AWAL DAUR HIDUP IKAN



AWAL DAUR HIDUP IKAN



Perhatian terhadap proses-proses yang terdapat dalam perkembangan awal hidup ikan merupakan hal yang menarik karena berhubungan dengan stabilitas populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Mortalitas pada awal perkembangan hidup ikan umumnya sangat besar dimana fluktuasi mortalitas mempunyai andil yang besar dalam menentukan variasi produksi pada tiap­tiap tahunnya. Akan tetapi hal ini masih memerlukan penggalian-penggalian penelitian yang lebih lanjut untuk dikembangkan manfaatnya. Lebih-lebih terhadap species ikan-ikan tropik, banyak sekali yang belum diungkapkan.




Telur ikan dengan bagian-bagiannya.
Telur hewan bertulang belakang, berdasarkan kepada jumlah deutoplasma (kuning telur, dan sebagainya) yang terdapat di dalam cytoplasma, dapat dibagi dua (Nelsen, 1953):

a. Telur homolecithal (isolecithal).
Golongan telur ini hanya terdapat pada mammalia. Jumlan deutoplasma hanya sedikit terutama dalam bentuk buti-butir lemak dan kuning telur yang terbesar di dalam cytoplasma.

b. Telur telolecithal.
Dalam telur dari golongan ini terdapat sejumlah kuning telur yang berkumpul pada salah satu kutubnya. Ikan ganoid mempunyai telur yang macamnya sama dengan macam telur amphibia yang tidak berkaki (Gymnophiona) dimana jumlah kuning telurnya relatif banyak dan berkumpul pada salah satu kutubnya. Romer (1955) menamakan golongan telur demikian dengan nama mesolecithal.



Telur pada ikan Teleostei dan Elasmobranchia deutoplasmanya masif. Protoplasma dari telur ini kelak akan mengambil bagian pada beberapa pembelahan pertama, jumlahnya sedikit. Kuning telur tidak turut dalam proses-proses pembelahan, sedangkan perkembangan embrionya terbatas pada cytoplasma yang terdapat pada kutub anima.



Telur ikan ovipar yang belum dibuahi (Gambar 11), bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau chorion. Di bawah chorion.terdapat lagi selaput yang kedua dinamakan selaput vitelline. Selaput yang ketiga mengelilingi plasma telur dan selaput tersebut dinamakan selaput plasma.


Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak terdapat ruang diantaranya. Bagian telur yang terdapat cytoplasma biasanya berkumpul di sebelah telur bagian atas yang dinamakan kutub anima. Bagian bawahnya yaitu pada kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning telur. Kutub ini dinamakan kutub vegetatif. Sebenarnya kuning telur pada ikan ini hampir mengisi seluruh volume cell. Kuning telur yang ada di bagian tengah keadaannya lebih pekat daripada kuning telur yang ada pada bagian pinggir karena adanya cytoplasma. Selain dari itu cytoplasma banyak terdapat pada sekeliling inti telur. Pada chorion terdapat sebuah micropyle yaitu suatu lubang kecil tempat masuknya sperma kedalam telur pada waktu terjadi pembuahan.

Apabila telur baru keluar dari tubuh induk dan bersentuhan dengan air ada dua hal yang akan terjadi. Pertama selaput chorion akan terlepas dengan selaput vitelline dan membentuk ruang. Ruang ini dinamakan ruang perivitelline (Gambar 12). Masuknya air ke dalam telur disebabkan oleh perbedaan tekanan osmose dan imbibisi protein yang terdapat pada permukaan kuning telur. Selaput vitelline merupakan penghalang masuknya air jangan sampai merembes ke dalam telur.



Proses yang kedua ialah pengerasan selaput chorion. Waktu yang diperlukan untuk pengerasan selaput chorion tidak sama bergantung pada ion calsium yang terdapat dalam air. Menurut Hoar (1957) telur yang ditetaskan dalam air yang mengandung calsium chlorida 0,0001 M, selaput chorionnya akan lebih keras dari pada telur yang ditetaskan di air suling. Pengerasan chorion ini akan mencegah terjadinya pembuahan polyspermi. Dengan adanya ruang perivitelline di bawah chorion yang mengeras, maka telur dapat bergerak lebih bebas selama dalam perkembangannya. Pengaruh gelombang terhadap posisi embryo yang sedang berkembang sangat tereduksi karena adanya ruang perivitelline itu.





Pembuahan
Dalam proses pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang micropyle yang terdapat pada chorion. Tiap spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk membuahi satu telur. Akan tetapi karena ruang tempat terjadinya pembuahan yaitu pertemuan telur dengan spermatozoa pada ikan ovipar sangat besar, maka kesempatan spermatozoa itu untuk bertemu dengan telur sebenarnya sangat kecil.




Untuk mengatasi hal tersebut agar pembuahan berhasil, spermatozoa yang dikeluarkan jumlahnya sangat besar dibandingkan dengan jumlah telur yang akan dibuahi. Dalam kondisi yang optimum spermatozoa ikan yang baru dikeluarkan dari tubuh mempunyai kekuatan untuk bergerak dalam air selama 1 – 2 menit.



Berdasarkan kepada penelitian yang telah dilakukan oleh Hartman dan juga oleh Motalenti (Hoar, 1957), telur dan sperma yang baru dikeluarkan dari tubuh induk, mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan. Menurut kebanyakan literatur dari Amerika, zat yang dikeluarkan oleh telur dan sperma dinamakan Gamone. Gamone yang berasal dari telur adalah Gynamone I dan Gynamone II. Gamone yang berasal dari spermatozoa adalah Androgamone I dan Androgamone II. Gynamone I berfungsi untuk mempercepat pergerakan dan menarik sper­matozoa dari spesies yang sama secara chemotaksis. Gynamone II berfungsi untuk mengum­pulkan dan menahan spermatozoa pada permukaan telur. Fungsi Androgamone I ialah untuk menekan aktifitas spermatozoa ketika masih berada dalam saluran genital ikan jantan. Sedangkan Androgamone II berfungsi untuk membuat permukaan charion menjadi lembek sebagai lawan dari fungsi Gynamone II.



Secara relatif lapisan telur yang sudah dalam air adalah keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa kecuali melalui micropyle yang bentuknya seperti corong. Lubang corong yang besar terletak di bagian luar dan lubang yang kecil di bagian dalam. Lubang itu demikian kecilnya sehingga tidak mungkin dapat dilalui oleh sperma lebih dari satu dalam satu waktu. Ketika spermatozoa masuk ke dalam lubang corong, itu merupakan sumbat bagi yang lainnya dan setelah kepala spermatozoa itu masuk, bagian ekornya terlepas. Dengan demikian pembuahan pada ikan umumnya monosperma dimana kalau sudah masuk satu spermatozoa akan cepat terjadi perubahan pada bagian micropyle.



Kalaupun terjadi pembuahan polyspermi, hanya satu spermatozoa yang melebur bersatu dengan inti telur. Sedangkan yang lainnya dihisap oleh telur sebagai bahan makanannya. Sesaat setelah terjadi pembuahan, isi telur agak sedikit mengkerut karena pecahnya rongga alveoli yang terdapat di dalam telur. Dengan kejadian tersebut rongga perivitelline lebih membesar sehingga telur yang telah dibuahi dapat mengadakan pergerakan rotasi selama dalam perkembangannya sampai menetas.


Sumber : M. Ichsan Effendie, 1997