Penyakit ikan (Lernea cyprinaceae)



Lernea cyprinaceae

L. cyprinaceae adalah sejenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar (anchorworm). Dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan.

Selama hidupnya, cacing jangkar mengalami tiga kali perubahan tubuhnya, yaitu nauplius, copepodid dan bentuk dewasa. Lamanya satu siklus hidup tergantung dari temperatur lingkungan, di Indonesia, umumnya mencapai 21 – 25 hari.

Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan. Memasuki

stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan ke­palanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih ter­lalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.





































Gambar-20: Siklus hidup Lernea cyprinaceae


1. Stadium nauplius …………….4. Stadium dewasa
2. Stadium copepodid …………….4a. Ikan yang terserang lernea
3. Stadium cyclopoid
Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh cacing jangkar ini, terutama pada musim pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat adanya cacing jangkar yang menempel. Pencegahan terhadap serangan cacing jangkar dapat dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan


kimia untuk membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid. Upaya pengendalian terhadap serangan cacing jangkar dewasa sulit dilakukan, karena cacing ini memiliki kulit khitin yang tahan terhadap pengaruh senyawa kimia. Penggunaan gunting cukup efektif untuk memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar yang menempel pada tubuh ikan dan segera dimus­nahkan dengan cara mengubur atau membakarnya, sedangkan bagian kepalanya dibiarkan tinggal di dalam tubuh ikan. Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder, ikan direndam dalam larutan tetrasiklin 250 mg per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari berturut-turut.


Pengendalian cacing jangkar dengan senyawa kimia dapat juga dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan bro­mex 0,12 – 0,15 ppm. Caring jangkar pada stadium copepodid dapat dibunuh dengan merendam ikan yang terserang ke dalam larutan dipterex 0,25 ppm selama 4 – 6 jam. Perendaman dengan larutan NaCl dan PK cukup efektif, namun ka­rena dosisnya berada sedikit di bawah konsentrasi lethal bagi ikan, cara ini jarang digunakan.

sumber : Ir. Eddy Afrianto dan Ir. Evi Liviawaty, 1993