Pengendalian Hama Predator Kodok

Pengendalian hama predator ikan

Pengendalian
Kodok dewasa yang hidup di darat merupakan predator yang berbahaya bagi benih ikan. Pada masa kecebong, berudu dan kodok muda, kodok menyaingi makanan ikan dan ruangan tem¬pat hidup sehingga mengurangi kandungan oksigen dalam air dan memperbanyak sisa metabolisms.
Kodok dewasa banyak ditemukan sedang memangsa benih-¬benih ikan di kolam pembenihan dan kolam pendederan dan di sawah jika benih dipelihara di sawah. Benih ikan dan ikan ber¬ukuran besar sering kali ditelan kodok yang kelaparan. Selain benih dan ikan berukuran besar, kodok juga memangsa telur-telur ikan yang akan ditetaskan, sehingga kehadiran kodok di kolam
pembenihan dan pendederan sangat merugikan peternak ikan.


sebagai hewan karnivora, kodok memiliki mulut yang lebar yang berfungsi untuk mempermudah menangkap dan menelan bulat-bulat mangsanya. Dilihat dari warna tubuhnya, kodok hijau
lebih suka mengintai di sekitar benda atau tumbuhan yang ber¬warna hijau sebagai penyamaran. Pada saat mengintai mangsa, kodok mampu bertahan cukup lama berdiam diri tanpa bergerak. Dalam hal menangkap mangsa, kodok cenderung lebih suka menanti korban yang mendekatinya daripada mengejar ke sana¬ kemari.
Jika di kolam pembenihan dan pendederan ditemukan kodok, maka kodok ini harus segera dikendalikan sedini mungkin. Upaya pengendalian kodok di kolam pembenihan' ataupun pendederan yang tidak terlalu luas sangat mudah. Yang sulit adalah pada unit usaha pembenihan yang cukup luas. Sebab, sampai saat ini belurn ada upaya yang efektif membasmi kodok. Meracun kodok dengan bahan kimia akan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan sangat tidak dianjurkan. Ada tiga macam pengendalian secara mekanis yang dianjurkan yaitu: perbaikan prasarana perkolaman, pengontrolan kebersihan lokasi, dan pembuangan telur-telurnya.


 Memperbaiki Prasarana Perkolaman

Keberadaan kodok di sekitar area perkolaman umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor ketersediaan makanan berupa benih ikan dan faktor air sebagai media untuk peletakan telur, karena dalam perjalanan hidupnya ia membutuhkan air untuk tempat menetaskan telur dan membesarkan kecebong, berudu, dan kodok mudanya.
Dari pengamatan, kolam yang diisi benih gurami dan lele dumbo lebih banyak didatangi kodok dibandingkan kolam yang diisi benih ikan mas dan nila. Sifat alami benih gurami pada malam hari
yang suka berada di permukaan air dan menepi ke arah pematang atau sifat benih lele dumbo yang aktif mencari makan di malam hari dan sering ke tepian menjadi daya tarik bagi kodok untuk menyergapnya. Sedangkan ikan mas dan nila pada malam hari lebih suka berdiam di pertengahan kolam dan jarang berada di tepi pematang. Kodok lebih menyukai makanan yang bergerak dan mau mendekatinya ke arah tepi pematang.
Untuk mengendalikan keberadaan kodok sangat dianjurkan membeton tepian kolam karena dengan pematang beton ini kodok akan kesulitan mencari tempat duduk yang baik untuk mengintai mangsanya. Bila ia terlanjur masuk ke kolam, ia tidak bisa keluar lagi. Kodok yang tidak memiliki tempat bertengger biasanya tidak akan berhasil memangsa benih ikan.
Pada saat perbaikan pematang, upayakan perataan pematang tanpa ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan kodok untuk tempat pengintaian. Akan lebih baik jika pematang tersebut diberi lapisan plastik. Atau 50 cm dari pematang ke arah tengah kolam diberi pagar keliling plastik agar benih ikan tidak bisa mendekati tepi pematang. Begitu pula sebaliknya, kodok maupun belut tidak dapat memasuki ruang kolam yang ditempati benih ikan.

 Mengontrol Kebersihan Lokasi
Tempat yang bersih kurang cocok bagi kodok untuk mengintai mangsanya, karena kurang disukai korbannya yang juga mencari makan atau beristirahat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk mengontrol pertumbuhan rumput di sekitar pematang atau yang -menjulur ke dalam kolam. Lokasi sekitar kolam yang banyak semak
saluran air yang berumput dan persawahan bisa menjadi tempat mangkal kodok pada Siang hari.
 Membuang Telur dari Kolam
Kegiatan pengendalian gangguan kodok dengan cara membuang telur-telurnya juga sangat dianjurkan. Telur yang terlanjur menetas akan menimbulkan efek sebagaimana dibahas sebelumnya. Untuk lebih mudahnya, gunakan seser untuk mengumpulkan telur ke dalam baskom. Selanjutnya buang telur-telur tersebut di darat agar tidak jadi menetas.
Cara yang paling tepat namun butuh waktu dan kesabaran adalah pemberantasan kodok secara mekanis. Tangkap kodok yang terdapat di kolam kemudian bunuh atau pindahkan ke tem¬pat lain. Selain itu, jika menemukan telur kodok agar segera di¬buang dan tindakan ini dilakukan secara rutin. Telur dapat diserok dengan scoopnet (tangguk kecil) dari bahan kain kassa. Telur yang diangkat dari air akan langsung mati bila terpapar sinar matahari.

Sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008