonal, kubus, segitiga atau tidak beraturan.


Reproduksinya adalah dengan pembelahan sel, yaitu protoplasma terbagi menjadi dua bagian yang disebut epitheca dan hypotheca. Masing-masing bagian dari protoplasma tersebut membentuk epitheca dan hypotheca baru. Dari pembelahan sel tersebut akan dihasilkan 2 sel yang ukurannya lebih kecil daripada sel induknya.
sumber : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

NATURAL FOOD FOR PRAWN


Natural Food represent indispensablelity need its levying for the food of prawn larva. Although many plankton type able to be used as [by] prawn larva food, but for good natural food [of] hams fulfill some conditions, that is - Having size measure and form matching with prawn larva mouth - its Obstetrical [of] high him - solid Cell content and have flimsy cell wall, so that [is] easy to permeated - Quickly multiply and have tolerance which high enough to change of environmental factor - [Do] not [release] poisonous compound - Movement of it is not overactive, so that [is] easy to arrested by prawn larva.

To take care of the availibility of natural food for the larva of prawn, hence require to be [done/conducted] [by] natural food culture which with quality and optimal amount. Some plankton type which [is] often used for the food of prawn [is] Skeletonema-Costatum, Tetraselmis-Chilii, Chaetoceros-Calcitrans, Brachionus-Plicatilis and of Artemia-Sp.

TECHNIQUE CULTURE PLANKTON.
Pure Culture.
Way of this [done/conducted] in media [so that/ to be] to get one plankton species. Usually media [so that/ to be] fertilized with manure matching with wanted plankton. required equipments, for example, petridish, tail ose / mikropipet, erienmeyer, pipette, save microscope and reaction. Entire/All culture media and equipments except microscope, before used have to be sterilized in autoclave ( temperature 100°C, pressure 1 Atmosfir during 10 minute).

Condensation [so that/ to be] which have been fertilized, to be infused petridish, let a few moments become solidly. Take example [of] irrigate plankton with needle of ose / mikropipet and dab to surface of media [so that/ to be], [is] later;then closed and kept [at] room;chamber temperature. Few days later;then surface [so that/ to be] the have been growed [by] example [of] plankton colonys. By using microscope, each colony perceived and searched [by] plankton colony desired. If have been got, hence can be developed in tube react and used as [by] seed. If colony perceived still mixed with other type, hence the inokulasi have to repeat get pure colony. Pure colony [of] inkubasi in room which [is] ber-AC to take care of stability of temperature [among/between] 25 - 27°C.









Picture : 1. teknik kultur alami
source :
Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna


MAKANAN ALAMI UDANG

MAKANAN ALAMI

Makanan alami merupakan kebutuhan yang mutlak perlu pengadaannya untuk pakan larva udang. Walaupun banyakjenis plankton yang dapat digunakan sebagai makanan larva udang, namun untuk makanan alami yang baik hams memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
- Mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan mulut larva udang
- Kandungan gizinya tinggi

- Isi selnya padat dan mempunyai dinding sel yang tipis, sehingga mudah diserap
- Cepat berkembang biak dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan faktor lingkungan
- Tidak mengeluarkan senyawa beracun
- Pergerakannya tidak terlalu aktif, sehingga mudah ditangkap oleh larva udang.
Untuk menjaga ketersediaan makanan alami untuk larva udang, maka perlu dilakukan kultur makanan alami yang berkualitas dan kuantitas yang optimal. Beberapa jenis plankton yang sering digunakan untuk makanan udang adalah Skeletonema costatum, Tetraselmis chilii, Chaetoceros calcitrans, Brachionus plicatilis dan Artemia sp.

A. TEKNIK KULTUR PLANKTON
1. Kultur Murni
Cara ini dilakukan dalam media agar untuk mendapatkan satu species plankton. Biasanya media agar dipupuk dengan pupuk yang sesuai dengan plankton yang diinginkan. Peralatan yang dibutuhkan, antara lain, petridish, jarum ose/mikropipet, erienmeyer, pipet, tabung reaksi dan mikroskop. Seluruh peralatan dan media kultur kecuali mikroskop, sebelum digunakan harus disterilkan dalam autoclave (temperatur 100°C, tekanan 1 Atmosfir selama 10 menit).
Larutan agar yang telah dipupuk, dituangkan ke dalam petridish, biarkan beberapa saat sampai menjadi padat. Ambillah contoh air plankton dengan jarum ose/mikropipet dan oleskan ke permukaan media agar, kemudian ditutup dan disimpan pada suhu kamar. Beberapa hari kemudian permukaan agar tersebut telah ditumbuhi koloni-koloni plankton contoh. Dengan menggunakan mikroskop, masing-masing koloni diamati dan dicari koloni plankton yang dikehendaki. Apabila sudah didapatkan, maka dapat dikembangkan dalam tabung reaksi dan digunakan sebagai bibit. Apabila koloni yang diamati masih tercampur dengan jenis yang lain, maka inokulasi tersebut harus diulangi sampai mendapatkan koloni yang murni. Koloni murni ini diinkubasikan dalam ruangan yang ber-AC untuk menjaga kestabilan suhu antara 25 - 27°C.

Kestabilan suhu antara 25° - 27°C




Gambar 1. teknik kultur alami
sumber : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna


VITAMIN FOR PRAWN

VITAMIN FOR PRAWN
Research concerning importance of vitamin in prawn food not yet [done/conducted] many, so that data concerning this matter still is limited. Some researcher have [done/conducted] research about requirement of vitamin for the juvenil of Penaeus japonicus. Et al Kanazawa. ( 1976) telling that growth of Penaeus japonicus juvenil, to each;every 100 gram of pakan require to be enhanced [by] 300 vitamin mg of C ( acid ascorbic), 400 inisitol mg, 6-12 vitamin mg of B1 ( thiamin) and 12 vitamin mg of B6 ( Pyridoxin).

Et al Lightner. ( 1977) expressing that Penaeus and californiensis of Penaeus stylirostris sometime show symptom below par the so-called " Death Black" marked [by] black colour [at] network below/under husk which there are in all surface of body, [at] wall of oesophagus, intestine, gill gap and gill. " Death Black" this represent a[n symptom lacking of vitamin C. Hereinafter Lightner etal. please tell that in each;every 1 food singk require to be enhanced [by] 2000 vitamin mg C. Addition which quite a lot because of vitamin of C will lose [about/around] 90 % in course of making of pakan and lose counted 40 % in course of warm-up.

Source : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

VITAMIN BAGI UDANG WINDU

VITAMIN
Penelitian mengenai kepentingan vitamin dalam pakan udang belum banyak dilakukan, sehingga data mengenai hal ini masih terbatas. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang kebutuhan vitamin untuk juvenil Penaeus japonicus. Kanazawa et al. (1976) mengemukakan bahwa pertumbuhan juvenil Penaeus japonicus, untuk setiap 100 gram pakan perlu ditambahkan 300 mg vitamin C (ascorbic acid), 400 mg inisitol, 6-12 mg vitamin B1 (thiamin) dan 12 mg vitamin B6 (Pyridoxin). Lightner et al. (1977) menyatakan bahwa Penaeus californiensis dan Penaeus stylirostris kadang-kadang menunjukkan gejala tidak normal yang disebut "Black death" yang ditandai wama hitam padajaringan di bawah kulit yang terdapat di seluruh permukaan tubuh, pada dinding oesophagus, usus, insang dan celah insang. "Black death" ini merupakan suatu gejala kekurangan vitamin C. Selanjutnya Lightner etal. mengemukakan bahwa dalam setiap 1 kg pakan perlu ditambahkan 2000 mg vitamin C. Penambahan yang cukup banyak ini dikarenakan vitamin C akan hilang sekitar 90 % dalam proses pembuatan pakan dan hilang sebanyak 40 % dalam proses pemanasan.
SUMBER : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

PERSYARATAN NUTRISI MINERAL PADA UDANG WINDU

MINERAL
Diduga Crustacea dan juga hewan air lainnya mendapatkan mineral dengan menyerap air, tempat media hidupnya. Udang memerlukan mineral tertentu selama ganti kulit, karena seperti diketahui, selama ganti kulit eksoskeleton yang banyak mengandung mineral akan hilang. Conklin et al. (1973) menyatakan bahwa mineralisasi cangkang pada juvenil lobster meningkat melalui penambahan kalsium dalam pakan, tetapi tidak berbeda nyata dalam pertumbuhan maupun dalam kelangsungan hidupnya. Perbandingan kalsium dan posphor yang optimum untuk juvenil lobster adalah 1 : 2.
Shewbart et al. (1973), mengemukakan bahwa kalsium, kalium, natrium dan khiorida dibutuhkan oleh Penaeus aztecus dan dapat diperoleh dari media air laut. Walaupun demikian sebaiknya phosphor ditambahkan dalam pakan, karena phospor diperlukan dalam jumlah banyak sedangkan dalam air laut terbatas jumlahnya. Mengenai kepentingan mineral ini, Deshimaru dan Yone (1978) mengemukakan bahwa dalam pakan Penaeus japonicus perlu ditambahkan 2 % phospor, 1 % kalsium dan 2 % unsur langka (trace elements), tetapi tidak perlu penambahan kalium, magnesium dan besi. Sedangkan menurut Kitabayashi et al. (1971), pertumbuhan terbaik dapat dicapai oleh Penaeus japonicus melalui pemberian pakan dengan penambahan 1,04 % phospor dan 1,24 % kalsium. Selanjutnya Kanazawa (1982) melaporkan bahwa penambahan mineral dalam pakan juvenil Penaeus japonicus yaitu 1% kalsium, 1 % phospor, 0,3 % magnesium, 0,9 % kalium dan 0,006 % tembaga mampu memberikan pertumbuhan terbaik. Sedangkan penambahan 0,006 % besi dan 1,003 % mangan dalam pakan menghambat pertumbuhan juvenil Penaeus japonicus.
SUMBER : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

PERSYARATAN NUTRISI KARBOHIDRAT BAGI UDANG WINDU

PERSYARATAN NUTRISI
BAGI UDANG WINDU
KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat digolongkan menjadi :
- Monosakharida seperti glukosa, galaktosa dan fruktosa
- Disakharida seperti sukrosa, maltosa dan trehalosa
- Polisakharida seperti dekstrin dan pati.


Udang memeriukan karbohidrat dalamjumlah yang banyak, karena selain diperlukan sebagai pembakar dalam proses metabolisme, juga diperlukan dalam sintesis khitin dalam kulit keras. Walaupun demikian efisiensi penggunaan karbohidrat oleh udang berbeda, tergantung dari sumbemya, selain itu kemampuan udang dalam mencerna karbohidrat juga berbeda berdasarkan jenisnya.
Beberapa peneliti seperti Andrews et al. (1972), Sick dan Andrews (1973) serta Deshimaru dan Yone (1978) melaporkan bahwa penambahan glukosa dalam pakan dapat menghambat pertumbuhan udang penaeid. Hal ini dilaporkan pula oleh Abdel-Rahman et al. (1979) bahwa penambahan glukosa lebih dan 10 % dalam pakan dapat menghambat pertumbuhan Penaeus japonicus. Namun penambahan disakharida dalam pakan temyata dapat memberikan pertumbuhan yang cukup baik. Beberapa hal yang menyebabkan penambahan glukosa dalam pakan menghambat pertumbuhan udang adalah karena glukosa tidak dapat diubah menjadi trehalosa di dalam lambung, tetapi secara cepat diserap dan kemudian dilepaskan dengan segera ke dalam darah. Jika banyak glukosa yang diserap, akan didapat kadar glukosa yang tinggi dalam darah yang biasanya dipertahankan oleh pengendalian hormonal dan sulit digunakan sebagai sumber energi. Sedangkan disakharida, seperti maltosa tidak diserap dalam lambung, tetapi diubah menjadi glukosa dalam usus, kemudian menjadi trehalosa dalam hepatopankreas dan selanjutnya dilepaskan secara bertahap dalam darah. Dengan demikian maltosa siap digunakan sebagai sumber energi.
Sebagaimana telah diketahui, udang mempunyai eksoskeleton yang disusun oleh khitin yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan. untuk membentuk dan mengganti eksoskeleton selama ganti kulit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa komponen utama dari eksoskeleton Crustacea disintesis dari glukosa melalui glusamin. Penambahan 0,52 % glucosamin dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan Penaeus japonicus, akan tetapi temyata pemasukan khitin secara langsung dapat menghambat pertumbuhan.

SUMBER : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

CONDITIONS OF NUTRIENT TO PRAWN of WINDU ( FAT )

FAT.
Fat required as source of energi. Existence of fat have important role also for growth and continuity of life, especially some sour type [of] fat very is having an in with [of] life of prawn. Sour [of] fat also function to dissolve vitamin. Sour composition [of] fat exist in prawn very hand in glove its [relation/link] with fat which implied in given food. One fat gram can yield 9 kkal per gram while protein and carbohydrate only yielding 4 kkal per gram. Special to territorial water organism, fat play a part in to minimize beratjenis, so that organism can float [in] water.

Some researcher report that given food fat rate and source have real influence to body fat rate. According to Sick and of Andrews ( 1973), given [by] prawn [is] food without fat have body fat rate 4,93 % from dry weight. While [at] food which is the each given [by] fat coming from 10 % ox fat, 10 % corn oil and 10 % linseed, causing each prawn body fat rate become 7,27 %, 7,82 % and 8,58 %. Matter this means required [by] certain fat acid in given food.

Fat acid have important role [do] not only as source of energi, but also as Iihat vitamin which [is] esensial for the prawn of ( Teshima and of Yone, 1978). From some result of research have been proved that prawn have unique requirement to and sterol of fosfolipida different with other territorial water organism and mammal. [At] other animal, sterol earn disintesis of acetate, while [at] prawn cannot sintesis. Cholesterol represent Iihat vitamin which [is] esensial to growth and life of prawn, because this Iihat vitamin can be turned into hormone of seks hormone and change husk [is] and also used as [by] fundamental element [of] hypodermic. optimal Cholesterol rate for the larva of and of juvenil [is] [about/around] 0,5 % ( Et al Kanazawa., 1971). Prawn can alter C28 and of C29 sterols become cholesterol ( Teshima, 1971).

Fat acid of linoleat, and linolenat of arakidonat represent fat acid of esensial very important for growth and continuity of prawn life. Prawn less efficient in altering acid of linoleat acid and of linolenat become fat acid is not saturated larger ones ( Poly acid fatty unsdturated Higher) and comparison of fat acid found on prawn of substadium PL 1 and PL 2 [is] 16 : 0,18 : 1,20 : 4 and 22 6. Fat acid 22 : 6 mounting manifestly from egg until PL 1 and PL 2, this matter [is] enabled [by] because its acidulous food [of] fat.

Deshimaru et al. ( 1979), please express that comparison of acid of linoleat and of linolenat more important than the fat acid contents [by] xself. [Is] hereinafter expressed that [gift/ giving] of fat 6 % in pakan with comparison of sour content [of] linoleat 10 - 20 % and is sour [of] linolenat 20 - 30 % giving growth of good enough prawn. Comparison of fat acid in the pakan got by mixing fish liver oil of pollack soy oil and range from 3 : 1 and 1 1. Fat coming from animal go out to sea good generally as source of acid of linoleat ( Kanazawa et, al., 1979). While vegetation oil represent the source of acid of linolenat.

Fosfolipida represent sour ester [of] and fat of gliserol having phosphate ion. Oil and bulk containing many fosfolipida like sefalin which many there are in soybean oil. Other Fosfolipida [is] lechitin having part of dissolve in water. Et al Kanazawa. ( 1979) have checked influence some fat faction of oil of tapes in prawn food in the reality can give better growth to Penaeus japonicus juvenil, while [gift/ giving] 1 % sefalin in prawn food can give better growth although [do] not as good as better lechitin but in comparison with without [gift/ giving] of fosfolipida [is] at all.
SOURCE :
Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

nutrisi lemak bagi udang windu

LEMAK
Lemak dibutuhkan sebagai sumber energi. Keberadaan lemak mempunyai peranan penting pula untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, terutama beberapa tipe asam lemak sangat berpengaruh pada kehidupan udang. Asam lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin. Komposisi asam lemak yang ada pada udang sangat erat hubungannya dengan lemak yang terkandung dalam makanan yang diberikan. Satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal per gram sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal per gram. Khusus bagi organisme perairan, lemak berperan dalam mengecilkan beratjenis, sehingga organisme dapat melayang di air.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa sumber dan kadar lemak makanan yang diberikan mempunyai pengaruh nyata terhadap kadar lemak tubuh. Menurut Sick dan Andrews (1973), udang yang diberi makanan tanpa lemak mempunyai kadar lemak tubuh 4,93 % dari berat kering. Sedangkan pada pakan yang masing-masing diberi lemak yang berasal dari 10 % lemak sapi, 10 % minyak jagung dan 10 % biji rami, menyebabkan kadar lemak tubuh udang masing-masing menjadi 7,27 %, 7,82 % dan 8,58 %. Hal ini berarti dibutuhkan asam lemak tertentu dalam makanan yang diberikan.
Asam lemak mempunyai peranan penting tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai zat yang esensial untuk udang (Teshima dan Yone, 1978). Dari beberapa hasil penelitian telah dibuktikan bahwa udang mempunyai kebutuhan yang unik terhadap sterol dan fosfolipida yang berbeda dengan organisme perairan lainnya dan mamalia. Padahewan lain, sterol dapat disintesis dari asetat, sedangkan pada udang tidak dapat disintesis. Kolesterol merupakan zat yang esensial bagi pertumbuhan dan kehidupan udang, karena zat ini dapat diubah menjadi hormon seks dan hormon ganti kulit serta digunakan sebagai unsur pokok hipodermis. Kadar kolesterol optimal untuk larva dan juvenil adalah sekitar 0,5 % (Kanazawa et al., 1971). Udang mampu mengubah C28 dan C29 sterols menjadi kolesterol (Teshima, 1971).
Asam lemak linoleat, linolenat dan arakidonat merupakan asam lemak esensial yang sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Udang kurang efisien dalam mengubah asam linoleat dan asam linolenat menjadi asam lemak tidak jenuh yang lebih besar (Higher poly unsdturated fatty acid) dan perbandingan asam lemak yang terdapat pada udang substadium PL 1 dan PL 2 adalah 16 : 0,18 : 1,20 : 4 dan 22 : 6. Asam lemak 22 : 6 meningkat secara nyata dari telur sampai PL 1 dan PL 2, hal ini dimungkinkan karena makanannya mengandung asam lemak tersebut.
Deshimaru et al. (1979), menyatakan bahwa perbandingan asam linoleat dan linolenat lebih penting daripada kadar asam lemak tersebut sendiri-sendiri. Selanjutnya dinyatakan bahwa pemberian lemak 6 % dalam pakan dengan perbandingan kandungan asam linoleat 10 – 20 % dan asam linolenat 20 – 30 % memberikan pertumbuhan udang yang cukup baik. Perbandingan asam lemak dalam pakan tersebut didapatkan dengan cara mencampurkan minyak hati ikan pollack dan minyak kedelai berkisar antara 3 : 1 dan 1 : 1. Lemak yang berasal dari hewan laut umumnya baik sebagai sumber asam linoleat (Kanazawa et, al., 1979). Sedangkan minyak nabati merupakan sumber asam linolenat.
Fosfolipida merupakan ester asam lemak dan gliserol yang mengandung ion fosfat. Minyak dan biji-bijian banyak mengandung fosfolipida seperti sefalin yang banyak terdapat dalam minyak kacang kedelai. Fosfolipida lainnya adalah lechitin yang mempunyai bagian yang larut dalam air. Kanazawa et al. (1979) telah meneliti pengaruh beberapa fraksi lemak dari minyak tapes dalam pakan udang ternyata mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik bagi juvenil Penaeus japonicus, sedangkan pemberian 1 % sefalin dalam makanan udang mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik walaupun tidak sebaik lechitin namun lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa pemberian fosfolipida sama sekali.
sumber : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

NUTRISI TO PRAWN WINDU (Penaeus Monodon), PROTEIN AND ACID of AMINO ESENSIAL

CONDITIONS OF NUTRISI TO PRAWN of WINDU.

Source of nutrisi ( gizi) [is] generally classified to become five category, that is: protein, fat, carbohydrate, mineral and vitamin. To support growth and continuity of its life, prawn require nutrisi which qualitative and also quantitative fulfill conditions as according to requirement of prawn. the Iihat vitamins have to stay in food which physiologically function as source of regulator Iihat vitamin of[is continuity of life.

PROTEIN AND ACID of AMINO ESENSIAL.
Protein represent organic compound [of] complex, lapped over to the many acid of amino pregnant [of] elements of C, H, O and of N which [do] not have by carbohydrate or fat. pregnant Protein molecule also sulphur and phospor. Protein of vital importance to body, because this Iihat vitamin have function as materialss in body and also as constructor Iihat vitamin and regulator. As constructor Iihat vitamin, functioning protein in forming new network and maintain network which have there [is].


Considering is important [of] protein in prawn food, hence research concerning requirement of protein some prawn type have been [done/conducted] by many researcher. Some result of research show number requirement of different protein to prawn. Difference [is] enabled, caused by difference in habit eat ( habit food) as well as source of used protein. Pursuant to attempt of Deshimaru and of Yone ( 1978) got that optimum protein rate for the growth of Penaeus japonicus juvenil and efficiency usage of food range from 32 - 57 %.


While other researcher like Colvin ( 1976) getting protein rate 43 % for the Penaeus of and indicus of Andrews al et. ( 1972) getting protein rate 28 - 32 % for the Penaeus of setiferus. Result of attempt of Colvin and of Brand ( 1977) indicating that for the growth of prawn of Penaeus califomiensis, Stylirostris Penaeus and of Penaeus size measure vanamei of pasca larva required [by] 40 % protein in its food, while for juvenil required [by] protein 30 %. In general prawn of windu adult or juvenil get optimum growth with [gift/ giving] of pregnant food 30 - 60 % protein ( New, 1976).


[In] nature there are [about/around] 23 kinds of acid of amino which have insulation, but only some just acid of amino which [is] esensial to prawn. Kanazawa and of Teshima ( 1981) by using radioactive isotope get 10 sour type [of] esensial amino for the Penaeus of japonicus that is : Arginin, Methionin, Valine, Threonin, Isoleusin, Leusin, Lysin, Histidin, Phenylalanin and of Tryptophan. While Shewbart etal. ( 1972) getting 11 acid of amino esensial to Penaeus aztecus that is kesepuluhjenis above additional and also Tyrosin for a few high level animal. This Tyrosin [do] not esensial if/when there are Phenylalanin, however seems esensial to prawn. Till now requirement of acid of amino quantitatively to prawn not yet been known. Any way compilation of prawn food better be adapted for [by] spreading of acid of amino in prawn body.

[At] tables 2 seen component spreading of acid of amino prawn of windu.


Asam Amino Esensial .............Kandungan (%)
Arginin...................................14,62
Methionin...............................3,43
Valin.......................................4,48
Threonin.................................5,51
Isoleusin.................................3,63
Leusin.....................................6,95
Lysine.....................................14,86
Histidin...................................2,66
Phenylalanin...........................2,44
Tyrosin...................................3,99


source : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

PERSYARATAN NUTRISI PROTEIN DAN ASAM AMINO ESENSIAL

PERSYARATAN NUTRISI
BAGI UDANG WINDU

Sumber nutrisi (zat gizi) umumnya diklasifikasikan menjadi lima kategori, yaitu: protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya, udang membutuhkan nutrisi yang secara kualitatif maupun kuantitatif memenuhi persyaratan sesuai dengan kebutuhan udang tersebut. Zat-zat tersebut harus berada dalam makanan yang secara fisiologis berfungsi sebagai sumber zat pengatur kelangsungan hidup.

A. PROTEIN DAN ASAM AMINO ESENSIAL
Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula phospor dan sulfur. Protein sangat penting bagi tubuh, karena zat ini mempunyai fungsi sebagai bahan-bahan dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein berfungsi dalam membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada.


Mengingat pentingnya protein dalam makanan udang, maka penelitian mengenai kebutuhan protein beberapajenis udang telah dilakukan oleh banyak peneliti. Beberapa hasil penelitian menunjukkan angka kebutuhan protein yang berbeda bagi udang. Perbedaan ini dimungkinkan, karena adanya perbedaan dalam kebiasaan makan (food habit) dan juga sumber protein yang digunakan. Berdasarkan percobaan Deshimaru dan Yone (1978) didapatkan bahwa kadar protein optimum untuk pertumbuhan juvenil Penaeus japonicus dan efisiensi penggunaan makanan berkisar antara 32 - 57 %. Sedangkan peneliti lain seperti Colvin (1976) mendapatkan kadar protein 43 % untuk Penaeus indicus dan Andrews et al. (1972) mendapatkan kadar protein 28 – 32 % untuk Penaeus setiferus. Hasil percobaan Colvin dan Brand (1977) menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan udang Penaeus califomiensis, Penaeus stylirostris dan Penaeus vanamei ukuran pasca larva dibutuhkan 40 % protein dalam makanannya, sedangkan untuk juvenil dibutuhkan protein 30 %. Pada umumnya udang windu juvenil atau dewasa mendapatkan pertumbuhan optimum dengan pemberian makanan yang mengandung 30 – 60 % protein (New, 1976).


Di alam terdapat sekitar 23 macam asam amino yang telah diisolasi, namun hanya beberapa asam amino saja yang esensial bagi udang. Kanazawa dan Teshima (1981) dengan menggunakan isotop radioaktif mendapatkan 10 jenis asam amino esensial untuk Penaeus japonicus yaitu : Arginin, Methionin, Valine, Threonin, Isoleusin, Leusin, Lysin, Histidin, Phenylalanin dan Tryptophan. Sedangkan Shewbart etal. (1972) mendapatkan 11 asam amino esensial bagi Penaeus aztecus yaitu kesepuluhjenis di atas serta tambahan Tyrosin untuk beberapa hewan tingkat tinggi. Tyrosin ini tidak esensial bila terdapat Phenylalanin, akan tetapi tampaknya esensial bagi udang. Sampai saat ini kebutuhan asam amino secara kuantitatifbagi udang belum diketahui. Bagaimanapunjuga penyusunan pakan udang sebaiknya disesuaikan dengan penyebaran asam amino dalam tubuh udang.

Pada tabel 2 terlihat komponen penyebaran asam amino udang windu.


sumber : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

HABIT EAT PRAWN of WINDU ( Penaeus Monodon )




HABIT EAT PRAWN of WINDU ( Penaeus Monodon) .

[In] nature, prawn of windu ordinary eat various type of Crustacea big, Brachyura, vegetation objects, Polychaeta, Mollusca, small fishs and limited small Crustacea in number. While looked after prawn [in] fishpond eating many Copepoda. Although prawn of penaid represent omnivorous animal ( Omnivora), however in general prawn represent predator to invertebrata which [is] movement of tardy [it]. Result of inspection to prawn innards;bowels of windu looked after [in] fishpond indicate that its food consist of type plankton of Lyngbya sp, Spirulina, Skeletonema and from type of zooplankton that is Brachionus sp ( Ranoemihardjo, 1980). Even though, situation of place environment live prawn will have an effect on to eaten food type.




In effort conservancy of prawn, given food besides have to have the quality of which its [of] him have to enough, because lacking of food will be more quicken death of animal which [is] conducting. Till now Artemia nauplius represent one of [the] most effective prawn food to stadium prawn after and also larva of Juvenil. Besides, Artemia nauplius can personate supporter of growth of prawn of windu.

If used as [by] suplemen with other food, in the reality Artemia have excellence compared to other prawn food. The excellence among others [is] : Merchant Artemia in the form of cyst ( Cyst), practical so that in its use, Artemia nauplius have compatible size measure gyration for many prawn larva, can adapt to various environment and can grow [at] high density ( Sorgeloos, 1980). Besides, Artemia also have content of nutrisi which high enough. [At] some growth of prawn stadia of windu, habit eat like [at] Tables 1.






sumber :

Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna


CONDITIONS OF BIOLOGIS AND HABIT EAT PRAWN of WINDU

CONDITIONS OF BIOLOGIS AND HABIT EAT PRAWN of WINDU.


A. CONDITIONS OF BIOLOGIS.
Prawn of Windu ( Penaeus Monodon) included in Penaidae familia. Sub of Ordo Natantia, Ordo Decapoda and of Klas Crustacea. This Group [of] life [in] territorial water base / bentik, frown upon light and hide [in] mud in the day time. Have the character of cannibal, especially in a state of peckish and [there] no available food, having ammonia ekskresi which high enough and for growth needed to change husk ( moulting). Some environmental factor which influence the continuity of life and growth of prawn shall be as follows :


1. Temperature.
Prawn require temperature gyration [among/between] 25 till 32°C [so that/ to be] earning life and grow normally. Temperature territorial water excelsior, fast excelsior [of] metabolism in prawn body. This condition will make balance to at the height of accelerateing food consumption. If/When temperature increasing, prawn of stres and will [release] abundant mucus. On the contrary if/when temperature too low, prawn will less active eat and make a move, so that its growth will be tardy.


2. Salinitas.
Prawn of Windu have tolerance live [at] gyration of salinitas 4 - 40 permil and grow better [at] gyration 12 - 30 permil. If salinitas too low or too high, Iust to eat there [is] still, but food conversion become high because body energi many castaway 3. pH. For the growth of, prawn of windu need gyration of pH 7,4 - 8,5 and will kill if/when tired pH [of] very low number 6 and is highest 9. If/When pH irrigate too low or often lower at night, hence coat calcify [in] prawn husk will decrease because permeated internally. [At] this condition [of] oxygen consumption mount, permeability of downhill body and its gill destroy.


4. Condensation Oxygen ( DO).
Oxygen needed [by] prawn to burn consumed [by] food Iihat vitamins [is] prawn and permeated [by] body or elaborated to become energi. Oxygen condensation which both for growth of prawn [is] [among/between] 85 - 125 % saturated or 4 - 6 ppm. In pregnant water enough oxygen, seen prawn activity [is] to rest and once in a while make a move to forag. On the contrary in obstetrical water [of] its oxygen lower, prawn will see active make a move and swim because stres. However, [at] oxygen rate which saturated too can cause disease of gas bubble ( Gas of Bubble Disease).

source :Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

PERSYARATAN BIOLOGIS DAN KEBIASAAN MAKAN UDANG WINDU

PERSYARATAN BIOLOGIS
DAN KEBIASAAN MAKAN UDANG WINDU


A. PERSYARATAN BIOLOGIS
Udang windu (Penaeus monodon) termasuk dalam familia Penaidae. Sub Ordo Natantia, Ordo Decapoda dan Klas Crustacea. Kelompok ini hidup di dasar perairan/bentik, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada siang hari. Bersifat kanibal, terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan tersedia, mempunyai ekskresi amoniak yang cukup tinggi dan untuk pertumbuhan diperlukan ganti kulit (moulting).
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Udang membutuhkan kisaran suhu antara 25 hingga 32°C agar dapat hidup dan tumbuh secara normal. Semakin tinggi suhu perairan, semakin tinggi laju metabolisme di dalam tubuh udang. Kondisi ini akan diimbangi dengan meningkatnya laju konsumsi pakan. Bila suhu terus meningkat, udang akan stres dan akan mengeluarkan lendir yang berlebihan. Sebaliknya bila suhu terlalu rendah, udang akan kurang aktif makan dan bergerak, sehingga pertumbuhannya akan lambat.
2. Salinitas
Udang windu mempunyai toleransi hidup pada kisaran salinitas 4 - 40 permil dan tumbuh dengan baik pada kisaran 12 - 30 permil. Jika salinitas terlalu rendah atau terlalu tinggi, nafsu makan masih ada, tetapi konversi pakan menjadi tinggi karena energi tubuh banyak terbuang.
3. pH
Untuk pertumbuhan, udang windu memerlukan kisaran pH 7,4 - 8,5 dan akan mematikan bila pH mencapai angka terendah 6 dan tertinggi 9. Bila pH air terlalu rendah atau sering rendah pada malam hari, maka lapisan kapur di kulit udang akan berkurang karena terserap secara internal. Pada kondisi ini konsumsi oksigen meningkat, permeabilitas tubuh menurun dan insangnya rusak.
4. Kelarutan Oksigen (DO)
Oksigen diperlukan udang untuk membakar zat-zat makanan yang dikonsumsi udang dan diserap tubuh atau diuraikan menjadi energi. Kelarutan oksigen yang baik bagi pertumbuhan udang adalah antara 85 % - 125 % jenuh atau 4 - 6 ppm. Dalam air yang mengandung cukup oksigen, aktivitas udang yang terlihat adalah beristirahat dan sesekali bergerak mencari makan. Sebaliknya dalam air yang kandungan oksigennya rendah, udang akan tampak aktif bergerak dan berenang karena stres. Akan tetapi, pada kadar oksigen yang kelewat jenuh dapat menyebabkan penyakit gelembung gas (Gas Bubble Disease).


B. KEBIASAAN MAKAN
Di alam, udang windu biasa memakan berbagai jenis Crustacea besar, Brachyura, benda-benda nabati, Polychaeta, Mollusca, ikan-ikan kecil dan Crustacea kecil dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan udang yang dipelihara di tambak banyak memakan Copepoda. Walaupun udang penaid merupakan hewan pemakan segala (Omnivora), akan tetapi pada umumnya udang merupakan predator bagi invertebrata yang pergerakannya lambat.
Hasil pemeriksaan terhadap isi perut udang windu yang dipelihara di tambak menunjukkan bahwa makanannya terdiri dari plankton jenis Lyngbya sp, Spirulina, Skeletonema dan dari jenis zooplankton yaitu Brachionus sp (Ranoemihardjo, 1980). Walaupun demikian, keadaan lingkungan tempat hidup udang akan berpengaruh terhadap jenis makanan yang dimakan.
Dalam usaha pemeliharaan udang, makanan yang diberikan selain harus mempunyai kualitas yang baikjugajumlahnya harus cukup, sebab kekurangan makanan akan lebih mempercepat kematian hewan yang dibudidayakan. Sampai saat ini nauplius Artemia merupakan salah satu makanan udang yang paling efektif bagi udang stadium Pasca larva maupun Juvenil. Selain itu, nauplius Artemia dapat berperan sebagai penunjang pertumbuhan udang windu. Jika digunakan sebagai suplemen dengan makanan lainnya, ternyata Artemia mempunyai keunggulan dibandingkan dengan makanan udang lainnya. Keunggulan tersebut di antaranya adalah : Artemia diperjual-belikan dalam bentuk kista (Cyst), sehingga praktis dalam penggunaannya, nauplius Artemia mempunyai kisaran ukuran yang cocok bagi kebanyakan larva udang, dapat beradaptasi terhadap berbagai lingkungan dan dapat tumbuh pada kepadatan yang tinggi (Sorgeloos, 1980). Selain itu, Artemia juga mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Pada beberapa perkembangan stadia udang windu, kebiasaan makannya terangkum seperti pada Tabel 1.


Tabel 1. Kebiasaan Makan Udang Windu (Panaeus Monodon) Pada Beberapa Perkembangan Stadia

sumber
Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

prawn food of windu.

Prawn represent one of [the] commodity of primadona [in] expected Sub Fishery sector can improve state's stock exchange. Request of market beyond the sea which tend to increase and also resource which available enough in Indonesia give opportunity very big to be able to be developed [by] its conducting.


Early decade 1980 representing very momentum [is] necessary for strarting of effort prawn conducting in Indonesia. Government wisdom, like prohibition order usage of net of trawl and various wisdom supporting the make-up of commodity export non-migas in the year 1980 representing factor which stimulating entrepreneur of fishery to be more orient [at] product increase of prawn [pass/through] the effort conducting.


Prawn production [is] in Indonesia yielded from two source, that is from result of conducting and arrest. In range of time 1975 - 1980 prawn production in Indonesia experience of high increase enough, most result of from arrest [in] sea. However, after [released] [by] Keppres No. 39 year 1980 which prohibit usage of net of trawl, happened degradation of fishery result mostly come from prawn commodity. With various effort which have been [done/conducted] [by] government of Indonesia, like activity of fishpond intensification and ekstensifikasi, and that thing push private sector sector to inculcate its capital in effort prawn fishpond, hence its result earn seen with existence of product increase of prawn, also its fast exporting enough [at] PELITA IV.


In the year 1985, Indonesia can export prawn counted 30.800 ton for the price of US $ 202,3 million. While in the year 1986, natural Indonesia prawn exporting [of] degradation become 30.600 ton but its value mount to become US $ 284,7 million. Value export this prawn [of] mempakan [about/around] 15,45 % from totalizeing value export commodity of nonmigas of agricultural sector. In the year 1987 Indonesia prawn exporting again mount to become 49.267 ton with value of US $ 435 million. While in the year 1988 mounting equal to 27,7 % or become 56.552 prawn ton with increase of value equal to 41,83 % or become US $ 499.859 million ( Source of: Ditjen Fishery).


progressively expanding [him/ it] knowledge of farmer of fishpond, especially with existence of adjusment of technology go forward in effort prawn conducting, hence production of[is effort this energy kindness [of] phase for the shake of phase continue to show improvement. Pursuant to statistical fishery of Indonesia year 1987, prawn production of windu, especially coming from effort tired conducting 13.068 ton in the year 1985,15.424 ton in the year 1986 and in the year 1987 mounting to become 25.202 ton. Product increase and the prawn exporting is not quit of role of its supporter medium effort which progressively expand like : seeding of prawn, equipments of food factory and fishpond.


With existence of addition of input [at] production factors, one of [the] among others [is] food, hence growth rate expected can be raced as maximum to increase produce in conducting system. To increase produce, to be needed [by] food matching with requirement of growth of prawn. To alter food Iihat vitamin become body Iihat vitamin needed [by] activity of kimiawi and is physiological. Food Iihat vitamin staying in prawn body will be turned into flesh, [is] so that reached [by] optimal production if/when prawn given [by] perfect food.


source : Ir. Sri Umiyati Sumeru Dra. Suzy Anna

pakan udang windu

Udang merupakan salah satu komoditas primadona di Sub Sektor perikanan yang diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar di luar negeri yang cenderung meningkat serta sumber daya yang cukup tersedia di Indonesia memberikan peluang sangat besar untuk dapat dikembangkan budidayanya.

Awal dekade 1980-an merupakan momentum yang sangat penting bagi dimulainya usaha budidaya udang di Indonesia. Kebijaksanaan pemerintah, seperti larangan penggunaan jaring trawl dan berbagai kebijaksanaan yang mendukung peningkatan komoditas ekspor non-migas pada tahun 1980 merupakan faktor yang merangsang pengusaha perikanan untuk lebih berorientasi pada peningkatan produksi udang melalui usaha budidaya.

Produksi udang di Indonesia dihasilkan dari dua sumber, yaitu dari hasil penangkapan dan budidaya. Dalam kurun waktu 1975 - 1980 produksi udang di Indonesia mengalami kenaikan cukup tinggi, sebagian besar hasil dari penangkapan di laut. Akan tetapi, setelah dikeluarkan Keppres No. 39 tahun 1980 yang melarang penggunaan jaring trawl, terjadi penurunan hasil perikanan yang sebagian besar berasal dari komoditas udang.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia, seperti kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi tambak, dan hal itu mendorong sektor swasta untuk menanamkan modalnya dalam usaha pertambakan udang, maka hasilnya dapat terlihat dengan adanya peningkatan produksi udang, juga ekspornya yang cukup pesat pada PELITA IV.
Pada tahun 1985, Indonesia mampu mengekspor udang sebanyak 30.800 ton senilai US $ 202,3 juta. Sedangkan pada tahun 1986, ekspor udang Indonesia mengalami penurunan menjadi 30.600 ton tetapi nilainya meningkat menjadi US $ 284,7 juta. Nilai ekspor udang ini mempakan sekitar 15,45 % dari total nilai ekspor komoditas nonmigas dari sektor pertanian.
Pada tahun 1987 ekspor udang Indonesia kembali meningkat menjadi 49.267 ton dengan nilai US $ 435 juta. Sedangkan pada tahun 1988 meningkat sebesar 27,7 % atau menjadi 56.552 ton udang dengan kenaikan nilai sebesar 41,83 % atau menjadi US $ 499.859 juta (Sumber: Ditjen Perikanan). Dengan semakin berkembangnya pengetahuan petani tambak, terutama dengan adanya penerapan teknologi maju dalam usaha budidaya udang, maka produksi usaha budi daya ini tahap demi tahap terus menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data statistik perikanan Indonesia tahun 1987, produksi udang windu, terutama yang berasal dari usaha budidaya mencapai 13.068 ton pada tahun 1985,15.424 ton pada tahun 1986 dan pada tahun 1987 meningkat menjadi 25.202 ton.

Meningkatnya produksi dan ekspor udang tersebut tidak terlepas dari peranan usaha sarana penunjangnya yang semakin berkembang seperti : pembenihan udang, peralatan tambak dan pabrik pakan.

Dengan adanya penambahan input pada faktor-faktor produksi, salah satu di antaranya adalah pakan, maka laju pertumbuhan diharapkan dapat dipacu semaksimal mungkin untuk meningkatkan produksi dalam sistem budidaya. Untuk meningkatkan produksi, diperlukan pakan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan udang. Untuk mengubah zat pakan menjadi zat tubuh diperlukan aktivitas kimiawi dan fisiologis. Zat pakan yang berada dalam tubuh udang akan diubah menjadi daging, sehingga tercapai produksi optimal bila udang diberi pakan yang sempurna.

sumber : Ir. Sri Umiyati Sumeru
Dra. Suzy Anna

Area Come [from] and Spreading Of Fish of Betutu.

Area Come [from] and Spreading Of Fish of Betutu.

Fish of Betutu anticipated [by] original fish [of] Indonesia coming from island of Kalimantan. But, whereas people there [is] also having a notion that fish of betutu come from Sumatra because since long time there [are] over there, even become Sub-Province Roof-Gutter mascot of Betutu. Considering the name of betutu become single name [in] island, hence fish of betutu anticipated to come from Sumatra. While [in] this Kalimantan fish [is] named [by] fish of bakut fish or of bakukut meaning to be kept quiet. [In] town of Pontianak, this fish [of] stupid fish bemama or fish of goblog because in character which [is] always kept quiet. This fish only moving if/when peckish and if (there are) any prey which [is] coincidence pass in front of him. If/When have is fully filled, just [to] this fish will be be kept quiet it though see prey which have been mastered to be to be grabbed by other fish.

fish of Betutu in this time have met many [in] Java, for example [in] [in] river of Ciliwung, Citarum, accumulating basin of Cirata, Elephant accumulating basin of Mungkur, and [in] its other places. Spreading of fish of betutu [in] Java anticipated caused by effort energy kindness [in] the area which later;then escape to a[n territorial water and step into rivers later;then multiply naturally. According to Axelrod, area spreading of fish of betutu cover area of Malaysia, Thailand, Vietnam, Campuchea, Burmese, Australian North, Philippine, and Chinese South.
source of : David Mulyono.

Daerah Asal dan Penyebaran Ikan Betutu

Daerah Asal dan Penyebaran Ikan Betutu.

Ikan betutu diduga ikan asli Indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan. Namun, sementara orang ada juga yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dulu sudah ada di sana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu. Mengingat nama betutu menjadi nama tunggal di pulau tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatra. Sedangkan di Kalimantan ikan ini dinamai ikan bakut atau ikan bakukut yang berarti diam. Di kota Pontianak, ikan ini bemama ikan bodoh atau ikan goblog karena sifatnya yang selalu diam. Ikan ini hanya bergerak bila lapar dan bila ada mangsa yang kebetulan lewat di depannya. Bila sudah kenyang, ikan ini akan diam saja meskipun melihat mangsa yang sudah dikuasai direbut oleh ikan lain.

Ikan betutu saat ini sudah banyak dijumpai di pulau Jawa, antara lain di di sungai Ciliwung, Citarum, waduk Cirata, waduk Gajah Mungkur, dan di tempat-tempat lainnya. Penyebaran ikan betutu di pulau Jawa diduga karena adanya usaha budi daya di daerah tersebut yang kemudian terlepas ke suatu perairan dan masuk ke sungai-sungai kemudian berkembang biak secara alami. Menurut Axelrod, daerah penyebaran ikan betutu meliputi daerah Malaysia, Thailand, Vietnam, Campuchea, Burma, Australia Utara, Filipina, dan Cina Selatan.

sumber : david Molyono

fish potency and benefit of Betutu / cork / snake fish.

ANTECEDENT.
Our Nation ( Indonesia ) very is requiring [is] source of protein to become a[n smart and healthy nation. fish of Mempakan one of [the] source of gilt edged protein. pregnant Fish mean flesh [of] protein ( 9 - 22 %), fat ( 0,1 - 20 %), mineral ( 1 - 3 %), vitamin, lecithin, guanin, and a little a few/little cholesterol.

A. the Target of and Target Development Of Sub-Sektor Fishery. Imposingly territorial water and abundance its[his] various fish type in Indonesia, hence government of cymbal or expect that requirement of Indonesian nation protein can fulfill from fishery sub-sektor. Thereby, target of and target development of sub - fishery sector, beside improve foreign exchange to state, is to improve prosperity of people with target [so that/ to be] goals every body Indonesia can consume fish ± 25 singk / people / tired year. If/When the goals can reach, hence Indonesian nation surely will become smart and healthy nation.

B. Potency Fishery of Freshwater. Development of fishery sub-sektor, both for [done/conducted] by government and also by private sector, [do] not only [in] territorial water of sea, but also [in] territorial water of land ( freshwater). Territorial water bargain in Indonesia according to [all] fishery expert have the quality of good. Territorial water bargain in Indonesia have acidity storey;level ( stable water pH) and have more compared to stable water temperature [of] natural nations 4 season like Japan and of Taiwan. Despitefully, territorial water bargain Indonesia have plankton type miscellaneous, benthos, and or detritus able to become the source of natural food to fish. Seen from wide [of] the source of territorial water of public ( river, lake, bog, accumulating basin / draught, dsb.) and its water quality very goodness, hence territorial water bargain in Indonesia very potential to the effort development of fishery. One of [the] example [of] [is] territorial water of public [in] just Central Java like [at] tables following :

C. Potency and Prospect of Agribisnis Fish of Betutu.
Fish of Betutu possible still foreign to some people. But, to one who have old dabble in the world of fishery, fish of betutu have is old stuff. To society of Sumatra South, specially around River of Ogan, River of Komering, and River of Musi, have old stuff to fish of Betutu. Even, fish of Betutu made [by] town mascot ( remember Roof-Gutter town of Betutu). [In] business world, fish of Betutu more knowledgeable with the title Lazy fish or lazy Cork. Society of Kalimantan mention fish of betutu by the name of fish of Bakut or fish of Bakukut with the meaning " kept quiet". There [is] also mentioning fish of Betutu by the name of stupid fish or fish of goblog. Ethnical [for a] while Chinese, including Chinese clan, mentioning fish of betutu by the name of fish of Sun Hock. International World mention fish of betutu by the name of fish of marbledgpby or of sand goby. Fish of Betutu have erudite name [of] Marmorata Oxyeletris. Bikr.

From breakdown of above clear that fish of Betutu the including one of [the] fish type which have. Cookery fish menu of betutu have entered [in] metropoliss like Palembang, Field, Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, and Yogyakarta. Rate Menu fish of betutu [in] hotels have star [to] range from Rp 250.000,00 - Rp 300.000,00 to one portion of the size 0,8 singk - 1 singk. While fish price of betutu live [in] wholesaler storey;level or of brooker vary [among/between] Rp 75.000,00 - Rp 100.000,00 per its kilogram.

Costly [of] fish price of betutu anticipated [by] there are some version, probably because delicious goal likely, its flesh turn white, softly, and almost is not bony. fish of Betutu [is] also trusted to contain certain advantage to womankind and to man clan. To womankind, fish of betutu trusted can make ageless and can add softness of husk because containing many vitamin of B1, B2, B6 Vitamin of F, and vitamin of E so that can pursue process become oldly. To man clan, fish of betutu trusted [by] containing many certain hormone and anzim so that can growing strong and heroic as men. But, there [is] also saying that fish of betutu only as arena confront prestige for the meloby of relationship.

Technically, fish of betutu (it) is true still difficult to conducting. Fish business of betutu till in this time most still depend on arrest [in] free nature. Therefore, this fish type [is] felt concerned about will be scarce progressively and totally disappeared akhimya if arrest [in] [done/conducted] free nature continuously. Effort fish conducting and seeding of betutu expected can preserve, adding population, and answer the demand [of] requirement of consumer. Effort fish energy kindness of betutu [in] Thailand can succeed better so that in this time become especial competitor to Indonesia as coming [from] muasal of fish of betutu itself. [In] West Java and [in] Central Java there [are] one who start him [him/ it] intensively although its result not yet seethed with excitement.

Especial constraint [is] fish conducting of betutu [is] the the duration growth of fish. Growth of fish of betutu from hatching till reach consumption size measure ( 400 g to to the) requiring time [about/around] 2 year. Despitefully, this high fish mortality enough so that make people shy at to him [him/ it]. Although storey;level death of fish of betutu high enough, but admit of to be overcome to [pass/through] to with refer to and test-drive of teknih intensive energy kindness.

source : david mulyono

Potensi dan prospek ikan betutu / gabus

PENDAHULUAN

Bangsa kita sangat membutuhkan sumber protein untuk menjadi suatu bangsa yang sehat dan cerdas. Ikan mempakan salah satu sumber protein yang bermutu tinggi. Daging ikan rata-rata mengandung protein (9 % - 22 %), lemak (0,1 % - 20 %), mineral (1 % - 3 %), vitamin, lecithin, guanin, dan sedikit mengandung kolesterol.

A. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sub-Sektor Perikanan
Dengan luasnya perairan dan melimpahnya berbagai jenis ikan di Indonesia, maka pemerintah mencanangkan atau mengharapkan bahwa kebutuhan protein hewani bangsa Indonesia dapat dipenuhi dari sub-sektor perikanan. Dengan demikian, tujuan dan sasaran pembangunan sub-sektor perikanan, di samping meningkatkan devisa bagi negara, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan sasaran agar target tiap orang Indonesia dapat mengkonsumsi ikan ± 25 kg/orang/tahun tercapai. Bila target tersebut dapat dicapai, maka bangsa Indonesia pasti akan menjadi bangsa yang sehat dan cerdas.

B. Potensi Perikanan Air Tawar
Pembangunan sub-sektor perikanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta, tidak hanya di perairan laut, tetapijuga di perairan darat (air tawar). Perairan tawar di Indonesia menurut para ahli perikanan memiliki kualitas yang bagus. Parairan tawar di Indonesia memiliki tingkat keasaman (pH) air yang stabil dan memiliki suhu air yang lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara yang mengalami 4 musim seperti Jepang dan Taiwan. Di samping itu, perairan tawar Indonesia memiliki aneka ragam jenis plankton, benthos, ataupun detritus yang dapat menjadi sumber makanan alami bagi ikan.

Dilihat dari luas sumber perairan umum (sungai, danau, rawa, waduk/dam, dsb.) dan kualitas aimya yang sangat baik, maka perairan tawar di Indonesia sangat potensial untuk usaha pengembangan perikanan.

C. Potensi dan Prospek Agribisnis Ikan Betutu
Ikan Betutu mungkin masih asing bagi sebagian orang. Namun, bagi orang yang telah lama berkecimpung dalam dunia perikanan, ikan betutu sudah tidak asing lagi. Bagi masyarakat Sumatra Selatan, khususnya di sekitar Sungai Ogan, Sungai Komering, dan Sungai Musi, sudah tidak asing lagi terhadap ikan Betutu. Bahkan, ikan Betutu dijadikan maskot kota (ingat kota Talang Betutu).

Di dunia bisnis, ikan Betutu lebih dikenal dengan sebutan ikan Malas atau Gabus malas. Masyarakat Kalimantan menyebut ikan betutu dengan nama ikan Bakut atau ikan Bakukut yang artinya "diam". Ada pula yang menyebut ikan Betutu dengan nama ikan bodoh atau ikan goblog. Sementara etnis Cina, termasuk Cina keturunan, menyebut ikan betutu dengan nama ikan Sun Hok. Dunia Internasional menyebut ikan betutu dengan nama ikan marbledgpby atau sand goby. Ikan Betutu memiliki nama ilmiah Oxyeletris marmorata. Bikr.

Dari uraian di atas jelas bahwa ikan Betutu termasuk salah satu jenis ikan yang sudah mendunia. Menu masakan ikan betutu telah masuk di kota-kota besar seperti Palembang, Medan, Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Tarip menu ikan betutu di hotel-hotel berbintang berkisar antara Rp 250.000,00 - Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg. Sedangkan harga ikan betutu hidup di tingkat tengkulak atau brooker bervariasi antara Rp 75.000,00 - Rp 100.000,00 per kilogramnya.

Mahalnya harga ikan betutu diduga ada beberapa versi, mungkin karena cita rasanya lezat, dagingnya putih, empuk, dan nyaris tidak bertulang. Ikan betutu juga dipercaya mengandung khasiat tertentu bagi kaum wanita dan bagi kaum pria. Bagi kaum'wanita, ikan betutu dipercaya dapat membuat awet muda dan dapat menambah kehalusan kulit karena banyak mengandung vitamin B1, B2, B6 vitamin F, dan vitamin E sehingga dapat menghambat proses penuaan. Bagi kaum pria, ikan betutu dipercaya banyak mengandung anzim dan hormon tertentu sehingga dapat menambah keperkasaan sebagai laki-laki. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa ikan betutu hanya sebagai arena adu gengsi untuk meloby relasi.

Secara teknis, ikan betutu memang masih sulit untuk dibudidayakan. Bisnis ikan betutu hingga saat ini sebagian besar masih tergantung pada penangkapan di alam bebas. Oleh karena itu, jenis ikan ini dikhawatirkan akan semakin langka dan akhimya punah jika penangkapan di alam bebas dilakukan secara terus-menerus. Usaha pembenihan dan pembudidayaan ikan betutu diharapkan dapat melestarikan, menambah populasi, dan mencukupi kebutuhan konsumen.
Usaha budi daya ikan betutu di Thailand dapat berhasil dengan baik sehingga saat ini menjadi pesaing utama bagi Indonesia sebagai asal muasal dari ikan betutu itu sendiri. Di Jawa Barat dan di Jawa Tengah sudah ada orang yang mulai membudidayakannya secara intensif walaupun hasilnya belum menggembirakan.

Kendala utama pembudidayaan ikan betutu adalah lamanya pertumbuhan ikan tersebut. Pertumbuhan ikan betutu dari menetas hingga mencapai ukuran konsumsi (400 g ke atas) membutuhkan waktu sekitar 2 tahun. Di samping itu, angka kematian ikan ini cukup tinggi sehingga membuat orang enggan untuk membudidayakannya. Walaupun tingkat kematian ikan betutu cukup tinggi, namun masih dapat diatasi melalui serangkaian uji coba dan teknih budi daya yang intensif.

sumber : David Mulyono

RECOGNITION OF DECORATIVE TYPE FISH ( DISKUS, SEVERUM, RAINBOW, NIASA

RECOGNITION OF DECORATIVE TYPE FISH ( DISKUS, SEVERUM, RAINBOW, NIASA


ANTECEDENT।

In order to improving earnings of society of DKI Jakarta specially farmer of fish / fisherman have been gone through [by] various means among others exploit lawn farm with effort conservancy of decorative fish। Amount of decorative fish specially decorative fish [of] hard freshwater earn conducting in Indonesia there [is] 91 type। From to 91 fish type, there are some very potential the decorative fish type to be developed [by] because besides can be marketed in country also can represent commodity of eksport। the potential decorative Fish types for example fish of Diskus, Severum, Rainbow, and Niasa। To be more recognize the fish type [at] Chapter hereinafter of dikemukanan of[is nature of from fishs



2. DECORATIVE TYPE FISH

1) Diskus. Decorative Fish [of] Diskus ( Symhysodonodiscus) represent one of [the] decorative fish type [of] freshwater coming from Amazon river ( Brasil). the Type Fish have good economic value and very popular [by] [in] various state. In Indonesia fish of Diskus have earned conducting and very potensil to be developed [by] because besides can be marketed [by] local marketing, also can represent exporting commodity.

Individuality of fish of diskus [is] its body benetuk [of] flimsy body, domed loo like stromateus fish with redish brown primary colour। fish of Diskus earn conducting in Aquarium to a couple of diskus can be placed in fairish aquarium [about/around] 75 x 35 x 35 cm of[is quality of needed to life and expand fish of diskus that is [in] clear water, temperature [about/around] 28 - 30 degree of Celcius pH ( degree of acidity) 5 - 6 besides dissolve Oxygen content [of] him have to be high enough that is + bigger than 3 ppm ( pxrt per million). Fish of Diskus have earned breeding after old age [among/between] 15 - 20 months.

As for [common/ public] food eaten that is water bug, cuk, worm ( food made in) existing [is]

2) Severum।
Fish of Severum Cichlosoma severum [is] one of [the] decorative fish type [of] freshwater coming from upstate United States ( Arhazone. S). Its short Body, fat and attenuate with body primary colour vary that is brass chocolate, or black [is] chocolate. this Fish type also have high economic value. Fish of Severum can be looked after in basin or aquarium cement the quality of needed to water conservancy of fish of severum that is: PH : 5,5 - 7, temperature irrigate 21 - 25 degree of celcius। Fish of Severum have earned to be breeded [by] after old age + year of the size 12 - 15 cm.

Masculine mains from female can be differentiated from masculine mains size measure and colour [of] chromatic more fair with larger ones mains from is female. Food able to be given [by] this fish type for example: water bug, cuk, silk worm etc.

3) Fish of Rainbow। Fish of Rainbow represent decorative fish type which enthused [by] many society because this fish type also can represent commodity of eksport. There [is] 2 type of rainbow which is famous enough that is Irian rainbow ( Melano Tacnia and maccaulochi of Rainbow its Anlanesi Telmatherina Rainbow Irian primary colour ahl ladigesi ogilby [of] silver with metallic dark colour while its Sulawesi primary colour rainbow turn yellow olive, with undercarriage colour turn yellow this fish type [is] including fish lay eggs by gluing egg [at] water crop. Quality of needed to water life of this fish type that is temperature irrigate 23 - 26 degree of Cecius। Ph. water better above 7.


this Fish type [of] dapt live and prolific in cement basin and also aquarium. This fish have earned memijah after old age + 7 months in size measure 5 - 7 cm. Food which is [is] ordinary to be given in conservancy of this fish that is water bug, worm of zambut or of cuk. So that fish can grow better during conservancy lay eggs, water have to klop fulfill conditions and [done/conducted] [by] replacement of water + 1 week 1 times. 4) Fish of Niasa। Psedatropheus Auratus Bonlenger or English name of Auratus. [In] DKI jakarta more knowledgeable by the name of this Niasa fish type have long body rather level off, primary colour turn yellow coal black or fair golden. Fish of Niasa very aggresive its movement so that have to beware of if will be mixed with other fish type.


Quality of needed to water [is] life and expand fish of Niasa that is pH = 7, temperature 24 - 27 degree of Celcius. Conservancy can be [done/conducted] in basin cement or aquarium. Height of needed to water [is] pemijahan [about/around] 30 - 35 cm. Fish of Niasa have earned breeding in age 7 months of the size body length : 7 cm. female and Masculine mains can be differentiated from oafish turn yellow its fin [of] him. Masculine fish usually have oafishly [of] in, whereas the female [do] not. given food for example : Cuk, water bug

3. SOURCE OF. On Duty Fishery, Governmental [of] DKI Jakarta, Jakarta, 1996

4. CONTACT [RELATION/LINK]. Governmental [of] DKI Jakarta, On Duty Fishery of Jakarta, March 2001. Electroplated by : Tarwiyah.

PENGENALAN JENIS IKAN HIAS

PENGENALAN JENIS IKAN HIAS
(DISKUS, SEVERUM, RAINBOW, NIASA)


1. PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat DKI Jakarta khususnya
petani ikan/nelayan telah ditempuh berbagai cara diantaranya memanfaatkan
lahan pekarangan dengan usaha pemeliharaan ikan hias.
Jumlah ikan hias khususnya ikan hias air tawar yang susah dapat
dibudidayakan di Indonesia ada 91 jenis.

Dari ke 91 jenis ikan tersebut, ada beberapa jenis ikan hias tersebut yang
sangat potensial untuk dikembangakan karena selain dapat dipasarkan didalam
negeri juga dapat merupakan komoditas eksport.

Jenis-jenis ikan hias yang potensial tersebut antara lain ikan Diskus, Severum,
Rainbow, dan Niasa. Untuk lebih mengenal jenis ikan tersebut pada Bab
selanjutnya akan dikemukanan sifat dari ikan-ikan tersebut.


2. JENIS IKAN HIAS

1) Diskus
Ikan hias Diskus (Symhysodonodiscus) merupakan salah satu jenis ikan hias
air tawar yang berasal dari sungai Amazon (Brasil). Jenis ikan tersebut
mempunyai nilai ekonomis yang baik dan sangat disenangi di berbagai
negara. Di Indonesia ikan Diskus sudah dapat dibudidayakan dan sangat
potensil untuk dikembangkan karena selain dapat dipasarkan dipasaran
lokal, juga dapat merupakan komoditas ekspor.

Ciri khas dari ikan diskus ialah benetuk badannya tubuh pipih, bundar mirip
ikan bawal dengan warna dasar coklat kemerah-merahan. Ikan diskus dapat
dibudidayakan didalam Aquarium untuk sepasang diskus dapat ditempatkan
dalam aquarium berukuran sekitar 75 x 35 x 35 cm kwalitas yang diperlukan
untuk hidup dan berkembang ikan diskus yaitu di air yang jernih, temperatur
sekitar 28 - 30 derajat Celcius pH (derajat keasaman) 5 - 6 selain itu kandungan Oksigen
terlarutnya harus cukup tinggi yaitu + lebih besar dari 3 ppm (pxrt per
million).


Ikan Diskus sudah dapat dikembangbiakan setelah berumur antara 15 - 20
bulan. Adapun makanan yang umum dengan makan yaitu kutu air, cuk,
cacing (makanan buatan) yang ada dipasaran.


2) Severum
Ikan severum Cichlosoma severum adalah salah satu jenis ikan hias air
tawar yang berasal dari Amerika Serikat bagian Utara (Arhazone. S).
Tubuhnya pendek, gemuk dan gepeng dengan warna dasar tubuh bervariasi
yaitu coklat kekuningan, atau hitam kecoklatan. Jenis ikan ini juga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Ikan Severum dapat dipelihara didalam aquarium atau bak semen kwalitas
air yang diperlukan untuk pemeliharaan ikan severum yaitu: PH. : 5,5 - 7,
temperatur air 21 - 25 derajat celcius. Ikan Severum sudah dapat dipijahkan setelah
berumur + tahun dengan ukuran 12 - 15 cm.
Induk jantan dari betina dapat dibedakan dari warna dan ukuran induk jantan
berwarna lebih cerah dengan induk yang lebih besar dari betina. Makanan
yang dapat diberikan jenis ikan ini antara lain: kutu air, cuk, cacing sutera dll.

3) Ikan Rainbow
Ikan Rainbow merupakan jenis ikan hias yang banyak diminati masyarakat
karena jenis ikan ini juga dapat merupakan komoditi eksport. Ada 2 jenis
rainbow yang cukup terkenal yaitu rainbow Irian (Melano Tacnia maccaulochi
dan Rainbow Anlanesi ogilby Telmatherina ladigesi ahl

Rainbow Irian warna dasarnya keperak-perakan dengan warna gelap metalik
sedangkan rainbow Sulawesi warna dasarnya kuning zaitun, dengan warna
bagian bawah kuning jenis ikan ini termasuk ikan bertelur dengan
menempelkan telur pada tanaman air.

Kwalitas air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperatur
air 23 - 26 derajat Cecius. Ph. air sebaiknya diatas 7. Jenis ikan ini dapt hidup dan
berkembang-biak dalam aquarium maupun bak semen. Ikan ini sudah dapat
memijah setelah berumur + 7 bulan dalam ukuran 5 - 7 cm.
Makanan yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air,
cacing zambut atau cuk. Supaya ikan dapat tumbuh dengan baik selama
pemeliharaan bertelur, air harus klop memenuhi persyaratan dan dilakukan
penggantian air + 1 minggu 1 kali.


4) Ikan Niasa
Psedatropheus auratus Bonlenger atau nama Inggris Auratus. Di DKI jakarta
lebih dikenal dengan nama Niasa jenis ikan ini mempunyai tubuh memanjang
agak datar, warna dasar kuning keemasan cerah atau hitam pekat. Ikan
Niasa sangat agresif gerakannya sehingga harus hati-hati kalau akan
dicampur dengan jenis ikan lain.

Kwalitas air yang diperlukan untuk hidup dan berkembang ikan Niasa yaitu
pH = 7, temperatur 24 - 27 derajat Celcius. Pemeliharaan dapat dilakukan didalam bak
semen atau aquarium. Ketinggian air yang diperlukan untuk pemijahan
sekitar 30 - 35 cm.
Ikan Niasa sudah dapat memijahkan dalam umur 7 bulan dengan ukuran
panjang tubuh : 7 cm. Induk jantan dan betina dapat dibedakan dari totol
kuning sirip anusnya.
Ikan jantan biasanya memiliki totol-totol in, sementara si betina tidak.
Makanan yang diberikan antara lain : Cuk, kutu air.

3. SUMBER
Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996

4. KONTAK HUBUNGAN
Pemerintah DKI Jakarta, Dinas Perikanan
Jakarta, Maret 2001
Disadur oleh : Tarwiyah

DISEASE OF FISH of BAUNG AND OPERATION

DISEASE AND its OPERATION.


Fish which [is] conducting oftentimes experience of disease attack. come down with Fish marking in general [is] fish often see to swim on the surface of irrigate ( non when eating), fish cut loose from its group, fish swim quiesently on the surface of irrigate, fish oftentimes go away from inclusion of water, tardy peripatetic fish, fish mouth gasp for breath on the surface of irrigate, passion eat to decrease, rather blue pale chromatic fish gill until. A. Disease of Parasite Parasite represent flora or animal draping its life [at] its its[his]. Disease which because of parasite can come from bacterium, mushroom, protozoa, and or worm.

Resulted from [by] disease [is] Bacterium. resulted from [by] Disease [is] bacterium referred [as] [by] disease of bakterial. This disease [is] in general marked with existence of redish chromatic hurt or red pocks [at] part of external body [of] fish, like abscess contain dilution, natural fin [of] deterioration so that destroy, damage and pale gill, natural stomach [of] pembengkakan, and sometime go with the tide broken fish. Bacterium type attacking bream, especially and lele of baung, [is] bacterium of Aeromonas hydrophyla. This bacterium can cause disease if condition of environment and or the condition of itself fish become uglyly.

Prevention of disease of bakterial can be [done/conducted] used [to] medicinize like Malacheet Green ( MG). Malacheet Green in the form of green flour which can buy [by] [in] drugstores or dispensary. Dose the used [is] 1 - 15 mg / litre. Fish which is [is] ill to be soaked in condensation of Malacheet Green during about 10 - 15 minute. Medication [done/conducted] [by] 3 times successively with time distance 2 - 3 day.

Resulted from [by] disease [is] Mushroom. attacked [by] Marking Fish [is] mushroom [is] [at] fish husk growed [by] smooth yarns like white or white chromatic cotton [is] cacao. Mushroom type which often attack bream ( like catfish) [is] mushroom of Aphanomyces ( attacking body interior) and Saprolegmia ( attacking body exterior). Preventive and medication of this disease can be [done/conducted] with pool keep cleaning or of karamba and avoid treatment of which can generate hurt [at] fish. come down with fish [is] mushroom plunged into condensation of Malacheet Green dose 60 g / m3 during 15 minute, or with dose 2 - 3 gram / m3 irrigate during 1 [hour/clock] or plunged in condensation of formalin ( rate 10 %) with dose 1,5 - 2 cc / litre irrigate during 15 minute.


Resulted from [by] disease [is] Protozoa. most Disease [is] often met [at] fish larva [is] disease of white blot ( spot white). This disease because of protozoa parasite of type of Ichthyopthirius multifilis so that often [is] also referred [as] [by] disease " Ich". this Ichthyopthirius Multifilis destroy fish mucus cells and can cause haemorrahage which often seen [at] fish gill and fin. Preventive [of] disease of Ichthyopthirius multifilis can be [done/conducted] by creating freshness atmosphere and health to fish by labouring the quality of water remain to be optimal in a condition which accompanied [by] [gift/ giving] of good food. Medication or eradication of disease can be [done/conducted] with :

a. Fish which is [is] ill to be soaked in cooking salt condensation ( Dose NaCl) 10 - 15 g / litre irrigate during 20 minute or 25 g / litre during 10 - 15 minute

b. Fish which is [is] ill to be soaked in condensation of Malacheet Green dose 0,05 mg / litre during 3 - 4 day or 0,15 mg / litre

c. Temperature irrigate conservancy improved to become 30°C and every day irrigate to be changed [by] 50

d. Fish which is [is] ill to be soaked in Acriflavine ( dose hydrochlorida) 10 mg / litre.



Resulted From [By] disease [is] Learnea.
Parasite of Leamea represent parasite which patch [at] fish body exterior. This parasite can cause the happening of bodily injury so that become way in to mushroom bacterium, and virus ( Picture 29). Incidence [of] this Learnea because of to the number of organic materials in the form of garbage, rest of food pickings and fertilization, irrigating of pool which [do] not emit a stream of, temperature which is high relative, or solid [is] high dispersion. Symptoms [at] come down with fish [is] Learnea [is] [at] organ, fin, and eye found [by] parasite which patch. come down with fish also often experience of bodily injury or chafe [at] parasite adherence place.

Prevention of disease of Lernea can be [done/conducted] by filtering water beforehand before [entered/included] to pool. Fish which is [is] ill to be soaked in condensation of PK ( Potassium of Permanganat = KMNO2) dose 20 - 25 mg / litre during 2 - 3 [hour/clock]. Operation of disease earn [is] also [done/conducted] soaked fish in condensation of formalin 10 % with dose 250 ml / m3 irrigate during 10 - 15 minute and repeated [by] 2 - 3 times in a time gap 2 - 3 day. Preventive [of] this disease earn [is] also [done/conducted] soaked attacked fish by using Dipterex Bromex dose 0,25 mg / litre.



Resulted From [By] disease [is] Flea Fish ( Argulus).
Flea Fish ( Argulus) live by sucking fish blood. this Fish flea can go about from one fish tail to other fish ( Picture 29). attacked [by] Fish marking [is] fish flea [is] fish become thinly, even attacked fish often die because stung and sipped [by] its blood. Fish movement become slowgoing and [at] body / body sometime there are red blot.

Prevention of fish flea can be [done/conducted] with draining of periodical pool, at the same time process land;ground, fertilizing, calcifying pool to annihilate eggs of Argulus, and also commutation of pool water often possible. Eradication or medication to come down with fish can be gone through soaked fish in cooking salt condensation ( Nacl) 20 g / litre during 5 minute or earn also soak ill fish in Insektisida Malathin and of Dipterex with dose 0,25 mg / litre.



Resulted from [by] disease [is] Gyrodactylus and of Dactylogyrus.
Gyrodactylus and of Dactylogyrus [is] of a kind worm very small which live as fish parasite and destroy gill and also fish epidermis. attacked [by] gill [is] Gyrodactylus and of Dactylogyrus become bodily injury, later;then arise haemorrahage of effect exhalation of fish annoyed. attacked Fish husk become muccous many ( Picture 29). Medication to attacked [by] fish [is] Gyrodactylus and of Dactylogyrus can be [done/conducted] by using condensation of fomalin 25 mg / water litre.




Picture 29. Parasite type cause of disease of fish.



B. Disease of Non-Parasit.

Disease of non-parasit [is] disease which because of environmental factors like water fisika-kimia which disagree with requirement of food factor and fish / gizi which [do] not fufilled. Disease effect of fisika-kimia irrigate for example change of temperature, pH, lacking of oxygen, existence of poisongass ( NH3, H2S), and poisonous Iihat vitamin. Disease effect of bad food ( malnutrien), for example lacking of rotten food-stuff or vitamin and poisonous. resulted from [by] Disease symptom lacking of food [is] incidence [of] intestine symptom break which found many [at] fish of group of catfish. Disease of bent bone [at] catfish anticipated for want of vitamin C. Disease of a kind tumor which because of mushroom poison ( Aflatoxin) [pass/through] legume materials used for the menyusuh of composition of pakan made in. To overcome disease of above mentioned non-parasit can be [done/conducted] by labouring the condition of food and environment matching with requirement of fish.

PANEN DAN PENANGANAN PASCAPANEN IKAN BAUNG

BAB VII
PANEN DAN PENANGANAN PASCAPANEN

Panen ikan baung biasanya dilakukan setelah pemeliharaan selama 3 - 3,5 bulan atau ikan telah berukuran 250 - 500 g dan panjang 20 - 25 cm. Panen dapat dilakukan secara bertahap atau secara total, tergantung pada keperluan.

A. Panen
Panen ikan baung yang dibelihara di karamba dan ikan baung yang dipelihara di kolam adalah sebagai berikut.

1. Cara Panen di Karamba
Sebelum panen dilakukan, kita harus menyiapkan terlebih dahulu alat-alat seperti tangguk, keranjang atau ember, kantung plastik, tabung gas oksigen, dan timbangan. Panen ikan baung di karamba yang terbuat dari jaring plastik dapat dilakukan dengan cara mengangkat karamba tersebut. Setelah karamba diangkat sebagian, kemudian ditangguk berulang kali sampai ikan dalam karamba tersebut habis. Sehabis ikan-ikan dalam karamba tersebut dipanen, seluruh kotoran dalam karamba dibersihkan karamba kemudian dijemur beberapa hari hingga kering.
Jika karamba untuk pemeliharaan ikan terbuat dari kayu atau bambu yang cukup berat, cara pemanenan ikan dilakukan dengan menggunakan tangguk. Ikan-ikan yang akan dipanen diciduk dari atas melalui pintu karamba. Cara panen ikan di karamba yang terbuat dari kayu atau bambu memang agak sukar dan memerlukan waktu yang cukup lama. Di samping itu, kita sukar mengetahui apakah ikan sudah habis atau masih ada dalam karamba. Karamba yang terbuat dari kayu atau bambu tidak dapat dikeringkan dan dibersihkan bagian dalamnya.

2. Cara Panen di Kolam
Panen ikan baung di kolam dilakukan setelah pemeliharaan 3 - 4 bulan dan ukuran ikan telah mencapai 20 - 25 cm dengan bobot 250 - 500 g. Panen ikan di kolam dapat dilakukan secara bertahap jika ukuran ikan tidak seragam. Jika ukuran ikan relative seragam, pemanenan dapat dilakukan secara total. Sebelum panen dilaksanakan, segala peralatan dan sarana penunjang harus dipersiapkan terlebih dahulu untuk menghindari penurunan mutu ikan.
Panen ikan di kolam sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 6.00 - 7.00 supaya ikan tetap segar dan tenaga kerjanya pun masih kuat sehingga panen dapat selesai sebelum hari panas. Panen dilakukan dengan terlebih dahulu membuang air kolam. Jika konstruksi kolam baik, panen dapat dilakukan di dekat pintu air. Sebaliknya, jika konstruksi kolam sederhana dan berlumpur, panen sebaiknya dilakukan dengan menelusuri seluruh bagian kolam dengan menggunakan jaring atau menggunakan tangan langsung karena ikan baung senang membenamkan diri di dalam lumpur.
Jika menginginkan ikan hidup sampai pada konsumen, pada waktu panen sebaiknya disisipkan hapa yang diikat dekat pintu air agar ikan yang dipanen tertampung terlebih dahulu di hapa. Kemudian, ikan diangkut dengan wadah yang berisi air, misalnya tong plastik ataujerigen yang dipotong tengahnya.

B. Penanganan Pascapanen
Seperti halnya komoditas ikan yang lain, ikan baung termasuk komoditas yang cepat rusak (mutunya menurun) karena proses pembusukan. Proses pembusukan terjadi sejak ikan mati dengan terjadinya proses autolysis oleh enzim dan bakteri menyebabkan terjadinya penurunan mutu dan pembusukan pada tubuh ikan. Agar penurunan mutu dapat dihambat, penanganan ikan ketika panen dan setelah dipanen (pascapanen) harus ditangani dengan baik dan benar.

1. Ikan Segar
Kebanyakan ikan baung dijual dalam bentuk ikan segar yang mati. Namun, jika menginginkan ikan hidup sampai ke konsumen, maka dapat ditempuh dengan cara seperti pada pengangkutan benih. Wadah yang digunakan untuk mengangkut ikan hidup dapat dibuat lebih besar atau lebih banyak, baik dalam kantong plastik maupun dalam tong plastik.
Ikan segar yang mati yang diangkut ke konsumen memerlukan perhatian khusus untuk mencegah terjadinya pembusukan. kebersihan ikan harus diperhatikan dengan cara dicuci sebelum dimasukkan ke dalam wadah pengangkutan. Demikianjuga, penyusunan ikan dalam wadah tidak boleh terlalu tinggi agar ikan yang berada di bawah tidak rusak. Pengangkutan ikan dapat menggunakan es dalam jumlah yang cukup agar bakteri atau mikroorganisme lain tidak aktif berkembang.

2. Ikan Asap
Selain dikonsumsi segar, ikan baung juga telah populer untuk dijadikan ikan asap. Di pasar-pasar di Kotamadya Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan daerah lainnya di Riau selalu dijumpai ikan baung asap. Namun, produk ikan baung asap belum dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Konsumen ikan baung asap di propinsi Riau umumnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas karena harga jualnya relatif mahal, yaitu Rp 90.000,00 - Rp 95.000,00 per kilogram.












Gambar 30. Ikan Baung Asap

Di propinsi Riau ikan baung yang dihasilkan dari perairan umum. Biasanya, pengasapan dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan rumah asap yang terbuat dari drum dengan sumber asap adalah sabut kelapa dan kayu. Pengasapan berlangsung antara 12 - 20 jam. Ikan asap yang belum terjual atau dikonsumsi biasanya dimasukkan ke dalam rumah asap lagi. Ukuran ikan baung yang diasap biasanya berkisar 100 - 250 g. Pengolahan dan pengawetan ikan baung secara tradisional pada prinsipnya adalah mengurangi kadar air untuk menghindari proses kemunduran mutu dan pembusukan, baik secara kimiawi, biologis, maupun fisik.
Cara pengawetan ikan dengan pengasapan sudah dikenal manusia sejak zaman dahulu, yaitu sejak ditemukannya cara membuat api dan ikan menjadi masak karena panasnya api. Setelah menjadi masak, ikan tersebut akan berbau asap yang berasal dari kayu yang terbakar yang dapat menimbulkan bau dan aroma yang khas. Dengan kemajuan tingkat pemikiran dan pengetahuan, manusia makin tahu bahwa dengan pengasapan ikan bisa disimpan lebih lama dalam keadaan.enak untuk dimakan.
Pengasapan merupakan salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk memperpanjang daya awet ikan dengan menggunakan bahan bakar kayu sebagai bahan yang menghasilkan asap. Pengasapan akan menghasilkan panas yang dapat menyebabkan berkurangnya kadar air ikan dan mengakibatkan terhambatnya aktivitas mikroba. Daya awet produk ikan yang diasap tidak hanya disebabkan oleh proses pemanasan, pengeringan, dan penggaraman, tetapi juga asap yang dihasilkan mempunyai senyawa-senyawa tertentu yang bersifat bakterisidal.
Proses pengasapan ikan sebenamya terjadi serangkaian proses penggaraman, pengeringan, pemanasan dan pengasapan. Asap yang dihasilkan membuat ikan yang diasap menjadi mengkilat. Sifat mengkilat ini dihasilkan oleh reaksi-reaksi kimia dari senyawa-senyawa dalam asap, yaitu formaldehid dengan fenol yang menghasilkan lapisan damar tiruan pada permukaan ikan sehingga menjadi mengkilat. Komposisi kimia asap kayu disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi kimia sap kayu




Bahan bakar untuk pengasapan ikan dapat menggunakan sabut kelapa atau tempurung kelapa, bonggol jagung, potongan-potongan kayu, atau serbuk gergajian kayu yang tidak mengandung resin. Kayu mengandung bahan yang dapat terbakar. Bau yang dihasilkan dari kayu yang terbakar merupakan persenyawaan organik kompleks, yaitu selulosa, lignin, pentosan, asam laurat, senyawaan protein, resin, dan terpen.
Berdasarkan suhu pengasapan dikenal dua jenis pengasapan, yaitu pengasapan panas dan pengasapan dingin. Pengasapan panas dilakukan dengan suhu yang mencapai 100°C dan suhu dalam daging ikan mencapai 60°C. Sedangkan pengasapan dingin dilakukan dengan suhu maksimum 30°C. Secara skematis, cara pengasapan ikan baung dapat dilihat pada Gambar 31.
Hasil penelitian terhadap komposisi asam-asam amino ikan baung segar dan yang diasap disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Komposisi asam amino ikan baung segar dan diasap




Gambar 31. Skema proses pengasapan ikan baung

Dari setiap proses pengasapan dengan menggunakan 8,5 kg ikan baung segar diperoleh 4,8 kg ikan baung asap. Lama pengasapan untuk proses tersebut selama 16 jam. Biaya pengasapan (arang, batok kelapa, sabut kelapa, garam, dan tenaga kerja) adalah sebesar Rp 40.800,00. Jika harga ikan baung segar sebesar Rp 40.000,00/kg dan ikan baung asap sebesar Rp 90.000,00/kg.makakeuntungan yang diperoleh setiap kali pengasapan adalah sebesar Rp 51.200,00. Untuk lebihjelasnya, rincian biaya dan pendapatan pengasapan ikan baung dapat dilihat pada Tabel 10.

Gambar 32. Rumah asap Hashimito Canning.



DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. 1998. Proses Pematangan Gonadpada Ikon Betina (Teleostei). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alawi, H. 1990. Memelihara Ikan Dalam Karamba. Fakultas Perikanan, Universitas Riau.

Alawi, H., M. Ahmad, Rusliadi dan Pardinan. 1992. "Some Biological Aspect of Macrones Catfish (Macrones nemurus) from Kampar River." Dalam : Terubuk 18 (52) : 33 - 47.

Amomsakun, A., and A. Hassan. 1997. "Some Aspect in Early Life Stages in Larval Green Catfish Mystus nemurus." Dalam: IFR Journal 3 : 64 - 70.

Asmawi, S. 1984. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia. Jakarta.

Bardach, J.E., J.H. Ryther and W.O. McLamey. 1972. Aquaculture: The Farming and Husbandry of Fresh Water and Marine Organisme. 2nd Edition. John Wiley and Sons. New York.

Busch, R.L. 1985. "Channel Catfish Culture in Ponds." p. 13 - 18. Dalam: C.S. Tucker (Ed.) Channel Catfish Culture. Elsevier. New York.

Carman, 0., Alimuddin, H. Arfah, S. Nuryati dan L. Mulyani. 1999. "Buku Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Air Tawar." Dalam: Proyek Semi-Que. Institut Pertanian Bogor.

Cruz, E.M. 1986. Buku Pegangan Latihan Makanan Ikan. Proyek Pengembangan Perikanan Skala Kecil. USAID Jakarta. Dirjen Perikanan. Pemerintah Indonesia.

Djajadiredja, R., S. Hatimah dan Z. Arifin. 1972. Buku Pengenalan Sumber Perikanan Darat. Bagian I. Dirien Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Effendi, I. 1999. "Pemeliharaan Larva." Dalam: Makalah Pelatihan Pembenihan Ikan. Proyek Semi-Que. Institut Pertanian Bogor.

Gaffar, A.K. 1982. "Pertumbuhan Ikan Baung (Macrones nemurus) yang Diberi Makan Pellet dengan Formulasi Berbeda di Sangkar Terapung." Dalam: Bulletin Penelitian Perikanan Darat 3 (2) : 8 - 12.

Gaffar A.K. 1998. "Ikan Baung (Mystus nemurus) Si Kumis dan Perairan Tawar." Dalam: Loka Penelitian Perikanan A ir Tawar. Palembang.

Hadikoesworo, H. 1986. Penelitian Ekonomi Budi Daya Perairan di Asia. Gramedia. Jakarta.

Imaki, A., Kawamoto and A. Suzuki. 1978. A History of Freshwater Fishes Collected from the Kapuas Rivers, Kalimantan Indonesia. The Institute for Breeding. Tokay University of Agriculture.

Loekman, S. 1993. "Pengamh Lama Pengasapan Terhadap Kandungan Zat Gizi Ikan Baung." Dalam: Tesis Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Madsuly, T. 1977. Laporan Petemakan Ikan Tagih (Macrones nemurus) di Kabupaten Sumedang. Dinas Perikanan Kabupaten Sumedang.

Murrit, R.W. and K.W. Cunning. 1978. An Introduction to the Aquatic Insect of North America. Kendall/Hunt Published Company. Iowa.

Mudjiman, A. 1985. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Muflikah, N. 1993. "Pemijahan Ikan Baung dengan Sistem Rangsangan Hormon." Dalam: Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Research Council.

Saanin,H. 1968. Taksonomi dan Kuncildentifikasi Ikan. Binacipta. Bandung.

Suyanto, S.R. 1982. Budi Daya Ikan Leie. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tang, U.M., H. Alawi dan R.M. Putra. 1999. "Pematangan Gonad Ikan Baung pada Pakan dan Lingkungan yang Berbeda." Dalam: Hayati 6: 10 - 12.

Tang, U.M., H, Alawi dan Nuraini. 1999. "Pemijahan dan Penetasan Telur Ikan Baung (M. nemurus)." Dalam: Laporan Hasil Penelitian. ARMP-Universitas Riau:

Tang, U.M., R. Affandi, R. Widjajakusuma, H. Setianto dan M.F. Rahardjo. 2000. "Aspek Biologi dan Kebutuhan Lingkungan Benih Ikan Baung." Dalam: Disertasi Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Weber, M and de Beaufort. 1965. the Fishes of the Indo-Australia Archipelago II. E.J. Brill Ltd. Leiden Holland.

Woynarovich, E. and L. Horvath. 1980. The Artificial Propagation of WarmWater for Fishes. A Manual for Extension. FAO of The United Nations. Rome.

Yunita, Y. 1996. "Keberhasilan Fertilisasi dan Daya Tetas Ikan Baung (Mystus planicep) yang Diinduksi dengan Dosis Ovaprim yang Berbeda." Dalam: Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru.

PENYAKIT IKAN BAUNG DAN PENGENDALIANNYA

BAB VI
PENYAKIT DAN PENGENDALIANNYA

Ikan yang dibudidayakan seringkali mengalami serangan penyakit. Tanda-tanda ikan yang terserang penyakit secara umum adalah ikan sering tampak berenang di permukaan air (bukan pada waktu makan), ikan memisahkan diri dari kelompoknya, ikan berenang secara pasif di permukaan air, ikan seringkali menjauh dari pemasukan air, ikan bergerak lambat, mulut ikan megap-megap di permukaan air, nafsu makan berkurang, insang ikan berwarna pucat sampai kebiru-biruan.

A. Penyakit Parasit
Parasit merupakan hewan atau tumbuh-tumbuhan yang menggantungkan hidupnya pada inangnya. Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat berasal dari bakteri, jamur, protozoa, ataupun cacing..

1. Penyakit yang Diakibatkan oleh Bakteri
Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri disebut penyakit bakterial. Penyakit ini secara umum ditandai dengan adanya luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan, seperti bisul berisi cairan, sirip mengalami pembusukan sehingga rusak, insang pucat dan rusak, perut mengalami pembengkakan, dan kadang-kadang ekor ikan putus.
Jenis bakteri yang menyerang ikan air tawar, terutama lele dan baung, adalah bakteri Aeromonas hydrophyla. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika kondisi lingkungan ataupun kondisi ikan itu sendiri menjadi buruk.
Pencegahan penyakit bakterial dapat dilakukan dengan digunakan obat-obatan seperti Malacheet Green (MG). Malacheet Green berupa serbuk hijau yang bisa dibeli di apotik atau toko-toko obat. Dosis yang digunakan adalah 1 - 15 mg/liter. Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green selama kira-kira 10 - 15 menit. Pengobatan dilakukan 3 kali berturut-turut dengan jarak waktu 2 - 3 hari.

2. Penyakit yang Diakibatkan oleh Jamur
Tanda-tanda ikan yang terserangjamur adalah pada kulit ikan ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih atau putih kecokelat-cokelatan. Jenis jamur yang sering menyerang ikan air tawar (seperti catfish) adalah jamur Aphanomyces (menyerang bagian dalam tubuh) dan Saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh).
Pencegahan dan pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kolam atau karamba dan menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan luka pada ikan. Ikan yang terserang penyakit jamur dicelupkan ke dalam larutan Malacheet Green dosis 60 g/m3 selama 15 menit, atau dengan dosis 2 - 3 gram/m3 air selama 1 jam atau dicelupkan dalam larutan formalin (kadar 10 %) dengan dosis 1,5 - 2 cc/liter air selama 15 menit.

3. Penyakit yang Diakibatkan oleh Protozoa
Penyakit yang paling sering dijumpai pada larva ikan adalah penyakit bintik putih (white spot). Penyakit ini disebabkan oleh parasit protozoa dari jenis Ichthyopthirius multifilis sehingga sering juga disebut penyakit "Ich". Ichthyopthirius multifilis ini merusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan yang sering terlihat pada sirip dan insang ikan.
Pencegahan penyakit Ichthyopthirius multifilis dapat dilakukan dengan menciptakan suasana kesegaran dan kesehatan bagi ikan dengan mengusahakan kualitas air tetap dalam kondisi optimal yang disertai pemberian pakan yang baik. Pengobatan atau pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan :
Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dosis 10 - 15 g/liter air selama 20 menit atau 25 g/liter selama 10 - 15 menit.
Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green dosis 0,05 mg/liter selama 3 - 4 hari atau 0,15 mg/liter.
Suhu air pemeliharaan ditingkatkan menjadi 30°C dan setiap hari air diganti 50 %.
Ikan yang sakit direndam dalam Acriflavine (hydrochlorida) dosis 10 mg/liter.

4. Penyakit yang Diakibatkan oleh Learnea
Parasit Leamea merupakan parasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini dapat menyebabkan terjadinya luka-luka sehingga menjadi jalan masuk bagi bakterijamur, dan virus (Gambar 29). Timbulnya Learnea ini disebabkan oleh banyakya bahan organik berupa sampah, sisa pemupukan dan sisa-sisa makanan, pengairan kolam yang tidak mengalir, suhu yang relatif tinggi, atau padat penebaran yang tinggi.
Gejala-gejala pada ikan yang terserang penyakit Learnea adalah pada bagian badan, sirip, dan mata ditemukan parasit yang menempel. Ikan yang terserang penyakit ini juga sering mengalami luka-luka atau radang pada tempat melekatnya parasit.
Pencegahan penyakit Lesmea dapat dilakukan dengan menyaring air terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke kolam. Ikan yang sakit direndam dalam larutan PK (Kalium Permanganat = KMnO2) dosis 20 - 25 mg/liter selama 2 - 3 jam. Pengendalian penyakit dapat juga dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan formalin 10 % dengan dosis 250 ml/m3 air selama 10 - 15 menit dan diulangi 2 - 3 kali dalam selang waktu 2 - 3 hari. Pencegahan penyakit ini dapat juga dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dengan menggunakan Dipterex Bromex dosis 0,25 mg/liter.


5. Penyakit yang Diakibatkan oleh Kutu Ikan (Argulus)
Kutu ikan (Argulus) hidup dengan cara mengisap darah ikan. Kutu ikan ini dapat berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang lain (Gambar 29). Tanda-tanda ikan yang terserang kutu ikan adalah ikan menjadi kurus, bahkan ikan yang terserang sering mati karena disengat dan dihisap darahnya. Gerakan ikan menjadi lamban dan pada badan/tubuh kadang-kadang terdapat bintik merah.
Pencegahan kutu ikan dapat dilakukan dengan pengeringan kolam secara berkala, sambil mengolah tanah, memupuk, mengapur kolam untuk memusnahkan telur-telur Argulus, serta pergantian air kolam sesering mungkin. Pemberantasan atau pengobatan terhadap ikan yang terserang penyakit ini dapat ditempuh dengan merendam ikan dalam larutan garam dapur (NaCl) 20 g/liter selama 5 menit atau dapat juga merendam ikan yang sakit dalam Insektisida Malathin dan Dipterex dengan dosis 0,25 mg/liter.

6. Penyakit yang Diakibatkan oleh Gyrodactylus dan Dactylogyrus
Gyrodactylus dan Dactylogyrus adalah sejenis cacing sangat kecil yang hidup sebagai parasit ikan dan merusak insang serta kulit luar ikan. Insang yang diserang Gyrodactylus dan Dactylogyrus menjadi luka-luka, kemudain timbul pendarahan akibat pernafasan ikan terganggu. Kulit ikan yang terserang menjadi berlendir banyak (Gambar 29).
Pengobatan terhadap ikan yang terserang Gyrodactylus dan Dactylogyrus dapat dilakukan dengan menggunakan larutan fomalin 25 mg/liter air.



Gambar 29. Jenis parasit penyebab penyakit ikan

B. Penyakit Non-Parasit
Penyakit non-parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti fisika-kimia air yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan dan faktor makanan/gizi yang tidak terpenuhi. Penyakit akibat fisika-kimia air misalnya perubahan suhu, pH, kekurangan oksigen, adanya gas-gas beracun (NH3, H2S), dan zat beracun.
Penyakit akibat makanan yang tidak baik (malnutrien), misalnya kekurangan vitamin atau bahan makanan yang busuk dan mengandung racun. Gejala penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan makanan adalah timbulnya gejala usus pecah yang banyak ditemukan pada ikan dari kelompok catfish. Penyakit tulang bengkok pada catfish diduga karena kekurangan vitamin
C. Penyakit sejenis tumor yang disebabkan oleh racun jamur (Aflatoxin) melalui bahan kacang-kacangan yang digunakan untuk menyusuh komposisi pakan buatan.
Untuk menanggulangi penyakit non-parasit tersebut di atas dapat dilakukan dengan mengusahakan kondisi lingkungan dan makanan yang sesuai dengan kebutuhan ikan.