Agar Kejayaan Jatiluhur Berlanjut
Waduk Jatiluhur kini kian tercemar seiring dengan terus meningkatnya populasi kantong jaring apung untuk budidaya ikan di sana. Waduk yang berada di wilayah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat tersebut memang telah lama menjadi salah satu sentra usaha budidaya perikanan. Namun perkembangan jumlah usaha itu saat ini telah jauh melampaui jumlah yang diizinkan.
Celakanya, pengelolaan perikanan sumberdaya perairan Waduk Jatiluhur sampai saat ini masih berorientasi kepada peningkatan produksi dan mengabaikan kondisi lingkungan perairan. Akibatnya lingkungan waduk itu kini menuai dampak negatif. baik secara ekonomi maupun terhadap lingkungan perairan terhadap perikanan tangkap ataupun budidaya di sana.
Inilah yang mengemuka dalam Lokakarya Pengelolaan Waduk Jatiluhur di Jatilluhur, Purwakarta beberapa waktu lalu. Pada acara tersebut dinyatakan bahwa peningkatan jumlah unit KJA (Karamba Jaring Apung) yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai masalah. KJA ini merupakan tempat budidaya ikan yang mengkonsumsi pakan. Pakan yang tidak termakan ikan akan menjadi limbah organik. Celakanya, limbah organik ini tidak terurai sempurna akibat ketidakefisienan pakan yang diberikan. Ini menyebabkan limbah organik tersebut menumpuk di dasar perairan dan akan memicu terjadinya eutrofikasi. Yaitu blooming alga (populasi alga meningkat cepat karena perairan yang subur oleh limbah organik yang tak terurai) diikuti dengan munculnya gas-gas yang bisa membunuh organisme lain.
Lokakarya itu juga mengeluarkan data hasil Riset PANELKANAS dari BBRSEKP. Yaitu tentang indikasi adanya kecenderungan penurunan pendapatan, skala usaha dan kesejahteraan nelayan tangkap serta pembudidaya di perairan tersebut. Dari sini diharapkan, ke depan ada formulasi pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Jatiluhur. Yakni yang tidak hanya terkait bio-ekologis spesies target (ikan) dan habitatnya namun juga terkait dengan sistem sosial ekonomi masyarakat nelayan dan para pembudidaya, jenis dan tingkat teknologi dalam mengeksploitasi sumber daya kelautan perikanan.
Dari kegiatan ini diharapkan diperoleh rumusan pola pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Ini sebagai upaya untuk melindungi sumberdaya perikanan dari kepunahan serta tetap memberikan keuntungan ekonomi bagi komunitas perikanan. Secara umum dari lokakarya tersebut diperoleh rumusan bahwa ke depan untuk pengelolaan Waduk Jatiluhur secara berkelanjutan dan lestari diperlukan beberapa kebijakan. Diantaranya kegiatan pemacuan stock (restocking ikan-ikan tropik level rendah), regulasi budidaya dengan pengurangan jumlah KJA dan penerapan KJA ramah lingkungan, penghijauan di hulu DAS Citarum. Selain itu diperlukan juga sinkronisasi dan harmonisasi aktivitas ekonomi yang ada di Jatiluhur sehingga mampu menjamin keberlanjutan usaha perikanan yang ada. Kemudian adanya penegakan hukum yang tegas, peningkatan partisipasi masyarakat serta adanya kelembagaan usaha yang mampu memberikan jaminan kecukupan kebutuhan hidup yang memadai dan berkelanjutan.
Acara ini dihadiri antara lain oleh Pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat dan kabupaten di lingkup DAS Citarum, peneliti dan akademisi, pengusaha perikanan tangkap Waduk Jatiluhur, pegusaha perikanan budidaya Waduk Jatiluhur, pengusaha industri penunjang Waduk Jatiluhur. Lokakarya dibuka oleh Kepala Balai Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Kegiatan ini merupakan forum untuk mempertemukan pelaku riset, pembuat kebijakan dan pelaku usaha Jatiluhur untuk bertukar pikiran dan mencari solusi bagi kelestarian waduk dan keberlanjutan usaha.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id