Ikan Dalam Rantai Pangan Dunia

Ikan Dalam Rantai Pangan Dunia
(Disadur dari bahan presentasi FAO pada World Seafood Congress ke- 7 di Dublin, Irlandia September 2007)


Dibandingkan dengan bahan pangan lainnya, peningkatan produksi perikanan merupakan yang tercepat pertumbuhannya. Prestasi ini terutama karena keberhasilan perikanan budi­daya di berbagai negara, meski­pun secara global produksi perikanan tangkap mengalami penurunan sejak pertengahan tahun 80an.
China Produsen dan Konsumen Ikan Terbesar
Jumlah penduduk dunia terus bertambah, sehingga kebutuhan produksi bahan pangan termasuk perikanan akan terus bertambah. Pengguna ikan selain manusia adalah ternak dan hingga kini kebutuhan global akan bahan pakan ternak dari ikan relatif tetap. Meski produksi perikanan tangkap cenderung turun, namun secara keseluruhan produksi perikanan mengalami kenaikan sehingga pasokan ikan sebagai bahan pangan manusia terus meningkat. Kenaikan total produksi tersebut akibat pesatnya pertumbuhan perikanan budidaya di berbagai negara dan yang spektakuler terjadi di China. Tahun 2005, pasokan ikan dunia untuk konsumsi manusia telah mencapai 16,2 kg per kapita.
Seandainya produksi budidaya China tidak dihitung, maka kontribusi perikanan tangkap kepada konsumsi manusia telah turun dari 10 - ­11 kg / kapita di pertengahan tahun 80an menjadi hanya 10 kg / kapita di tahun 2005. Budidaya laut juga telah berkembang di berbagai wilayah, tetapi hal itu tidak cukup untuk memenuhi kenaikan populasi penduduk dunia. Kita harus berterimakasih kepada para pihak yang telah memungkinkan budidaya perikanan berkembang pesat. Namun demikian, pengem‑
bangan budidaya perikanan akan membutuhkan tepung ikan yang saat ini ketergan­tungannya kepada stok di alam masih sangat tinggi. Jadi ke depan hal ini juga perlu diantisipasi.
Konsumsi Ikan Tertinggi
Dalam pasar internasional, ikan bersaing dengan daging ternak besar dan unggas. Gambar di bawah menunjuk­kan bahwa pertumbuhan kon­sumsi per kapita ikan dengan daging babi tumbuh dengan kecepatan yang hampir sama, tetapi konsumsi unggas khusus­nya ayam tumbuh lebih cepat. Sementara itu, konsumsi daging sapi cenderung turun dan konsumsi daging kambing/ domba relatif tetap.
Ikan Penggerak Perekonomian
Ikan tidak hanya sekedar bahan pangan tetapi juga sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat banyak, bahkan di beberapa negara berkembang, ikan merupakan sumber devisa utama. Melihat banyaknya jumlah produk dan nilai uang yang beredar baik melalui pengolahan sekunder ataupun para pemasar, bisnis perikanan tak dapat dilihat hanya sebelah mata. Bisnis perikanan dapat menyerap tenaga kerja yang banyak serta menjadi sumber aktivitas ekonomi. Dalam perspektif global, Glitnir Bank memperkirakan nilai yang beredar dari bisnis perikanan sekitar US$ 4 000 milyar per tahun. Rincian nilainya adalah sebagai berikut:
- Bisnis Penangkapan ikan US$ 80 milyar
- Bisnis Budidaya ikan : US$ 60 milyar
- Bisnis Pengolahan Primer: US$ 60 milyar
- Bisnis Pengolahan sekunder: US$ 120 milyar
- Bisnis Distribusi: US$ 80 milyar
FAO juga telah melakukan studi yang mempelajari distri­busi keuntungan dari industri perikanan di 2 negara maju dan 2 negara berkembang.
Hasilnya hampir sama dengan studi yang dilakukan secara independen oleh Glitnir Bank, dan terlihat dalam tabel dibawah.
Dari tabel dibawah terlihat bahwa nilai keuntungan terbe­sar dinikmati oleh kelompok pengolah sekunder, wholesaler dan retailer. Hal ini berlaku bagi produk yang berasal dari negara maju maupun negara berkembang.

Seberapa nilai akhir yang dipegang oleh peritel dalam ujung rantai bahan pangan masih meninggalkan tanda tanya. Apakah peritel menggu­nakan ukuran berat untuk memperoleh harga beli yang murah dari produsen? Ataukah peritel mempunyai kekuatan monopoli untuk mengatur harga semaunya? Apakah biaya peritel untuk berjuang menda­patkan konsumen terlalu tinggi? Jawaban dari semuanya mesti dilihat dari analisa persaingan di tingkat ritel pangan yang semakin kompe­titif sebagai contoh di Inggris, harga akhir sebuah produk pangan tertentu di tingkat eceran telah naik sebesar 40 % dari tahun 1991 ke tahun 2004. Namun demikian, pada kurun waktu yang sama harga salmon justru turun sebesar 50 %, sehingga distribusi keuntungan mesti dilihat per kasus.

Saat ini FAO sedang melakukan survei di Perancis dan Italia untuk melihat bagai­mana negara berkembang dapat meraih keuntungan dari pengolahan sekunder produk perikanan. survei melibatkan 6000 merek produk perikanan yang tersedia di toko ritel di kedua negara dan 10 % diantaranya berasal dari negara berkembang. Mayoritas produk dari negara berkembang adalah olahan sederhana seperti sardin dan anchovy dalam kaleng.





Sumber :
Warta Pasar Ikan, Direktorat Pemasaran Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia, 2007