Teknologi Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar

Teknologi Budi Daya

Budi daya bawal air tawar banyak berkembang di wilayah Jawa Barat, terutama di daerah Parung, Bogor, dan Sukabumi. Bawal air tawar banyak dipelihara di kolam-kolam budi daya dengan teknik pemeliharaan yang tidak begitu rumit dan umumnya hampir sama dengan teknologi budi daya ikan jenis lainnya.

Pembenihan

Pembenihan bawal air tawar biasanya dilakukan pada musim hujan dengan rangsangan hormon hypofisa atau ovaprim. Induk bawal air tawar mulai matang gonad Setelah berumur 2-4 tahun dengan berat tubuh 3-4 kg per ekor. Teknik pembenihan dengan penggunaan hormon tersebut sama seperti yang dilakukan untuk pemijahan ikan jenis lainnya, sehingga mudah diterapkan.

Induk yang akan dipijahkan adalah induk-induk pilihan dengan kondisi yang sehat, cukup umur, dan telah matang gonad. Tanda-tanda induk betina yang matang gonad dapat diketahui dari bentuk perutnya yang buncit dan terasa lunak jika diraba. Untuk, induk jantan, dengan jalan memijat perut ke arah anus. jika sperma keluar saat pemijatan, berarti sudah bisa dipijahkan untuk membuahi induk, betina.



Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina diberok (dipelihara terpisah) selama 2-3 hari. Setelah itu, penyuntikan induk, jantan dan betina dilakukan menggunakan hypofisa ; atau hormon komersial seperti ovaprim dengan dosis 0,75 ml/kg berat induk. Penyuntikan dilakukan dua Kali, masing-masing setengah dosis. Selanjutnya induk jantan dan betina dimasukan ke dalam bak pemijahan untuk memijah secara alami, atau bisa juga pemijahan buatan dengan melakukan stripping (pengurutan telur dan sperma).


Stripping dilakukan dengan mengurut induk jantan dan betina yang sudah disuntik. Pengurutan dilakukan di bagian perut ke arah anus untuk mengeluarkan telur atau sperma. Induk yang diurut terlebih dahulu adalah induk betina.Telur yang terkumpul ditampung ke dalam cawan. Setelah itu, induk jantan juga diurut perutnya sampai keluar spermanya. Telur dan sperma tersebut dicampur dan diaduk menggunakan bulu ayam hingga tercampur rata.


Telur yang sudah terbuahi ini, dicuci dengan air bersih dan selanjutnya ditetaskan di dalam corong penetasan atau di dalam bak (akuarium) yang sudah dipersiapkan. Padat tebar telur yang akan ditetaskan dalam corong penetasan 200-250 butir telur/liter air. Dalam waktu 36-48 Jam, telur akan menetas. Larva hasil penetasan dipindahkan ke dalam akuarium, bak beton, atau kolam pemeliharaan larva. Larva dipelihara sampai berusia tiga minggu hingga mencapai ukuran panjang tubuh 0,5-1 cm. Padat tebar larva adalah 100-150 ekor/liter air media pemeliharaan.

sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008