Kerapu Lumpur


Kerapu Lumpur

Jenis ikan ini telah dibudidayakan di daerah Kepulauan Riau dan Sumatera Utara, khususnya Kabupaten/Kota Nias, Tapanuli Tengah, Sibolga, Langkat, Deli Serdang, dan Medan.


A. Sistematika

Famili : Serranidae
Species : Epinephelus coioides
Nama dagang : estuaty, grouper, fah paan, chairomaruhata, chi hou
Nama lokal : kerapu minyak



Ciri-ciri dan Aspek Biologi

Ciri fisik
Epinephelus coioides ada kemiripan dengan jenis kerapu lumpur lainnya, E. tauvina atau
E. suillus, terutama penampakan bintik pada tubuhnya.

Bentuk tubuh memanjang Bagian kepala dan punggung berwarna gelap kehitaman, sedangkan
perut berwarna keputihan. seluruh tubuhnya dipenuhi bintik-bintik kasar berwarna kecokelatan atau kemerahan.


2. Pertumbuhan dan perkembangan
Sebagaimana halnya dengan ikan kerapu lainnya, kerapu
lumpur bersifat protogony hermaphrodite. Artinya, jenis kelamin
ikan berubah sejalan dengan pertumbuhannya. Pada waktu masih
berumur 3 tahun atau kurang, ikan ini berkelamin betina. Namun sesudah berumur lebih dari 4 tahun ikan ini berubah kelamin menjadi jantan tanpa perubahan morfologi yang jelas.


Kedewasaan pertama tercapai pada ukuran 25-3o cm saatberumur 2-3 tahun. Di KJA jenis ikan ini memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni—Oktober. Seekor betina berukuran 35 cm dapat menghasilkan telur sebanyak 850.000 butir/satu kali memijah, sedangkan ikan yang lebih besar dapat menghasilkan hampir 3 juta butir.


Ikan ini tumbuh cepat. Pertumbuhan ikan kerapu lumpur beragam, tergantung pada bobot awal, mutu, dan jumlah pakan yang digunakan dan kondisi lingkungan. Panjang maksimum yang dapat dicapai sampai 95 cm.



C. Pemilihan Lokasi Budi Daya

Ikan kerapu lumpur hidup di perairan muara sungai dengan kisaran kadar garam 15-30 ppt, suhu air 24-31 derajat celsius, dan kadar oksigen terlarut antara 4,9-9,3 mg/l. Ikan ini juga dapat hidup dan tumbuh di tambak berkadar garam antara. 7,1-31 ppt. KJA yang akan digunakan harus diletakan di lokasi yang tepat, yaitu perairan laut yang terlindung dari arus kuat dan gelombang besar.



D. Wadah Budi Daya

Wadah budi daya yang digunakan adalah karamba jaring apung dan karamba jaring tancap. Adapun ukuran KJA sebaiknya 7 m x 7 m dengan jaring berukuran 3 m x 3 M.


E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Benih ikan kerapu dapat diperoleh dari alam atau dari hatchery. Di alam, benih ikan kerapu lumpur banyak hidup di perairan sekitar muara sungai yang berdasar lumpur dan ditumbuhi lamun (seagrass). Adapun musim benihnya berbeda pada setiap tempat.

Ukuran benih yang tertangkap bervariasi, mulai dari 2 - 10 cm dengan bobot 5-25 g. Penangkapannya dengan pukat pantai, sudu, pancing, dan bubu. Benih kerapu bisa juga diperoleh di hatchery.


2. Penebaran benih
Waktu penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Keseragaman ukuran benih juga perlu diperhatikan
ketika penebaran. Tujuannya untuk mengurangi pemangsaan akibat sifat kanibal. Selain keragaman, kepadatan penebaran benih juga harus diperhatikan. Benih berukuran 5-10 g dapat ditebar dengan kepadatan 75 ekor/m3, sedangkan kepadatan tebar benih berukuran 20-25 g sekitar 5o ekor/m3.


Jika telah berukuran 150-200 g, kepadatannya harus dikurangi menjadi 4o ekor/m3. Adapun jumlah ikan yang ditebarkan saat berukuran 1oo g adalah 400 ekor.
Benih kerapu lumpur. Keseragaman ukuran benih harus diperhalikan saat penebaran




3. Pemberian pakan
Kerapu lumpur termasuk jenis ikan karnivora yang memangsa ikan-ikan keeil, udang, cumi-cumi, rajungan, dan kepiting. Ikan ini dapat dilatih makan pellet berkadar protein tinggi. Namun pada stadia larva, ikan ini merupakan pemakan plankton.

Selama pemeliharaan ikan diberi pakan berupa ikan rucah dengan dosis 8% bobot badan/hari. Selanjutnya, dosis dituttinkan menjadi 5% setelah bobotnya mencapai 300 g/ekor. Jika diberikan pakan buatan, dosisnya relatif lebih keeil dibandingkan dengan penggunaan pakan ikan rucah, yaitu 4-2% bobot badan per hari. pakan tersebut diberikan 2 kali pada pagi dan sore. Perubahan dosis pakan dilakukan setiap bulan setelah dilakukan penimbangan berat. Semakin besar ikan, semakin kecil dosis pakan yang diberikan.



F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Gejala terjadinya serangan iridovirus pada induk ikan kerapu lumpur mirip dengan sleepy gouger diseases yang menyerang ikan kerapu di Sumatera Utara tahun 1993. serangan iridovirus memunculkan gejala pembengkakan pada organ limpa dan menyebabkan kematian ikan.

Selain virus, ikan ini biasa pula terserang penyakit bakteri Streptococcus iniae dengan tanda-tanda warna berubah menjadi lebili gelap, kehilangan keseimbangan, berenang berputar, dan timbul bintik-bintik merah pada kulit. Kerapu lumpur juga biasa diserang penyakit parasites, seperti cacing Neobedenia.


G. Panen
Ikan dapat dipanen setelah mencapai bobot 600-80o g dengan lama pemeliharaan 6-8 bulan. Adapun teknik panennya sama dengan cara panen ikan di KJA umumnya.

sumber : Penebar Swadaya, 2008