Pemijahan ikan laut secara alamiah

Pemijahan ikan laut secara alamiah

Ada beberapa metode pemijahan ikan yang telah banyak dikenal dan sekarang sudah umum dipraktekkan. Metode itu di antaranya pemijahan secara alamiah, pemijahan dengan rangsangan hdrmon, dan metode pengurutan (stripping).


A. Pemijahan Secara Alamiah


Setelah kultur jasad pakan terutama klorela dan rotifera disiapkan, langkah selanjutnya yaitu mengawinkan atau memijahkan ikan. Calon-calon induk yang telah disediakan harus diseleksi agar diperoleh kualitas telur yang baik. Induk ikan sebaiknya dipilih yang tanpa cacat, sisiknya utuh, dan tanpa luka pada badan maupun pada sirip-sirip. Induk-induk tersebut dideteksi kelaminnya. Seleksi ini dilakukan di dekat tempat pemeliharaan induk. Induk ditangkap dengan hati-hati. Untuk menghindari kemsakan pada tubuh ikan, sebaiknya digunakan serokan yang halus. Satu demi satu induk dimasukkan ke dalam wadah berkapasitas 100 l lalu diisi air laut dan diberi obat bius seperti polietilen glikol monofenil eter atau minyak cengkih sebanyak satu sendok.


Penentuan induk betina dilakukan dengan teknik kanulasi yaitu pengambilan sebagian gonad dengan menggunakan selang sepanjang 50 cm dengan diameter 0,8—2 mm (menggunakan selang untuk infuse bayi, dikenal dengan feeding infant atau pediatric feeding tube. Caranya, ujung selang dimasukkan ke dalam lubang kelamin yang terletak di antara lubang dubur dan lubang kencing sedalam 10 cm, sedangkan ujung yang lain diisap dengan mulut. Bila ikan berkelamin betina, sebagian telur akan terambil di dalam selang kanulasi tersebut sehingga tampak butiran-butiran dan mudah dilihat bila dipindahkan ke objek gelas di bawah mikroskop. Bila terlihat cairan seperti air susu maka hal itu menandakan bahwa ikan berkelamin jantan. Ikan berkelamin jantan yang betul-becul siap memijah (matang gonad) akan mengeluarkan sperma melalui lubang genital bila ditekan perutnya sedikit saja.


Ukuran ikan dewasa tergantung pada jenis ikan. Ikan kerapu umumnya bersifat hermafrodit protogeni yang dapat berubah dari jantan menjadi berina setelah melewad ukuran tertentu. Pada kerapu lumpur induk jantan dapat dijumpai setelah mencapai ukuran kira-kira 11 kg, sedangkan induk betina ukuran 3 - 4 kg sudah mencapai tingkat kematangan gonad. Pindahkan induk-induk tersebut ke dalam bak-bak pemijahan yang telah disiapkan dengan perbandingan 1 jantan : 1 betina. Namun, bila perbandingan itu tidak memungkinkan maka jumlah kelamin betina lebih banyak.


Pemijahan ikan kerapu dan kakap secara alamiah sebaiknya menggunakan bak-bak yang berukuran besar, yaitu 100—200 m3. Kepadatan ikan pada bak pemijahan sebaiknya tidak lebih dari


5 kg/m3 dan pergantian air per hari minimal 100%. Untuk pemijahan ikan beronang tidak perlu menggunakan bak-bak besar sebab bila ikan beronang memijah maka telur-telurnya akan menempel pada substrat, terutama pada bagian dasar perairan. Oleh karena itu, khusus untuk bak-bak pemijahan ikan beronang bagian bawahnya harus dilapisi media substrat buatan untuk mengumpulkan telur. Potongan-potongan atap dari plastik yang berukuran 25 cm x 25 cm atau lebih dapat digunakan sebagai substrat/penempel telur-telur. Potongan-potongan tersebut diikat seutas tali dengan bagian pinggir agar mudah diambil untuk diletakkan di dasar bak sampai rapat dan terkadang bagian dinding bak juga perlu dipasangi potongan atap ini. Telur-telur hasil pemijahan akan melekat pada substrat plastik tadi dengan lokasi tidak dapat ditentukan.


Setiap hari induk-induk ikan diberi pakan berupa ikan, udang, cumi segar sebesar 2—5% dari bobot ikan. Ikan beronang dapat juga diberi pakan pelet dengan kandungan protein 40%. Setiap hari harus dipantau barangkali ikan telah memijah. Biasanya, pemijahan ikan-ikan laut tergantung pada peredaran bulan. Sebagai contoh, ikan kakap akan memilih bulan terang untuk memijah, sedangkan ikan kerapu sunuk memilih bulan gelap. Waktu pemijahan biasanya terjadi pada malam hari. Pengetahuan mengenai kebiasaan ikan memijah sangat perlu diperhatikan karena hal ini menyangkut kesiapan pemeliharaan larva. Pemahaman kebiasaan memijah ikan beronang, misalnya, diperlukan dalam pemasangan kolektor telur.


Bila terjadi pemijahan ikan kakap dan kerapu maka pengumpulan telur dengan mudah dapat dilakukan melalui alat pengumpul telur. Telur-telur itu kemudian dicuci lalu dipindahkan ke bak inkubasi. Untuk ikan beronang, pengumpulan telur dapat dilakukan dengan cara menarik tali sehingga substrat dapat dipindahkan langsung ke dalam bak-bak inkubasi. Jumlah telur yang dihasilkan dari proses pemijahan tergantung pada bobot induk ikan betina yang memijah. Dalam satu musim pemijahan, setiap individu betina dapat menghasilkan jutaan telur.



Pengumpulan telur pada tempat penampungan



SUMBER :

Drs. Pramu Sunyoto

Dr. Mustahal, M.Sc

Penebar Swadaya