Arsip Cofa No. B 009
Amonia berasal dari proses amonifikasi bahan organik dan deaminasi atau ekskresi binatang air sebagai hasil akhir metabolisme senyawa-senyawa bernitrogen dalam sistem budidaya.
Amonia merupakan produk akhir utama katabolisme protein pada krustasea. Ketika konsentrasi amonia dalam air meningkat, ekskresi amonia oleh organisme air menurun, sedangkan konsentrasi amonia dalam darah dan jaringan tubuh lain meningkat. Akibatnya adalah peningkatan pH darah dan berdampak negatif bagi reaksi-reaksi yang dikatalisis enzim dan stabilitas membran. Amonia meningkatkan konsumsi oksigen pada jaringan, merusak insang, dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen.
Total amonia dapat dipantau dengan alat uji yang murah (kecuali bila diperumit oleh adanya kesadahan magnesium) dan dapat diatur dengan pertukaran air. Amonia ada dalam bentuk terionisasi (NH3) yang beracun, terutama pada pH tinggi, dan bentuk terionisasi (NH4+) yang tak beracun, terutama pada pH rendah. Bentuk amonia terionisasi tidak dianggap beracun karena muatan ionnya mencegahnya menembus membran sel insang. Konsentrasi aman yang disarankan untuk amonia tak terionisasi (NH3-N) adalah 0,1 mg/liter.
Beberapa peneliti melaporkan kisaran konsentrasi amonia dalam air kolam budidaya. Kolam budidaya jarang mengandung lebih dari 2 atau 3 mg/liter total amonia nitrogen. Bagaimanapun, pada kolam budidaya superintensif dan pada tahap-tahap akhir pemeliharaan, konsentrasi amonia bisa mencapai setinggi 6,5 mg/liter (0,15 mg/liter NH3-N) dan bahkan 46,1 mg/liter (0,87 mg/liter NH3-N). Pada kasus terakhir, konsentrasi NH3-N yang melebihi 0,1 mg/liter dilaporkan dalam tiga sampling dalam satu bulan pada kolam udang P. penicillatus dengan padat penebaran 12,3 ton per hektar dan berhasil dipanen dengan tingkat kelangsungan hidup 44,3 %. Sulit untuk mengevaluasi daya racun amonia bagi udang di lingkungan kolam karena siklus harian pH dan konsentrasi amonia tak terionisasi berubah terus-menerus.
Udang dewasa Penaeus monodon (panjang 91,0 ± 8,0 mm) telah dipaparkan terhadap berbagai konsentrasi amonia (NH3 + NH4) dalam air laut bersalinitas 20 ppt pada pH 7,57 dan suhu air 24,5 oC dengan menggunakan metode pembaharuan statis. Nilai LC50 amonia-N (amonia tak terionisasi ditambah amonia terionisasi sebagai nitrogen), NH3-N (amonia-N tak terionisasi) menurun dengan makin lamanya periode pemaparan. Nilai LC50 24, 48, 96 dan 144 jam adalah 97.9, 88.0, 53.4 dan 42.6 mg/liter amonia-N (1.76, 1.59, 0.96 dan 0.77 mg/liter NH3-N), berturut-turut. “Ambang batas” daya racun amonia ditemukan pada 144 jam. Berdasarkan nilai awal LC50 dan faktor terapan 0,1, maka nilai aman untuk pemeliharaan udang dewasa Penaeus monodon (salinitas 20 ppt, pH 7.57, suhu 24.5 oC) adalah 4,26 mg/liter amonia-N, 0.08 mg/liter NH3-N.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, telah dibuat daftar nilai EC50 (konsentrasi yang menurunkan pertumbuhan bobot badan sebesar 50 % dibandingkan kontrol) untuk NH3-N pada udang windu. Nilai EC50 NH3-N untuk post larva lima udang penaeidae, setelah 3 minggu pemaparan terhadap larutan uji, adalah 0,22 – 0,69 mg/liter dengan rata-rata 0,45 mg/liter. EC50 NH3-N untuk post larva P. monodon, setelah pemaparan 6 minggu, adalah 60 mikrogram/liter. EC 50 NH3-N untuk juvenil P. monodon, setelah pemaparan sekitar satu minggu, adalah 1,01 mg/liter.
Konsentrasi aman amonia-N untuk P. monodon post larva tahap 6 adalah 0,13 mg/liter amonia-N atau 0,01 mg/liter NH3-N, pada pH 8.2 suhu 29.5 oC dan salinitas 34 ‰. Untuk post larva tahap 30 - 50 nilainya adalah 1,8 mg/liter amonia-N atau 0,15 mg/liter NH3-N, pada pH 8.3 suhu 25 oC dan salinitas 25 ‰. Untuk juvenil (panjang badan 35,5 mm) adalah 3,7 mg/liter amonia-N atau 0,1 mg/liter NH3-N, pada pH 7.7 suhu 27 oC dan salinitas 20 ‰. Untuk udang dewasa (panjang badan 91,0 mm) nilai tersebut adalah 4,3 mg/liter amonia-N atau 0,08 mg/liter NH3-N, pada pH 7.6, suhu 24.5 oC dan salinitas 20 ‰.