Kondisi Air untuk Kolam Ikan

Kondisi air untuk Kolam

Air merupakan faktor utama dalam usaha budidaya ikan. Tanpa adanya air yang cukup dengan kualitas baik maka usaha budidaya ikan akan mengalami berbagai hambatan. Hal yang mutlak diperhatikan dalam kaitannya dengan masalah kondisi air untuk areal perkolaman adalah sebagai berikut.
a. Sumber air
Sebenarnya ada empat macam sumber air untuk pengairan, yaitu air hujan (precipitation), air embun (dew), air permukaan (surface water), dan air tanah (ground water).
Air permukaan merupakan sumber air pengairan yang banyak di Indonesia, terutama di Jawa, yaitu berupa sungai dan waduk.
Sungai baik digunakan untuk sumber air budi daya ikan karena umumnya banyak mengandung unsur hara yang berguna bagi pertumbuhan makanan alami ikan. Namun, perlu diingat biasanya air sungai banyak mengandung waled (endapan lumpur) sehingga memerlukan bak pengendapan dan bak filter sebelum digunakan. Hal ini untuk mencegah pendangkalan kolam yang terlalu singkat.
Waduk atau bendungan sebagai sumber air budi daya ikan sangat baik sebab debit airnya relatif stabil. Air waduk biasanya jernih karena zat yang dikandungnya telah mengendap, baik waled maupun unsur hara yang tidak larut.
Air tanah yang baik untuk sumber air budi daya ikan biasanya yang telah keluar di permukaan tanah. Jika antara sumber air tanah dengan letak unit perkolaman terpisah maka air harus dialirkan melalui saluran terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memper¬baiki kualitas air tanah tersebut karena biasanya air yang barn keluar dari tanah miskin unsur hara dan pH-nya rendah.
b. Kualitas air
Untuk mengetahui kualitas air, tidak cukup hanya dilihat dari sumbernya. Namun, kita harus mengadakan berbagai tes untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologi dari air tersebut.


sifat fisik air
• Kekeruhan air 25-400 NTU (Nephelometric Turbidity Units) Semakin banyak padatan tersuspensi dalam air, air terlihat semain kotor dan semakin tinggi nilai NTU.
Muatan suspensi 25-400 ppm.
Kecerahan lebih besar dari 10% penetrasi cahaya sampai dasar perairan
Sifat kimiawi air
• Suhu air mempunyai pengaruh besar terhadap proses pertukaran zat (metabolisme) dari mahkluk hidup. Di samping itu, suhu juga berpengaruh terhadap proses pertukaran zat dan mempunyai pengaruh besar terhadap jumlah oksigen yang larut di dalam air. Pada suhu tinggi air akan lebih lekas kenyang oksigen daripada kalau suhunya rendah. Suhu air yang ideal untuk kolam ikan berkisar antara 25-300 C.
• Keasaman atau pH air merupakan indikasi atau tanda kalau air
bersifat asam, basa (alkali), atau netral. Keasaman sangat menen
tukan kualitas air karena sangat menentukan proses kimiawi air. Air
sumur atau air tanah umumnya agak asam karena mengandung


gambar









banyak karbonat (CO). Jika sudah berhubungan dengan dengan udara, oksigen akan larut dan gas lain akan menguap sehingga pH akan menjadi sedikit netral. Keasaman air yang dikehendaki untuk kolam berkisar 4-9, optimum 6,7-8,6.

• Kekerasan air (hardness)
Kekerasan air (degree of hardness/dH) dipengaruhi oleh banyaknya mineral dalam air yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan molekul. Derajat kekerasan air biasanya dinyatakan dengan odH (degree of Hardness).
• Oksigen digunakan oleh ikan untuk pernapasan. Kandungan 02 yang berkurang di dalam air akan mengganggu aktivitas ikan. Kandungan O2 optimum 5-6 ppm, minimal 2 ppm (mg/l).

• Karbondioksida merupakan hasil buangan dari proses pernapasan ikan dan makhluk hidup lainnya di dalam air. Karbondioksida ini di dalam air dapat berada dalam bentuk bebas dan terikat. Dalam jumlah tertentu karbondioksida merupakan racun bagi ikan. Kandungan Karbondioksida (CO2 )terlarut maksimum 25 ppm.
• Kandungan N dan NH kurang dari 1,5 ppm
• Kandungan H2S toxio maksimum 1 ppm
• Phospat lebih kecil dari 0,02 ppm
• Cadmium (Cd) lebih kecil dari 0,02 ppm
• Plumbum (Pb) lebih kecil dari 0,02 ppm

Sifat biologi air
Sifat biologi air yang paling penting untuk diperhatikan adalah jasad yang hidup di perairan tersebut, baik hewan atau tumbuhan tingkat tinggi maupun jasad renik. Material biologi yang umumnya terdapat dalam media air adalah plankton, jamur, dan bakteri. Plankton yang ada di dalam air terdiri dari dua jenis, yaitu zooplankton dan fitoplankton. Secara tidak langsung kita bisa menilai kesuburan air dengan memperhatikan makhluk hidup yang ada di perairan tersebut. Suatu perairan akan semakin subur jika makhluk hidup yang ditemukan semakin beraneka ragam jenisnya.


c. Kuantitas air
Selain mutu air yang harus baik, jumlahnya pun harus mencukupi untuk mengairi seluruh areal perkolaman. Jika jumlah air tidak mencu¬kupi maka kegiatan budi daya ikan akan terhambat.
Debit air yang baik tidak kurang dari 10-15 I/dt/ha. Namun, apabila sumber airnya dari sungai maka debitnya tidak tetap karena tergantung musim. Jlka debit air besar pada waktu musim hujan maka harus dibuat saluran pengendali banjir. Jika debit air kurang dari standar tersebut di atas maka harus diusahakan pengaturan air yang seefisien mungkin.
d. Kontinuitas air
Persediaan air untuk budi daya ikan harus sepanjang tahun. Pada saat persediaan air berkurang maka harus diusahakan seluruh kolam pemeliharaan sudah terisi. Dengan demikian, kebutuhan air tidak terlalu banyak karena kebutuhan air hanya untuk mengganti air yang menguap atau hilang karena bocor.
e. saluran pengangkut air
Jauhnya sumber air dari unit perkolaman menyebabkan air harus melalui berbagai saluran pengangkut air, misalnya jembatan air (flum eloquoduct), terowongan (tunnnel), bangunan terjun (drop structure), saluran miring/seropotan (chute), terowongan bawah (syphon), dan bangunan bagi. Pengetahuan tentang saluran pengangkut air bisa dijadikan pedoman ketika debit air mengecil, dengan melakukan usaha sebagai berikut.
• Memperbaiki kebocoran saluran pengangkut air yang biasanya banyak terjadi pada jembatan air (aquaduct) dan saluran miring (chute). Selain itu, juga banyak terjadi pada saluran pengangkut air yang menggunakan tanggul atau pematang.
• Membuka bendungan pada bangunan bagi yang menuju unit perkolaman dan membendung air yang bebas tanpa rnerugikan pihak lain (mernbendung secukupnya, tidak berlebihan).
• Membuat bendungan sederhana untuk menaikkan permukaan air. Biasanya dilakukan pada saluran cabang yang tidak terdapat bangunan bagi atau pengatur air lainnya.



f. Bendungan air
Banyak bendungan air yang dapat dibangun secara sederhana untuk meninggikan permukaaan air saluran sehingga debit air yang masuk ke dalam unit perkolaman cukup besar.
1) Bendungan sederhana
Dibuat dengan jalan menumpuk batu besar pada dasar sungai. Bahan yang digunakan diperoleh dari sekitar saluran. Bendungan ini bisa menaikkan air hingga ketinggian 1 m, namun harus sering diganti dan diperbaiki. Bendungan sederhana cocok dibuat pada saluran atau sungai kecil.
2) Bendungan patok
Hampir sama dengan bendungan sederhana, bedanya ben¬dungan ini diberi patok bumbu atau kayu pada dasar sungai dan diberi anyaman bambu untuk menahan batu yang disusun melin¬tang di dasar sungai. Tinggi bendungan ini sebaiknya tidak melebihi 1 m. Bendungan ini lebih kuat dari bendungan sederhana.
3) Bendungan peti batu
Bendungan ini dibuat dengan jalan menyusun batang kelapa secara melintang dan membujur pada dasar sungai. Tumpukan batang kelapa ini membentuk peti sederhana yang diisi batu di dalamnya. Untuk memperkuat daya tahan peti terhadap tekanan air yang kuat, pada setiap sudut peti di pasang batang besi yang ditusukkan dalam batang kelapa dan menembus dasar sungai atau saluran. Selain itu, biasanya diisi ijuk untuk mengurangi kebocoran air. Bendungan semacam ini bisa menaikkan air hingga 1,5 m.
4) Bendungan sederhana dengan pengatur
Bendungan untuk menaikkan permukaan air. Dibangun pada saluran cabang yang tidak ada bangunan bagi. Bendungan ini pada prinsipnya sama dengan bendung sederhana, hanya pada
bendung ini dilengkapi dengan lapisan ijuk dan pipa pengatur ketinggian air. Ijuk dimaksudkan untuk mengurangi sekecil mungkin kebocoran yang disebabkan kepiting atau aliran air yang terlalu deras. Sedangkan pipa pengatur bertujuan untuk menghindari meluapnya air saluran. Pipa ini bisa dibuat dari pipa pralon inchi atau bambu.
Hal yang harus diingat pada saat pembuatan bendungan sederhana ini adalah tinggi air pada saluran yang tertinggi. Untuk menghindari meluapnya air yang biasa terjadi saat musim hujan, biasanya bendungan dibuat 1/2 atau 2/3 dari tinggi saluran air. sehingga pada saat banjir tidak meluap ke saluran.
Sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009