Fadel Harus Mampu Ubah Kualitas Nelayan

Fadel Harus Mampu Ubah Kualitas Nelayan



JAKARTA - Potensi dan kekayaan ikan di perairan Maluku harus menjadi andalan masyarakat setempat meningkatkan kesejahteraan mereka. Maluku segera ditetapkan menjadi Lumbung Ikan Nasional oleh Presiden RI Yudhoyono per 3 Agustus mendatang, bersamaan dengan berakhirnya pergelaran "Sail Banda 2010".

"Komitmen pemerintah adalah menaikan produksi perikanan, tapi harus berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup nelayan. Di Maluku juga harus demikian, begitu kawasan itu ditetapkan jadi Lumbung Ikan Nasional," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad kepada Investor Daily di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Fadel, sejalan dengan target peningkatan produksi, KKP juga memastikan peningkatan pendapatan nelayan. Pendapatan nelayan kini bervariasi dan berada di kisaran Rp 900 ribu hingga Rp 1,6 juta per orang per bulan.

Jumlah pendapatan tersebut dinilai masih sangat minim dibanding dengan pendapat di sektor lain. Kini, terdapat 4 juta nelayan miskin yang masih bersandar kehidupan mereka di laut "Pendapatan nelayan Rp 1, 6 juta itu adalah pendapatan tertinggi nelayan Gorontalo. Jadi, harus ada korelasi antara upaya peningkatan produksi dengan peningkatan pendapatan nelayan. Nelayan harus menjadi tujuan akhir upaya pemerintah," kata Fadel.

Dalam lima tahun ke depan Fadel mengupayakan peningkatan pendapatan nelayan 100% hingga 200% dari sekarang. Sementara itu, di Jakarta, kemarin seperti dikutip Antara, Pengamat kelautan dan perikanan asal Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengingatkan pemerintah agar menyertakan masyarakat dalam pengelolaan perairan Maluku sebagai lumbung ikan nasional.

"Penetapan Maluku sebagai lumbungikan.nasional dengan tujuan membuka pintu investasi di Kawasan Timur Indonesia jangan sampai hanya menjadi peluang bagi pengusaha-pengusaha bermodal besar saja," kata Arif.

Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengatakan, penetapan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional didukung tiga kawasan perairan yakni laut Banda, laut Maluku, dan laut Arafura.

"Maluku sudah ditakdirkan berada di tiga fishing ground, dan mengkon-tribusl 50% produk ikan jenis eknoiis di Indonesia," kata Karel di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Karel, selama lebih dar 30 tahun Maluku terbukti menjadi penyumbang utama udang, ikan dasar, dan cakalang. Karena itu ketiga perairan yakni Banda, Maluku, dan Ara-furu layak dinamakan Golden Fishing Grounds. Provinsi Maluku sendiri layak menyandang status Lumbung Ikan Nasional.

Karel Albert menambahkan, pengembangan Maluku sebagai lumbung ikan nasional tetap menyatu dalam konsep pengembangan kawasan minapolitanoleh KKP. Sinerjisitas tersebut, lanjut Karel, untuk memastikan produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya dari kawasan Maluku bisa meningkat

Selain itu, di sisi hilirnya pengembangan minapolitan di kawasan lumbung ikan nasional ini bisa pula meningkatkan nilai tambah karena ikan tidak lagi diekspor mentah tetapi sudah dikelolah.

"Dikelolah menjadi culture-based fisheries, dan pengolahan dan pemasaran pun bisa ditingkatkan. Minapolitan di Maluku harus bisa menyejahterakan masyarakat pesisir," kata KareL

Deklarasi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional, kata Karel, akan dilakukan Presiden SBY pada puncak Sail Banda 2010 di Ambon, Agustus mendatang. Pada deklarasitersebut akan hadir seluruh nelayan dari provinsi Maluku, sekaligus digelar ekspose hidangan ikan seluruh Nusantara.

Libatkan Masyarakat

Menurut Arif Satria, pemerintah harus mendahulukan masyarakat lokal dan pemodal kecil untuk ikut mengelola wisata bahari yang diyakini berkembang pascapelaksanaan "Sail Banda 2010".

"Masyarakat pesisir dan lokal harus bisa menikmati keuntungan dari berkembangnya wisata bahari di Maluku dan sekitarnya," kata Arif, yang juga dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB tersebut

Jika dilihat dari segi infrastruktur, geografis Maluku yang sering disebut 1.000 pulau harus mendapatkan perhatian besar dari pemerintah.

"Pemerintah harus menjamin kelancaran tansportasi, baik transportasi udara, darat maupun laut" katanya.

Pemerintah, lanjutnya, harus menyediakan dana awal yang cukup besar untuk membuka pintu wilayah timur tersebut agar tersentuh oleh investor.

Data KKP menyebut, laut Maluku sendiri memiliki potensi ikan sangat besar yang mencapai 1,64 juta ton per tahun, meliputi ikan pelagis 261,49 ribu ton, pelagis kecil 980,1 ribu ton, de-mersal 295,5 ribu ton, ikan karang 47,7 ribu ton, udang 44 ribu ton, lobster 0,8 ribu ton, dan cumi-cumi 10,57 ribu ton.

Di seluruh dunia, kini hanya terdapat 3% sumberdaya ikan dunia yang masih kurang dieksploitasi (under-expolited) dan 20% yang sudah dieksploitasi secara moderat (moderrately exploited). Dengan demikian, total habitatnya terdapat 23% sumber daya per-ikanan dunia yang masih dapat diandalkan untuk peningkatan produksi. Selebihnya yaitu sekitar 70% sudah mengalami over-exploited dan de-pleted. (jjr)



Sumber : Investor Daily 14 Juli 2010,hal.13