TRANSPORTASI BENIH



TRANSPORTASI BENIH





Letak panti benih dengan lokasi pembesaran biasanya sangat jauh sehingga dibutuhkan teknik pengiriman yang tepat agar benih dapat hidup sehat sampai tempat tujuan. Pengiriman benih-benih ikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.



Pengiriman benih dengan sistem terbuka biasanya diterapkan untuk transportasi jarak pendek, sedangkan sistem tertutup digunakan untuk transportasi jarak jauh. Pengiriman benih-benih ikan menggunakan kantong plastik yang dikemas dalam boks-boks merupakan cara transportasi tertutup.



Tingginya kepadatan ikan pada sistem transportasi akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya jenis ikan, umur ikan, ukuran ikan, ketahanan relatif, suhu air, lama pengangkutan, wadah dan alat transportasi, serta kondisi ikiim. Hal yang perlu diperhatikan dalam transportasi ikan hidup adalah cara menyediakan oksigen terlarut dalam media air selama transportasi. Ikan-ikan dalam media transportasi tersebut akan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air.



Kondisi air transportasi ini dipengaruhi oleh suhu air, pH, dan kandungan karbondioksida (CO2). Karbondioksida ini merupakan senyawa yang diproduksi dari basil respirasi ikan dan merupakan racun yang potensial bagi ikan. Karbondioksida akan mempengaruhi keasaman air sehingga menurunkan pH air. Tingginya kandungan karbondioksida dibarengi dengan turunnya pH akan lebih berbahaya terhadap kelangsungan hidup ikan. Dalam air pemeliharaan, oksigen terlarut tanpa batas sehingga ikan berada dalam keadaan rileks dan hanya mengonsumsi dan memerlukan oksigen pada tingkat minimal. Namun, sebaliknya bila ikan dalam keadaan ditransportasikan akan menjadi stres akibat guncangan sehingga ikan memerlukan oksigen maksimal.



Transportasi terbuka dengan jarak pendek kurang dari 3 jam waktu yang dibutuhkan untuk menempuh tempat tujuan dapat menggunakan wadah yang sederhana, sedangkan untuk jangka waktu lebih lama diperlukan alat-alat khusus. Wadah-wadah yang akan digunakan sebagai alat tranportasi ikan hidup harus dipilih yang terbuat dari bahan-bahan yang tahan mempertahankan suhu. Wadah drum dari plastik yang dipasang di kendaraan transportasi dan dipasok oksigen dari kompresor akan lebih baik dibanding jika wadah terbuat dari bahan logam. Untuk transportasi yang jaraknya lebih jauh, wadah-wadah yang dipasang di kendaraan transportasi lebih baik dilengkapi dengan sistem sirkulasi, tabung oksigen sehingga dapat memperbanyak daya tampung benih yang ditransportasikan. Sebaiknya pada sistem transportasi ini dilakukan pada malam hari.



Transportasi tertutup menggunakan kantong plastik yang dipasok oksigen sudah umum dilakukan. Sistem ini digunakan juga untuk pengiriman ke luar negeri dengan pesawat terbang. Pengemasan benih-benih ikan dilakukan dengan kantong plastik rangkap, tetapi sekarang sudah ada kantong-kantong plastik atau dari silikon tebal dan khusus digunakan untuk transportasi ikan hidup. Penurunan suhu media air transportasi biasanya dilakukan pada sistem transportasi. Tujuan menurunkan suhu air ini adalah untuk mengurangi aktivitas metabolisme ikan sehingga daya tampung akan lebih besar.



Dari hasil percobaan pada ikan kerapu lumpur, penurunan suhu mencapai 17°C dapat meningkatkan daya tampung benih ikan sebesar 33% dibandingkan bila tanpa penurunan suhu untuk pengangkutan selama 48 jam. Di samping itu, penggunaan bahan kimia dapat diaplikasikan untuk mengurangi metabolisme ikan dalam media air transportasi. Cara kerja bahan-bahan kimia tersebut bila larut dalam air akan mengecilkan laju aktivitas respirasi ikan sehingga meningkatkan jumlah ikan per volume air. Sebagai contoh, bahan kimia "Thiourasil" pada kadar 388 ppm menurunkan konsumsi oksigen kurang lebih 20% dan tampaknya meningkatkan kemampuan ikan untuk melawan konsentrasi oksigen rendah. Contoh lain yaitu "Sodium amysal" dan "Sodium seconal" dapat mengangkut tiga kali lipat dari daya tampung.



Benih-benih kerapu Lumpur yang siap ditransportasikan



Sebelum diangkut, ikan-ikan harus dipuasakan dahulu agar saluran pencernaan menjadi kosong. Dengan demikian, jumlah kotoran (feses) akan berkurang sehingga akan menghambat penurunan kualitas air media transportasi. Ikan dipuasakan selama dua hari sebelum ditransportasikan. Hal ini sudah menjadi tradisi bagi para pelaku transportasi ikan hidup.

Pengangkutan dalam bentuk telur atau larva dapat juga diterapkan untuk jenis ikan tertentu. Pengangkutan telur ikan yang mempunyai sifat terapung seperti ikan kakap dan kerapu dapat juga dilaksanakan dengan transportasi tertutup. Namun, jangka waktu transportasi telur ikan harus memperhitungkan waktu inkubasi telur. Hal ini untuk mencegah penetasan larva selama dalam perjalanan transportasi. Penurunan suhu media air dapat memperlambat perkembangan embrio telur sehingga masa inkubasi dapat diperpanjang. Ikan kakap putih dalam bentuk larva dapat ditransportasikan, tetapi untuk larva jenis ikan kerapu tampaknya sulit sebab larva ikan kerapu lebih mudah stres terhadap perlakuan fisik. Contoh kepadatan larva dalam kantong media air transportasi dapat dilihat dalam Tabel 5.





TABEL 5. KEPADATAN LARVA IKAN KAKAP PUTIH PADA TINGKAT UMUR UNTUK TRANSPORTASI



Umur (hari) Kepadatan (perliter air media)



Umur (hari)

Kepadatan (perliter air media)

1 – 7

8 – 15

16 – 23

24 - 30

30 – 40

15 – 20

5 – 10

2 - 5













salah satu pengemasan pada transportasi tertutup