Sukses Budidaya Vanamei

Sukses Budidaya Vanamei ala Yaskun

SR-nya mencapai 105%

askun sumringah menyambut panennya. Dengan luasan tambak 6.600 m2, penebaran 400 ribu ekor. plus tambahan 10% sehingga total 440 ribu, kematian udang di tambak Yaskun hanya 20 ribu ekor! Udang, vanamei yang dihasilkan tambaknya memiliki tingkat kelangsungan hidup (survival rate,/SR) mencapai 105%! Karuan saja, prestasi pria 60 tahun ini mengundang decak kagum petambak lain di desanya.

Produksi total tambak Yaskun yang dipanen pada medio Agustus lalu mencapai 11,8 ton dengan ukuran 35 (35 ekor/ kg). Lebih rnenggembirakan lagi. harga penjualannya juga tinggi. Rp 62.050 per kg.

Ini hanyalah satu kisah sukses budidaya udang di Kandang Semangkon, Paciran, Lamongan. Jawa Timur. Di daerah tersebut, budidaya udang menjadi mata pencaharian utama sebagian warga. Selain Yaskun. ada Mardiono, petambak yang juga sukses meraup untung besar dari budidaya udang.


Persiapan Matang

"Kuncinya, persiapan lahan harus matang dan sterilisasi harus berani." kata Yaskun berbagi kiat sukses. Dalam hal ini. dia tidak mau ambil risiko. Karenanya, Yaskun melebihkan hitungan ketinggian air dan luas area dari hitungan yang dilakukan teknisi. Dan jika menangani tambak yang pernah terjangkit penyakit. sterilisasi bisa dua kali lipat dari hitungan sebenarnya. "Biar aman."

Cara ini juga diyakini Mardiono sangat ampuh untuk mengantisipasi penyakit. Memang akan menambah pengeluaran sedikit. Tapi kalau aman untungnya lebih besar." katanva. Disamping itu. Mardiono menekankan. SOP (Standard Operational Procedure) harus besar-besar ditaati. Yaitu meliputi sterilisasi, probiotik. benur SPF (Spesific Pathogen Free), pagar keliling serta senar penghalang burung.


Marketing Manager PT Central Proteinaprima. Nonot Tri Waluyo yang juga ada pada saat panen tersebut menyatakan hal serupa. SOP harus diterapkan sejak persiapan lahan. "Random potensialnya harus +50.- kata Nonot. Random antar tambak ini. imbuh Nonot. biasanya bervariasi. Namun setelah diisi air harus +50. sehingga diketahui jumlah kapur yang harus ditabur di lahan tambak. Lahan tambak kemudian diukur lagi.

jika kurang dikapur yang kedua. diukur lagi baru masuk air. Kalau lahan kena penyakit dianjurkan memakai kaporit untuk meminimalkan bibit-bibit penyakit. Kalau tidak, maka kepiting dan udang-udangan harus dihilangkan. Jika plankton sudah jadi, baru benur ditebar.



Tambah Kincir

Untuk memperoleh ukuran udang yang besar saat panen. Mardiono juga mempunyai cara khusus. Yaitu dengan menambah kincir. Jika kincir cukup maka akan berdampak positif bagi pertumbuhan dari produksi yang dihasilkan.

Pada awal-awal melakukan budidaya udang, size udang yang yang dihasilkan Mardiono adalah 70. Size tersebut kemudian terns ditingkatkan dengan cara menambah dan memodifikasi kincir airnya. Pada siklus pertama misalnya. Mardiono mencoba tebar satu petak seluas 1,2 Ha dengan kepadatan 30 ekor/m, tebaran 350 ribu ekor, kincir angin 3 lengan (30 daun kipas). Umur 93 hari dipanen dengan size 70, hasil panen 4.3 ton.


Lalu siklus kedua kepadatan tetap tetapi ia tambahkan kincirjadi 4 lengan (40 daun kipas). "Berdasar pengalaman, kalau dulu dengan 3 lengan hasil panen 4,3 ton. ternyata dengan 4 lengan kepadatan sama. luas dan umur yang sama hasilnya meningkat jadi 5.7 ton dengan size 65," kata Mardiono.

Berikutnya siklus ke-3 kepadatan ditingkatkan lagi jadi 40 ekor/m. Modifikasi mesin penggerak dilakukan. Satu mesin dengan dua lengan (20 daun kipas). Ada 4 mesin penggerak sehingga terbentuk 80 daun kipas. Hasil yang didapat cukup membanggakan, 10 ton dengan size 45. Siklus ke-5 tambak satu lengan jadi 90 daun dengan kepadatan 50 ekor/m hasil panen 13,5 ton dengan size 37 dan SR 85-90%. Hingga pada panen kali ini. udang Mardiono berhasil mencapai size 34 dan 36.


Dalam hal pengaturan kincir. Mardiono menjalankan seluruh kincirnya ketika malam hari. "Kincir kalau malam jalan semua. kalau siang kita rolling minimal 2 set. Daripada kekurangan oksigen saat molting masal lebih baik kincir dilebihkan." Sementara kalau siang, keberadaan sinar matahari cukup membantu pasokan oksigen. Setelah umur di atas 100 hari dilakukan pengecekan oksigen seminggu sekali. Ini untuk mengantisipasi molting massal karena size bestir dan kepadatan
tinggi.

Dalam pemberian pakan. Mardiono mengikuti standar baku dari inti yang diikutinya selama 1 bulan. Konsumsi pakan disesuaikan dengan benur yang ditebar. Target pertumbuhan Mardiono pada umur 60 hari adalah size maksimal 100. lebih rendah dibanding standar baku 120-125. Setelah tahu cepat atau lambatnya pertumbuhan, pakan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

"Jika pada umur itu size di atas standar berarti dimungkinkan benur lebih. Kita ambil sikap menambah pakan," jelas Mardiono panjang lebar.
Menurut Nonot, tindakan ini diambil agar pakan tidak berlebih. Jika berlebih, risikonya FCR akan tinggi, keuntungan berkurang, disamping itu tambakiadi tercemar bahan racun. "SOP yang gagal harus dievaluasi," kata Nonot. Dia menambahkan, masa-masa genting adalah ketika umur di bawah satu bulan. Karena
itu persiapan maksimal, harus ditekankan dari awal.



Penvakit
Soal penanganan penyakit, Mardiono menekankan pentingnya sterilisasi. la pernah mencoba lahan yang sering gagal dalam budidaya vanamei sehingga lahan tersebut disingkiri orang. "Saya coba terapkan SOP standar. masih gagal. Akhirnya saya berpikir untuk sterilisasi 2 x lipat, akhirnya berhasil dan bisa panen 16 ton."

Menurut Nonot, petambak yang gagal rata-rata karena tidak mau menerapkan SOP. "Padahal, SOP ini hal mutlak. Selain itu bagi yang gagal juga harus berbenah dan melakukan persiapan maksimal," kata Nonot. Dengan SOP yang intensif, penyakit seperti vibrio, white spot, dan mio dapat terminimalisir. Untuk persiapan antara lain dengan memakai pagar pembatas dan senar penghalau burung.



Di Kandang Semangkon, pagar pembatas menggunakan plastik/terpal yang ditanam sekitar 50 cm dan 1-1.5 meter di atas tanah. Senar penghalau burung idealnya menurut Nonot berjarak 40-60 cm. Di Kandang Semangkon, penghalau burung ini dimodifikasi dengan dengan kertas/plastik yang mirip layang-layang, sehingga jarak antar senar lebih lebar. Kedua hat ini difungsikan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari tambak lain. "Alat ini fungsinya untuk mencegah hewan liar masuk ke tambak. Seperti kepiting dan burung yang makan udang dari tambak yang terkena penyakit lalu jatuh ke tambak yang sehat," kata Nonot.

Hal penting lainnya adalah pengecekan air dan warna air. Pada musim kemarau air diupayakan mendekati warna hijau kecoklatan sedang untuk musim hujan warna air harus coklat kehijauan. "Pada musim kemarau air cenderung ke arah kecoklatan, untuk mempertahankannya saya menggunakan bahan aktif yang bisa menyeimbangkan nitrogen/nitrifikasi bakteri. Sedang pada musim hujan biasanya menggunakan fotosintesa bakteri seperti rodococcus, rodobacter. Pencegahan penyakit vibrio menggunakan Bacillus substillis."


Selain itu para petambakjuga menerapkan penggunaan probiotik, vitamin C dan multivitamin dalam budidayanya. "Probiotik memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan hasil panen juga lebih tinggi. Kami juga tidak khawatir soal pagar," tandas Mardiono.*

sumber : Trobos september 2008