ikan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu ikan hias air tawar yang bernilai komersial, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar ekspor. Sebagai ikan hias yang gemar berkelahi, mempunyai penampilan yang menarik yaitu mempunyai sirip yang relatif panjang dengan spektrum warna yang bagus sedangkan pada ikan betina penampiLannya kurang menarik karena siripnya tidak panjang dan warnanya pun tidak cerah. pada ikan , jenis kelamin jantan lebih tinggi harganya dibanding jenis kelamin betina. Dengan dasar itulah diperlukan upaya memperbanyak produksi ikan jantan, yang dapat dilakukan secara masal.
TEKNIK PEMIJAHAN DAN PRODUKSI
warna siripnya lebih cerah pada induk jantan yang telah matang kelamin sedang pada induk betina perutnya membuncit dan secara transparan, telur pada saluran pengeluaran dapat terlihat. Pada prinsipnya pemijahan dilakukan secara berpasangan dalam setiap wadah yang terpisah (akuarium, ember atau dalam kotak-kotak yang ditempatkan di dalam bak).
Sebelum dicampurkan, induk betina dimasukkan dalam botol agar tidak mengganggu jantan dalam membuat sarang busa. Sarang dibuat dengan cara mengambil gelembung udara dari permukaan dan melepaskannya ke bawah permukaan daun atau tanaman air yang mengapung di permukaan air. Proses ini berlanjut berjam-jam dengan sesekali berhenti untuk makan.
Bila sarang telah siap, induk betina dikeluarkan dari botol, dicampurkan dengan jantan agar dapat memulai pebiakan. Pada saat pemijahan tubuh jantan menyelubungi induk betina membentuk huruf "U" dengan ventral saling berdekatan selama ± 1 menit sampai mengeluarkan telur yang segera dibuahi sperma.
Telur perlahan tenggelam dan akan segera diambil oleh induk jantan dengan mulutnya untuk selanjutnya diletakkan di sarang busa. Proses pemijahan berlangsung selama ± 1 jam dengan 20 s/d 25 tahap. pemijahan yang sama.
Ketika aktifitas pemijahan berakhir, induk betina dipindahkan dari tempat pemijahan untuk dikembalikan ke tempat pemeliharaan induk, namun sebaiknya lebih dulu dimasukkan dalam larutan methyline blue 2 mg/liter selama 24 jam untuk mengobati luka yang mungkin ada setelah pemijahan. Sedang induk jantan tetap pada wadah pemijahan untuk merawat dan menjaga telur sampai menetas. Dalam setiap kali pemijahan diperoleh
telur sebanyak 1.000 s/d 1.500 butir.
Selanjutnya pemeliharaan larva dan pendederan serta pembesaran dapat dilakukan pada wadah berupa bak tembok dengan pakan berupa cacing Tubifex sp. atau Chironomus sp. untuk siap dipasarkan.
MEMPERBANYAK IKAN BETTA JANTAN
Ikan betta jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan sirip-sirip yang lebih panjang dibandingkan ikan betta betina. Oleh karena itu ikan betta jantan lebih diminati konsumen dan mempunyai nilai komersial yang lebih tinggi dibandingkan yang betina. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan teknik memperbanyak produksi ikan betta jantan dalam setiap kali pemijahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian hormon androgen pada masa diferensiasi kelamin.
Teknik pemberian hormon tersebut adalah dengan cara merendam telur ikan betta pada fase bintik mata ( ± 30 jam setelah pemijahan) ke dalam larutan hormon 17 Alpa Metiltestosteron dengan konsentrasi 20 mg/liter air selama 8 jam. Pembuatan larutan hormon tersebut adalah dengan cara melarutkan hormon sebanyak 20 mg ke dalam 1 ml alkohol 70% dan selanjutnya dimasukkan ke air yang akan dipakai merendam sebanyak 1 liter.
Telur hasil perendaman dimasukkan kembali ke dalam wadah yang berisi air dengan diberi larutan methyline blue untuk mencegah timbulnya jamur dalam proses
penetasan.
Tahap selanjutnya sama dengan prosedur pembenihan ikan betta sampai berumur tiga bulan untuk dapat dibedakan jenis kelaminnya. Diharapkan dengan pemberian hormon steroid tersebut dapat memperbanyak ikan betta jantan sampai dengan 95% dalam setiap pemijahan.