PEMBESARAN IKAN BAUNG


BAB IV
PEMBESARAN IKAN BAUNG

Usaha pembesaran ikan baung dapat dilakukan di dalam keramba ataupun di kolam air tenang.

A. Pembesaran Ikan dalam Karamba
Pembesaran ikan baung di dalam karamba sudah lama dikenal di Indonesia. Cara pembesaran ikan baung di dalam karamba ini timbul karena di daerah tersebut banyak tinggal pedagang-pedagang ikan yang menjual ikannya di pasar-pasar terdekat. Ikan yang tidak laku dijual disimpan di dalam keranjang-keranjang kecil dan diletakkan di sungai atau parit-parit dekat rumah mereka. Dari model penyimpanan ikan seperti inilah kemudian muncul usaha pembesaran ikan di dalam karamba dengan berbagai bentuk dan cara penempatannya. Di beberapa daerah di Indonesia pembesaran ikan di dalam karamba telah menjadi mata pencaharian dan dapat memberikan penghasilan yang cukup besar.

1. Bentuk Karamba
Berdasarkan bentuknya, karamba di Indonesia mempunyai dua bentuk, yaitu karamba berbentuk empat persegi panjang dan karamba berbentuk bundar panjang. Karamba yang berbentuk empat persegi panjang ada yang memanjang dan ada pula yang berbentuk kotak.
Karamba berbentuk empat persegi panjang umumnya terbuat dari papan, bilah bambu, atau bambu bulat, sedangkan karamba yang berbentuk kotak terbuat dari kawat ayam atau jaring. Karamba bundar panjang terbuat dari bilah bambu yang diayam seperti hampang (Gambar 20).













Gambar 20. Karamba Bentuk Empat Persegi Panjang dan Bentuk Bulat.





2. Penempatan Karamba
Penempatan karamba dapat dilakukan di sungai, di danau, di rawa-rawa, dan di saluran irigasi. Untuk menentukan lokasi yang baik bagi penempatan karamba, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut.

Lokasi penempatan karamba cukup aman dan tidak mengganggu masyarakat yang biasa menggunakan air, dimana karamba ditempatkan.
Lokasi penempatan keramba terhindar dari segala macam gangguan baik dari manusia, binatang, maupun lalu lintas.


Perairan tempat pemasangan karamba hams cukup medapatkan oksigen. Kebutuhan oksigen bagi ikan memang tidak perlu terlalu tinggi, tetapi yang paling penting adalah kontinuitas oksigen tersebut.
Suhu dan kualitas air di mana karamba kita tempatkan harus sesuai dengan kebutuhan ikanjuga perlu diperhatikan dalam penentuan penempatan karamba. Suhu optimal bagi ikan baung adalah 27°C - 33°C. Perbedaan suhu pada siang dan malam hari yang ideal bagi kehidupan ikan baung adalah tidak lebih besar dari 5°C.



Air di lingkungan karamba tidak begitu banyak mengalami guncangan suhu. Guncangan suhu pada perairan yang dangkal biasanya cukup besar, maka penempatan karamba perlu mempertimbangkan kedalaman air. Ikan baung termasuk jenis ikan yang mempunyai toleransi kisaran kualitas air yang luas, sehingga ikan ini sangat potensial dan mudah untuk dibudidayakan. Kisaran kualitas air bagi ikan baung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kisaran Toleransi Kualitas Air bagi Ikan Baung







Gambar 21. Karamba di Sungai





Gambar 22. Karamba di Danau




Selain unsur-unsur tersebut di atas, ada beberapa faktor teknis yang juga penting untuk diperhatikan, misalnya tempat karamba bukan merupakan jalur lalu lintas, terhadang dari terjangan ombak, tidak kering waktu air surut atau tidak sering dilanda banjir, bebas dari bahan pencemaran, cukup jauh dari pusat kegiatan, tidak mempunyai lumpur yang tebal, lokasi tidak jauh dari rumah pemilik dan tempat penjualan ikan.



3. Penebaran Benih
Salah satu faktor penentu keberhasilan pembesaran ikan baung adalah kualitas benih yang ditebarkan. Oleh karena itu, benih yang akan ditebar harus dipilih/diseleksi yang memenuhi syarat sebagai berikut : benih berwarna terang, lincah, sehat, tidak ditemukan luka di tubuh maupun di siripnya.


Penebaran benih dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari pada saat udara dan air masih sejuk sehingga air karamba sama sejuknya dengan air dalam wadah pengangkutan. Penebaran benih ikan memeriukan kesabaran dan teknik tersendiri agar benih dapat segera beradaptasi dengan lingkungan air kolam.













Gambar 23. Cara penebaran benih

Penebaran benih ikan dapat dilakukan dengan cara merendam terlebih dahulu kantong plastik yang berisi benih di karamba yang akan digunakan selama 5 menit. Air dalam karamba ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam kantong plastik atau wadah pengangkutan benih. Kemudian, kantong benih dilepaskan/dibalikkan hingga seluruh benih ikan di dalamnya keluar dengan sendirinya (Gambar 23). Jumlah benih yang ditebarkan untuk ikan baung berukuran 5 - 8 cm adalah 200 - 300 ekor/m3 dan untuk benih berukuran 10 - 15 cm sebanyak 150 - 200 ekor/m3.



4. Perawatan Karamba
Karamba untuk pembesaran ikan harus dipelihara dengan baik agar terhindar dari kerusakan sebelum habis masa operasinya. Perawatan karamba harus dilakukan selama pemeliharaan ikan dan setelah panen ikan. Perawatan karamba selama pemeliharaan terutama membersihkan sampah pada dinding karamba. Dinding karamba bagian luar harus selalu dibersihkan dari lumut-lumut yang menempel dan kebocoran-kebocoran pada dinding dan lantai karamba harus diperbaiki.
Perawatan karamba setelah panen dilakukan dengan cara membersihkan dinding karamba bagian luar dan dalam dari segala kotoran yang menempel seperti lumut dan lumpur. Bagian karamba yang msak diperbaiki. Pelampung yang bocor atau rusak ditambal atau diganti dengan pelampung yang baru.

5. Analisis Usaha
a. Biaya Investasi
1) Rangka bambu yang dapat diisi empat buah karamba
jaring (3 m x 3 m x 3 m) = 36 x Rp 10.000,00 Rp 360.000,00
2) Drum plastik bekas (10 x Rp 150.000,00) Rp 1.500.000,00
3) Tambang Rp 300.000,00
4) Rumahjaga Rp 500.000,00
5) Jaring (3 m x 3 m x 3 m) = 108 x Rp 3.000.00 Rp 3.240.000,00 +
Total investasi (dipindahkan) Rp 5.900.000,00

b. Biaya Tetap (FC)
1) Penyusutan bambu (Rp 360.000,00 : 1 : 4) Rp 90.000,00
2) Penyusutan dmm plastik bekas
(Rp 1.500.000,00 : 5 : 4) Rp 75.000,00
3) Penyusutan tambang (Rp 300.000,00 : 1 : 4) Rp 75.000,00
4) Penyusutan jaring (Rp 3.240.000,00 : 4 : 4) Rp 202.000,00
5) Penyusutan rumah jaga (Rp 500.000,00 : 3 : 4) Rp 41.166,00
6) Tenaga operator 2 orang Rp 600.000,00
7) Bunga modal Rp 390.000,00 +
Total biaya tetap Rp 1.474.166,00

c. Biaya Tidak Tetap (VC)
1) Benih (200 ekor/m3) = 21.600ekor x Rp 400.00 Rp 8.640.000,00
2) Pakan (2203.2 kg x Rp 2.500) Rp 5.508.000,00
3) Obat-obatan Rp 200.000,00
4) Lain-lain Rp 100.000,00 +
Total Biaya Tidak Tetap Rp 14.448.000,00

d. Hasil Usaha per Siklus (GI)
Ikan ukuran 100 gr = 1.836 kg x Rp 20.000,00 Rp 36.720.000,00

e. Keuntungan Total per Siklus
GI - (FC + VC) = Rp 36.720.000,00 –
(Rp 1.474.166,00 + Rp 14.448.000,00) Rp 20.797.834,00

f. Hasil Bersih per Giklus (NI)
Keuntungan total - pajak (20 %) Rp 19.411.311

GI 36.720.000
g. BC Ratio = FC + VC = 1.474.166+14.448.000 =2,3 (Layak)

Artinya, dengan mengeluarkan biaya 1 satuan akan diperoleh penerimaan sebesar 2,3 kali satuan.
FC 1.474.166
h. Titik impas (BEP) = VC = 14.448.000 = 2.416.665
1 - GI 1 - 36.720.000

Jika harga ikan Rp 20.000/ekor, usaha ini sudah mencapai titik impas ketika produksi baru mencapai 120,8 kg.

B. Pembesaran di Kolam Air Tenang
Pembesaran ikan baung di dalam kolam air tenang juga telah lama di kenal dan dilakukan oleh petani di Indonesia. Namun, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam usaha pembesaran ikan baung di kolam air tenang sebagai berikut.

1. Pemilihan Lokasi
Lokasi untuk pembuatan kolam pembesaran ikan baung tidak berbeda jauh dengan kolam untuk jenis ikan yang lain. Tanah yang baik untuk kolam adalah tanah yang berstruktur kuat, dapat menahan air, subur, tidak berbatu-batu, dan mempunyai sumber air sepanjang tahun serta tidak tercemar oleh bahan-bahan beracun.
Sifat fisika kimia air, seperti suhu air sebaiknya berkisar antara 26 - 30°C, pH berkisar antara 4 - 9, kandungan oksigen terlarut minimal 1 mg/liter dan optimal adalah 5-6 ppm, dan kandungan NH3 kurang dari 1,5 ppm.

2. Konstruksi Kolam
Bentuk kolam sebaiknya empat persegi panjang, bentuk pematang trapesium dengan kemiringan 1 : 1, dan bagian atas pematang ditanami tanaman air untuk menghindari erosi. Tinggi pematang berkisar antara 1,5 - 2 m yang dapat dapat dibuat tanah atau tembok (Gambar 24) .











Gambar 24. kolam pembesaran ikan

3. Persiapan Kolam
Sebelum dimanfaatkan untuk pembesaran ikan, kolam sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu kemudian diberi kapur CaCO3 dengan dosis 180 - 370 kg/ha/tahun untuk memusnahkan pemangsa dan binatang. lain yang membahayakan ikan dan untuk mengurangi keasaman tanah dan air kolam. Kolam dapat juga dpupuk dengan pupuk organik 1 kg/m2/periode atau pupuk anorganik 1 gram/m2/periode.
Tinggi air pemeliharaan minimal 0,5 m dan debit air berkisar 10 - 15 liter/detik/ha. Sebelum air dimasukkan ke kolam pemeliharaan, pintu pemasukkan air diberi saringan untuk menghindari hama atau kotoran yang masuk ke dalam kolam.

4. Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan setelah air dibiarkan menggenang di kolam selama beberapa hari. Kedalaman air sebaiknya 50 - 80 cm. Benih yang ditebar berukuran 2-3 gram dengan kepadatan 60 - 100 ekor/m2.

5. Analisis Usaha
a. Biaya Investasi
1) Biaya konstruksi 200 m2 kolam tanah Rp 7.500.000,00
2) Rumah jaga dan peralatan Rp 2.000.000,00 +
Total investasi Rp 9.500.000,00

b. Biaya Tetap (FC)
1) Penyusutan kolam (Rp 7.500.000,00 : 5 : 4) Rp 375.000,00
2) Penyusutan fasilitas (Rp 2.000.000,00 : 5 : 4) Rp 100.000,00 +
Jumlah Rp 475.000,00
Jumlah dipindahkan Rp 9.975.000,00
3) Tenaga operator 2 orang Rp 600.000,00
4) Bayarlistrik Rp 100.000,00
5) Bunga modal Rp 120.000,00 +
Total biaya tetap Rp 1.295.000,00

c. Biaya Tidak Tetap (VC)
1) Benih (100 ekor/m3) = 12.000 ekor x Rp 400,00 Rp 4.800.000,00
2) Pakan(l. 224 kg/4 bulan x Rp 2.500,00) Rp 3.060.000,00
3) Kapur (7,4 kg x Rp 2.000,00) Rp 14.800,00
4) Pupuk organik (200 kg x Rp 1000,00) Rp 200.000,00
5) Obat-obatan Rp 200.000,00
6) Lain-lain Rp 100.000,00 +
Total Biaya Tidak Tetap Rp 8.274.800,00

d. Has Usahaper Siklus (GI)
Ikan ukuran 100 gr = 1.020 kg x Rp 20.000,00 Rp 20.400.000,00

e. Keuntungan Total per Siklus (4 bulan)
GI - (FC + VC) = Rp 20.400.000,00 –
(Rp 1.295.000,00 + Rp 8.274.800,00) Rp 10.830.200,00

f. Hasil Bersih per Siklus (NI)
Keuntungan total - pajak (20 %) Rp 10.180.388,00

GI 20.400.000
g. BC Ratio = FC + VC = 1.295.000 + 8.274.800 = 2,1 (Layak)

Artinya, dengan mengeluarkan biaya 1 satuan akan diperoleh penerimaan sebesar 2,1 kali satuan.
FC 1.295.000
h. Titik lmpas (BEP) = VC = 8.274.800 = 2.194.915,3
1 – GI 1 - 20.400.000

Artinya, jika harga ikan Rp 20.000/kg maka usaha ini sudah mencapai titik impas ketika produksi baru mencapai 109,7 kg.