Bonggo Jagung Berusia 3000 Tahun |
Dyah Oktabriawatie - detikFood
Bonggol Jagung Berusia 3000 Tahun Ditemukan di Peru
Foto: www.sciencedaily.com Jakarta - Jagung merupakan tanaman semusim yang siklus hidupnya hanya 80 hingga 100 hari. Beberapa negera menjadikan jagung sebagai makanan utama. Jejak inilah yang diketemukan di Peru beurpa bonggol jagung berusia 3000 tahun.
ScienceDaily (18/1) melaporkan, orang yang tinggal di sepanjang pantai Peru makan jagung sejak ribuan tahun yang lalu. Hasil laporan ini juga telah dicatat dalam buku Proceedings of the National Academy of Sciences ditulis oleh Dolores Piperno.
Bonggol jagung tertua yang berwarna cokelat ini berumur 3000 tahun dan ditemukan di Paredones dan Huaca Prieta. Masih di sekitar wilayah pantai utara Peru. Penelitian dan penemuan ini dipimpin oleh Tom Dillehay dari Vanderbilt University dan Duccio Bonavia dari Peru Academia Nacional de la Historia, yang juga menemukan tepung biji-bijian.
Karakteristik dari bonggol jagung, yang sebelumnya pernah ditemukan di Amerika Selatan menunjukkan bahwa penduduk kuno makan jagung dengan mengolahnya menjadi beberapa makanan termasuk popcorn dan tepung jagung. Namun jagung masih belum menjadi menu utama untuk makanan mereka.
“Jagung pertama kali tumbuh di Meksiko hampir 9000 tahun yang lalu dari rumput liar yang disebut teosinte,” ujar Piperno. “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa hanya beberapa ribu tahun kemudian jagung tiba di Amerika Selatan dengan evolusi varietas yang berbeda dan sekarang mulai tumbuh di wilayah Andean,” tambahnya.
Transformasi dalam karakteristik bonggol jagung menyebabkan ratusan jenis jagung dikenal saat ini. Budidaya jagung kini juga menjadi sebuah tantangan bagi para petani karena keaneka ragaman varietasnya.
Bonggol jagung dan bijinya tidak tumbuh dengan baik di hutan tropis yang lembab antara Amerika Tengah dan Selatan, termasuk Panama. Rute penyebaran utama tanaman jagung pertama kali meninggalkan Mexico sekitar 8000 tahu yang lalu. “Varietas jagung yang beragam telah berkembang dengan cepat di Amerika Selatan,” ujar Pipero.
(Odi/Odi)