Prospek Bisnis Budidaya Laut

Prospek Bisnis
Budi Daya Laut

Di dalam perairan Indonesia hidup berbagai jenis biota laut. di antaranya yang potensial untuk dibudidayakan karena harga jualnya cukup tinggi dan memililki pertumbuhan yang relatif cepat. Selain itu, kegiatan budi daya laut yang relatif baru kini mulai berkembang. Komoditas yang dibudidayakan meliputi jenis ikan, khususnya ikan kerapu, kakap putih, kakap merah, ikan kuwe, dan bandeng. Selain ikan, dibudidayakan jenis krustasea (udang barong), kekerangan (moluska), jenis Echinodermata (teripang), dan rumput laut.


Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, produksi budi daya secara nasional pada tahun 2006 sebesar 2.682.596 ton, yang terdiri dari produksi budi daya laut 1.365.918 ton, budi daya air payau 629.61o ton, dan budi daya air tawar 687.o69 ton. Komposisi produksi budi daya laut berturut-turut adalah rumput laut, kerapu, kakap, dan teripang.


Kelompok ikan yang mempunyai jumlah produksi tinggi adalah kerapu.
Kerapu merupakan jenis ikan laut yang paling populer dan bernilai ekonomis tinggi di antara jenis ikan karang di kawasan Asia-Pasifik. Permintaan ikan kerapu khususnya dalam kondisi hidup untuk tujuan ekspor, seperti ke Hongkong dan Cina bagian selatan cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini telah memicu nelayan untuk melakukan penangkapan ikan ini dengan intensif, baik secara legal maupun ilegal. penangkapan secara ilegal antara lain menggunakan potasium (cyanide) sehingga menyebabl(an kerusakan lingkungan dan penurunan populasi ikan di alam. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dikembangkan budi daya ikan laut dengan benih hasil dari hatchery.


Di beberapa wilayah pantai Indonesia ldnonesia kini telah berkembang budi daya ikan kerapu. Awalnya, budi daya ikan ini dimulai dengan penangkapan benih dari alam, lalu ditunjang oleh adanya penyediaan benih dari hatchery. Salah satu kendala yang dihadapi dalam budi daya ikan ini adalah sintasan atau kelangsungan hidup ikan kerapu yang rendah dari ikan laut lainnya, seperti ikan kakap putih.


Penyebab utamanya adalah adanya serangan wabah penyakit dan penguasaan teknik pemeliharaan ikan yang masih rendah. Padahal, serangan penyakit tersebut dapat dikendalikan jika pembudidaya memiliki pengetahuan yang cukup dan teknik yang sesuai untuk pemeliharaan ikan kerapu.


Faktor-faktor yang mempengaruhi budi daya laut memiliki peluang bisnis yang tinggi adalah sebagai berikut.


A. Permintaan Ekspor Hasil Laut yang Tinggi

Produk marikultur utama Indonesia adalah kerapu, kakap, udang barong, tiram mutiara, tiram mabe, teripang, rumput laut, bandeng, dan baronang. Produk marikultur tersebut diperdagangkan di pasar domestik maupun luar negeri diperjualbelikan dalam keadaan hidup, segar, fillet, atau ikan utuh beku maupun dalam bentuk olahan. Produk marikultur yang dipasarkan hidup di pasar domestik, seperti kerapu dan kakap, untuk konsumen terbatas. Harga ikan hidup untuk pasar ikan konsumsi bisa mencapai 3-4 kali lipat harga ikan segar.


Perdagangan ikan dunia menunjukkan bahwa negara di Asia yang merupakan pengimpor utama produk perikanan adalah Cina, Thailand, Taiwan, Malaysia, Hongkong, dan Singapura. sebagian dari produk tersebut oleh negara-negara Singapura, Hongkong, Taiwan dan Thailand di re-ekspor ke negara ketiga baik dalam bentuk asli maupun olahan.


Pangsa pasar biota laut lainnya, misalnya rumput laut, semakin cerah di mancanegara (Hongkong, Korea Selatan, Denmark, Perancis, Inggris, Kanada, Amerika. Serikat, Jepang, serta beberapa negara industri maju lainnya). Peluang pasar dunia yang belum terpenuhi terhadap produksi rumput laut khususnya penghasil karaginan masih tinggi, yakni tahun 2007 sekitar 53-100 ton dan diperldrakan ikan meningkat menjadi 72.510 ton pada tahun 2010. Demikian halnya dengan peluang pasar penghasil bahan baku agar masih relatif tinggi.


B. Teknologi budidaya yang terus berkembang

Jenis ikan laut yang berhasil dalam pembenihan secara massal, diantaranya bandeng, kerapu bebek, kerapu macan, kerapu sunu , kerapu lumpur, kerapu batik, kakap, dan kuwe. Selain jenis ikan, biota taut lainnya juga telah dikuasai teknologi budi dayanya, seperti budi daya rumput laut, kekerangan, teripang, dan krustasea.


Perkembangan budi daya taut dengan menggunakan benih hatchery dimulai sejak keberhasilan pembenihan bandeng yang disusul dengan produksi benih kerapu. Sekarang ini terdapat hatchery bandeng yang terdiri lebih dari 34 buah hatchery lengkap (HL) dan tidak kurang dari 2.000 unit hatchery skala rumah tinggi (HSRT) tersebar di beberapa lokasi, terutama di Bali. HSRT telah mengalami berbagai perubahan skala usaha dengan adanya kelompok usaha bersama.


Selain itu, penambahan secara bertahap unit HSRT menjadi lebih besar. Dengan diperolehnya teknik produksi benih kerapu bebek dan macan, sebagian HSRT ikan bandeng beralih fungsi untuk pembenihan kerapu dengan melakukan perubahan dan atau modifikasi konstruksi. Selanjutnya, disusul species lainnya, seperti kerapu lumpur, kerapu batik, kakap merah, dan kerapu sunu.


Teknologi pembesaran juga telah berkembang di beberapa daerah, utamanya Riau, Lampung, Bali, NTT, Sulawesi Selatan, dan lain-lain. Di samping komoditas lain seperti rumput laut, kerang hijau, tiram mutiara, dan teripang, pembesaran lobster mulai juga berkembang.



C. Budi Daya yang Berkelanjutan

Budi daya laut berkelanjutan mempunyai ciri-ciri efisien dalam penggunaan sumber daya, produktif, dan tidak merusak lingkungan. Akuakultur dengan ciri-ciri seperti itu dapat dicapai melalui penerapan konsep sistem akuakultur berbasis tingkat kesukaan pakan Salah satu caranya dengan penerapan sistem polikultur.


dengan sistem polikultur satu wadah budidaya (KJA) dipelihara berbagai jenis biota air yang memiliki kesukaan pakan yang berbeda-beda. Namun, sifatnya saling menguntungkan (simbiosis). Komposisi biota ditandai dengan dominasi jumlah biota autotroph dan pemakan plankton, disusul biota herbivora (pemakan tumbuhan), omnivora (pemakan bahan dari tumbuhan maupun hewan), dan karnivora (pemakan daging) yang jumlahnya terkecil.


Pengembangan budi daya laut yang ada sekarang ini
masih terfokus pada aspek teknis produksi dan belum banyak memperhatikan nonteknis termasuk tatanan strategic dan politic. Padahal, budi daya laut yang berkelanjutan harus memperhatikan tahapan perencanaan (meliputi tatanan praproduksi), teknik produksi, penanganan hasil, dan pemasaran.

Adapun beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk budi daya berkelanjutan antara lain:

1) undang-undang perikanan dan peraturan-peraturan
yang mendukung pelaksanaan budi daya perikanan yang
berkelanjutan,

2) berbasis hamparan dan kelompok pembudidaya,

3) pembudidayaan yang bersih dan higienis,

4) memperhatikan legalitas penataan ruang eksternal dan internal kawasan budi daya, serta

5) memperhatikan produk, baik mutu, jumlah, dan kontinuitas.


sumber : Penebar Swadaya, 2008