PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN LELE DALAM KOLAM KARPET


PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN

LELE DALAM KOLAM KARPET


Utuk mendapatkan lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan maka kondisi kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh karena itu, kolam karpet yang telah dibuat harus disesuaikan terlebih dahulu. Bibit lele yang baru dibeli juga harus diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum dimasukkan ke dalam kolam.

A. PETUNJUK CARA AWAL PENGISIAN AIR DAN BIBIT

Langkah pertama

  1. Bagian dalam kolam karpet dicuci dengan menggunakan kain atau sikat. Pencucian ini mutlak dilakukan untuk menghilangkan bau lem atau zat kimia lainnya yang dapat mematikan bibit ikan. Setelah itu, bagian dalam kolam dikeringkan dengan menggunakan pipa pralon A dan B.
  2. Setelah itu, menyiapkan tanah yang halus atau lumpur yang sudah jadi untuk dimasukkan ke dalam kolam karpet dengan ketebalan kurang lebih 10 cm. Sebaiknya tanah atau Lumpur yang telah jadi tersebut tidak mengandung pestisida atau bahan kimia yang dapat mematikan ikan.
  3. Kolam diisi dengan air setinggi kurang lebih 10 cm dari atas permukaan lumpur. Perendaman lumpur dilakukan sekitar 3 - 4 hari



    (lebih lama akan lebih baik). Proses tersebut untuk menstabilkan keadaan air kolam, misalnya mengendapkan partikel-partikel yang dapat membahayakan pertumbuhan bibit lele. Jika proses perendaman lumpur tersebut tidak dilakukan, maka kematian bibit akan relatif besar. Pada saat proses perendaman lumpur ini, benih jangan dimasukkan dahulu.
  4. Setelah proses perendaman lumpur, air kolam ditambah hingga setinggi 30 cm. Kedalaman tersebut sangat ideal bagi bibit yang sewaktu-waktu bergerak ke permukaan air untuk proses pernafasannya. Jika kedalamannya melebihi tinggi air tersebut maka lele akan lebih banyak mengeluarkan energi untuk bergerak ke permukaan air sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan badannya.


Pengisian air ke kolam karpet diusahakan sampai

Pada ketinggian ideal

Langkah kedua

  1. Selanjutnya disiapkan bibit sebanyak 1.000 ekor yang berukuran kurang lebih 10 cm berat sekitar 10 - 12 g per ekor. Pemeliharaan dalam kolam karpet, sebaaiknya tidak menggunakan bibit yang berukuran kecil (5 - 7 g) agar tidak terjadi banyak kematian. Jadi, bibit yang layak untuk kolam karpet harus berukuran sebesar pensil, sedangkan yang harus dihindari adalah pemakaian bibit sebesar batang korek api. Namun, pemakaian bibit berukuran lebih besar akan lebih baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat (misalnya 2,5 bulan sudah mencapai ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang baru dibeli (baru tiba) jangan langsung dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada dalam bungkusan kantong plastik tersebut harus dituangkan bersama airnya ke dalam ember. Kemudian setiap satu jam ditambahkan air dari kolam ke dalam ember tersebut. Penambahan air tersebut dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, agar bibit lele dapat beradaptasi dengan suhu air dalam kolam.
  2. Setelah itu, bibit yang telah diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam karpet. Pemberian pakan berupa pelet yang telah dihaluskan dapat diberikan setelah beberapa jam kemudian.


Pengadaptasian bibit-bibit lele, sebelum dimasukkan ke dalam kolam

B. PERAWATAN LELE DALAM KOLAM KARPET

Perawatan lele di kolam karpet pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam karpet adalah sebagai berikut.

1. Penambohan air dalam kolam karpet

Bila air dalam kolam karpet berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan dari tinggi awal 30 cm hingga menjadi 60 cm secara bertahap setiap bulan (dalam sebulan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm). Air kolam setinggi 30 cm merupakan kondisi ketinggian air saat benih dimasukkan ke dalam kolam, sedangkan tinggi air kolam 60 cm merupakan ketinggian air saat ikan memasuki usia 3 bulan.

Jika air didalam kolam berkurang perlu ditambahkan

Hingga ketinggian normal kembali

2. Penggantian air

Penggantian air dilakukan saat air kolam mulai tampak kotor Saat membersihkan kotoran, pralon B dipasang untuk mengurangi air, tetapi air di dalam kolam jangan sampai habis. Dengan demikian, lele tetap terendam air di dalam kolam. Pada saat melakukan kegiatan ini, lele yang pertumbuhannya lambat (berukuran kecil) diambil untuk dikonsumsi.

Sebenarnya lele dumbo dapat hidup dan berkembang di dalam air kotor (misalnya air comberan). Namun, dagingnya akan berbau tidak sedap dan warna kulitnya pun kehitam-hitaman sehingga akan mengurangi minat konsumen.

3. Tanaman pelindung dalam kolam

Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air.

Jenis tanaman pelindung yang biasa digunakan yaitu apu-apu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele.





Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari

terik sinar matahari dan makanan tambahan

4. Pemberian pakan

Bibit lele yang masih kecil ukuran lubang mulutnya pun kecil sehingga pakan pelet yang diberikan harus dihaluskan (digerus). Pemberian pelet halus dilakukan selama I minggu. Setelah itu, pakan tidak perlu dihaluskan. Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari pada jam tertentu dan berkesinambungan.

Upaya untuk menekan pengeluaran biaya pembelian pakan lele dumbo terus dilakukan. Pakan lele berupa pelet buatan pabrik dianggap sangat mahal. Solusinya yaitu dengan memberikan keong mas (siput murbei) sebagai pakannya. Bagi petani padi, keong mas ini merupakan hama yang selalu muncul pada musim tanam padi.

Kelompok masyarakat uji-terap di Bekasi telah mampu melakukan penekanan biaya terhadap pembelian pakan lele (pelet) dengan memberikan pakan berupa keong mas yang diberikan saat lele berusia I bulan - 3 bulan. Pemanfaatan keong mas untuk pakan lele akan membantu mengurangi jumlah keong mas sebagai hama tanaman padi.

Berikut ini diberikan gambaran tentang perhitungan jumlah kebutuhan pakan 1.000 ekor lele dengan masa pemeliharaan sampai dengan 3 bulan. Pemberian pakan harian yang ideal yaitu 3 % dari berat badan. Perhitungan dilakukan per 10 hari seperti dijelaskan pada Tabel 1.

TABEL 1. PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PAKAN LELE DUMBO 1.000 EKOR DENGAN MASA PEMELIHARAAN SAMPAI DENGAN 3 BULAN

Hari ke -

Berat per ekor (g)

Kebutuhan pakan per ekor (g)

Kebutuhan per

10 hari untuk 1.000 ekor (Kg)

1 – 10

11 – 20

21 – 30

31 – 40

41 – 50

12

25

40

55

70

0,36

0,75

1,20

1,65

2,10

3,60

7,50

12,00

16,50

21,00

51 – 60

61 – 70

71 – 80

81 – 90

85

100

115

130

jumlah

2,55

3,00

3,45

3,90

189,60

25,50

30,00

34,50

39,00

Dari tabel tersebut dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut.

ü Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya

ü Berat badan lele pada usia 90 hari (3 bulan) adalah 130 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele.

ü Selama 3 bulan, kebutuhan pakan pelet untuk 1.000 ekor lele yaitu 189,6 kg.

Jadi pengeluaran biaya untuk kebutuhan pakan lele adalah 189 kg x Rp 3.000,00 = Rp 568.800,00. Sementara biaya untuk pembelian bibit, yaitu 1.000 ekor x Rp 300,00 = Rp 300.000,00. Dengan demikian, modal untuk pengadaan sarana produksi adalah Rp 568.800,00 + Rp 300.000,00 = Rp 868.800,00

Berdasarkan perhitungan analisis usaha, target hasil usaha (penjualan lele) adalah Rp 969.500,00. Jadi, hasil usaha yang akan diperoleh adalah Rp 969.500,00 - Rp 868.800,00 = Rp 100.700,00. Hasil usaha tersebut masih sangat sedikit. Jika menggunakan pakan tambahan (substitusi) maka hasil usaha yang didapatkan akan lebih besar.

Dalam uraian analisis usaha, dijelaskan bahwa kebutuhan pakan pelet yang dianjurkan yaitu 90 kg. Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam.

Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu.

Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan.

Dalam Tabel I dapat dilihat bahwa kebutuhan pakan pelet lele hingga berusia satu bulan, yaitu 23,1 kg. Jika target pakan 90 kg maka sisanya (66,9 kg) dapat digunakan untuk pakan tambahan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.

Keoang mas (menempel pada dinding kolam) sangat disukai lele

Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan kebutuhan.

Jika keong mas jumlahnya cukup banyak maka dapat disimpan dalam kolam gali tanpa diberi pakan. Sebaiknya, keong mas disimpan untuk kebutuhan pakan lele selama periode I minggu. Selain itu, daging keong mas dapat dikeringkan untuk persediaan pakan lele. Namun, sebelum dimasukkan ke dalam kolam, keong mas harus direbus terlebih dahulu (atau direndam dalam air mendidih) agar dagingnya menjadi lunak. Untuk memenuhi kebutuhan pakan lele dalam usaha makro, sebaiknya pakan pelet tersebut dibuat sendiri. Akhirnya, dari uraian tentang pakan lele perlu digarisbawahi upaya yang harus dilakukan yaitu menekan pengeluaran biaya pembelian pakan untuk memaksimalkan perolehan hasil usaha.

sumber : Kliwon Sujionohadi dan Edy Suhedi, Penebar Swadaya, 2002