Si Bongkok Menggeliat

Si Bongkok Menggeliat

Harga udang naik lantaran permintaan pasar meningkat menjelang akhir tahun

Veri Nurhansyah

JAKARTA. Menjelang berakhirnya tahun 2010, para pebu-didaya udang diterpa angin segar. Sebab, harga udang dunia semakin naik seiring meningkatnya permintaan udang di pengujung tahun.

Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Setiawan menyebutkan , selama November hingga Desember 2010, harga udang ekspor naik hingga menyentuh Rp 60.000 per kilogram (kg). Harga ini melesat dari bulan-bulan sebelumnya yang hanya berada di kisaran Rp 35.000 - Rp 40.000 per kg.

Tentu saja, meningkatnya harga udang ini menguntungkan dan membuat produsen udang lebih lega. "Dengan hargajual udang sekarang ini, pebudidaya lebih bisa berekspansi dengan menambah lahan tambak agar produksinya meningkat," ungkap Iwan.

Iwan berpendapat, salah satu penyebab naiknya harga udang dunia belakangan ini adalah ketidakseimbangan antara volume produksi dan permintaan. Sepanjang 2010, terdapat gangguan produksi di beberapa negara produsen.

Sejumlah negara melaporkan penurunan produksi di saat permintaan udang dunia sedang membaik. Kenaikan tertinggi berasal dari pasar Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang saat ini mulai memasuki musim dingin.

Menurut Victor Nikijuluw, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), selain kenaikan permintaan menjelang musim dingin, kenaikan harga udang lebih banyak dikatrol oleh kenaikan permintaan untuk konsumsimenyambut Natal dan tahun baru.

Maklum, dalam menyambut Natal dan tahun baru, ada kebiasaan tahunan, konsumen membeli udang lebih banyak untuk disantap bersama dengan keluarga dan tamu.

"Timpangnya produksi dan permintaan ini membuat harga udang naik belakangan ini," kata Victor.

Kenaikan pemintaan udang tertinggi, menurut Victor, berasal dari AS dan Eropa. Saat ini, pasar udang di AS sedang kesulitan pasokan lantaran Amerika Selatan yang selama ini memasok udang sedang terganggu produksinya akibat tumpahnya minyak di Teluk Meksiko sejak April silam.

Dampak tumpahan minyak itu masih dirasakan sampai akhir tahun ini. Buktinya, kapasitas produksi udang di Chile, Ekuador, dan Meksiko melorot tajam. Padahal, selama ini, kawasan ini memasok 20% kebutuhan udang di AS. Selain soal pencemaran laut, tambak-tambak udang di Amerika Selatan sedang menghadapi serangan virus.

Kondisi kurang lebih santa juga dialami para pebudidaya udang di Indonesia Tahun ini, produksi udang tidak jauh berbeda dari produksi tahun lalu. Penyebabnya adalah pro-ses pemulihan produksi setelah terserang penyakit masih lambat. Hal ini tercermin dari kinerja ekspor udang Indonesia. Sekadar informasi, volume ekspor udang Januari-Agustus 2010 hanya mencapai 94.867 ton atau senilai US$ 840 juta.

Kinerja ekspor ini turun sekitar 5,76% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai 100.668 ton dengan nilai sekitar US$ 888 juta. Salah satu penyebabnya adalah sebagian tambak besar belum pulih beroperasi setelah serangan virus tahun lalu.

Virus sudah teratasi

Meski begitu, sampai akhir tahun ini, ekspor udang masih mungkin membaik. Harapannya bertumpu pada produksi anggota SCI yang kebanyakan merupakan petambak menengah dan kecil, serta tambak rakyat. Geliat produksi petambak kelompok ini sudah terlihat belakangan ini.

Iwan bahkan berani mema-tok target produksi anggota SCI bisa mencapai 130.000 ton atau naik dibandingkan tahun lalu sekitar 100.000 ton. Kenaikan produksi itu terjadi lantaran sebagian petambak berhasil mengatasi serangan virus white spot syndrome yang meraja lela sejak tahun lalu. "Dengan panen yang lebih bertahap dan pengelolaanyang lebih sabar, virus itu berhasil kami jinakkan," kata Iwan.

Meski begitu, Iwan belum berani mematok target kenaikan produksi pada tahun depan. Sebab, produksi udang sangat bergantung dari harga jual. Jika harga baik, petam-bak udang akan bersemangat menaikkan produksi. Begitu pula sebaliknya

Meski petambak optimistis, KKP masih memperkirakan, produksi udang tahun ini belum mencapai target sebesar 350.000 ton. Sumber masalahnya adalah perusahaan tambak terbesar di Asia yang berada di Lampung belum beroperasi secara normal. Tapi, KKP optimistis, produksi bisa mencapai 300.000 ton.

Victor bilang, sampai tahun 2014, pemerintah mematok target produksi udang sebanyak 700.000 ton. "Salah satu upayanya adalah membangun pusat induk atau Broodstock Center di Karangasem, Bali, baru-baru ini," jelasnya

Selain menggenjot produksi, KKP juga berusaha meningkatkan nilai tambah produk udang. Selama ini, ekspor udang dari Indonesia hanya dalam bentuk/rozen shrimp. KKP berencana mendorong produsen mengekspor dalam bentuk olahan, seperti udang kaleng.


Sumber : Harian Kontan 13 Desember 2010,hal.15