Pemanenan Udang

Pemanenan udang merupakan tahap akhir dari satu periode siklus budidaya, karena dengan dilaksanakannya panen udang dalam suatu tambak maka tidak ada lagi proses pemeliharaan/perawatan udang pada periode tersebut. Pemanenan udang secara sedehana dapat diartikan sebagai proses pemungutan udang di dalam sebuah petakan tambak sebagai hasil proses budidaya dalam satu periode. Keputusan dilakukannya panen pada sebuah petakan tambak mengacu pada dasar pertimbangan yang terkait dengan kondisi, ukuran dan kualitas udang yang ada di dalam tambak tersebut dibandingkan dengan variable biaya produksi lainnya.

Ditinjau dari faktor penyebabnya, panen udang secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : (1) panen normal, dan (2) panen bermasalah.

Panen Normal

Panen normal adalah kegiatan panen yang dilakukan pada suatu petakan tambak dengan dasar pertimbangan kondisi, ukuran dan kualitas udang di dalam tambak tersebut dianggap telah memenuhi persyaratan untuk dipanen sehingga dapat menghasilkan tingkat keuntungan finansial seperti yang diharapkan.

Panen Bermasalah

Panen bermasalah adalah kegiatan panen yang dilakukan pada suatu petakan tambak dengan kondisi udang terkena suatu masalah. Dasar pertimbangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan panen bermasalah adalah untuk menekan tingkat kerugian financial jika tidak segera dilakukan panen. Berdasarkan jenisnya, panen bermasalah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

1. Panen kuras, yaitu kegiatan pemanenan yang dilakukan dengan cara membuang populasi udang di dalam suatu petakan tambak melalui saluran pembuangan melalui proses pembuangan air secara total. Panen kuras biasanya dilakukan pada udang bermasalah dengan ukuran yang masih relative kecil (phase bulan pertama) dan populasinya menurun drastis, sehingga jika kondisi seperti ini dilanjutkan hanya akan memperbesar tingkat kerugian yang akan diperoleh).

2. Panen dini, yaitu kegiatan pemanenan yang dilakukan pada suatu petakan tambak dengan kondisi udang bermasalah sebelum dianggap layak untuk dipanen secara normal. Panen dini dilakukan dengan dasar pertimbangan untuk menekan tingkat kerugian financial jika kondisi tersebut dipertahankan. Cara melakukan panen dini adalah sama dengan cara panen normal, yaitu melalui tahapan-tahapan tertentu dan peralatan yang diperlukan (akan diuraikan dalam pembahasan tersendiri).

Panen dini, jika ditinjau dari tingkat keuntungannya tidak semuanya merugikan secara financial, karena pada kondisi, ukuran dan kualitas udang tertentu meskipun terkena masalah jika pengambilan keputusan yang diambil adalah tepat, maka pada kondisi seperti ini masih dapat mendatangkan keuntungan financial (meskipun tidak optimal).

Secara garis besar pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan panen bermasalah haruslah cepat berdasarkan pertimbangan dua variable yaitu:

1. Tingkat permasalahan pada udang. Seperti telah diketahui permasalahan udang pada dasarnya dapat muncul karena factor kondisi udang itu sendiri maupun karena terjangkitnya suatu jenis penyakit. Panen bermasalah lebih banyak dilakukan pada petakan tambak dengan udang terkena masalah, sehingga pengambilan keputusan terkait pemanenan perlu dilakukan secara cepat dan cermat agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.

2. Tingkat keuntungan financial, yaitu perbandingan antara harga jual udang yang dipanen karena bermasalah dibandingkan dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan sampai saat pelaksanaan panen bermasalah tersebut.

Kegiatan panen udang meskipun sebagai tahap akhir dari suatu proses budidaya udang dalam satu siklus budidaya (terutama untuk panen normal) merupakan tahapan yang sangat penting juga untuk dipahami. Kualitas udang dan sifat/tingkah laku udang merupakan pengetahuan dasar yang perlu dipahami pada saat melakukan pemanenan udang. Pada kondisi tertentu (sering dijumpai di lapangan) udang mengalami penurunan kualitas yang sangat nyata pada saat dilakukan pemanenan, sehingga secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap harga jual dan tingkat keuntungan yang diperoleh menjadi tidak optimal.
sumber:http://marindro-ina.blogspot.com