Jangan buang sampah sembarangan! Setidaknya, pilah-pilah dulu mana sampah atau limbah yang harus dibuang dan mana yang harus disimpan. Sebab, beberapa limbah setelah diolah oleh tangan-tangan terampil memiliki nilai bisnis dan ekspor yang tinggi. Seperti, perhiasan dari limbah kaca yang dibuat oleh M. Chodri.
Pria yang pernah selama enam tahun bekerja di sebuah perusahaan swasta itu, memulai usaha pembuatan perhiasan ini secara tidak disengaja. Berawal dari tuntutan hidup dan terinspirasi dari las karbit pande besi, ia memadukan berbagai alat di sekitanya, seperti kompor, tangki, dan lain-lain hingga terwujudlah kompor untuk melebur dan membuat limbah kaca menjadi manik-manik.
“Setelah merakit kompor itu, saya ngopi. Secara tidak disengaja, gelasnya tersenggol, jatuh, dan pecah. Lantas, pecahan gelas itu saya panaskan di atas api dan meleleh. Dari sini, saya terinspirasi untuk membuat batu cincin berwujud keong buntet dan berbagai giwang wanita,” tutur Chodri, tentang usaha yang dibangunnya pada tahun 1987 dengan modal Rp 2,5 juta itu.
Dalam perjalanannya, karya pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, ini mengalami perkembangan dalam desain, motif, dan warna dengan mencontoh gambar-gambar di majalah bekas. Selain itu, dari segi item pun mengalami perkembangan dengan merambah kalung, gelang, dan lain-lain. “Untuk kalung, saya menjualnya dengan harga Rp 25 ribu–Rp 275 ribu, untuk gelang kerajinan dari limbah kaca seharga Rp 5-10 ribu. Sedangkan untuk cincin dan giwang masing-masing seharga Rp 10 ribu,” kata Chodri seperti dikutip Majalah Pengusaha.
Berbagai aksesori perempuan tersebut menjadi pilihan karyanya. Sebab, jika berbicara tentang aksesori maka 80 persen penggemar dan pemakainya adalah perempuan. “Bila kita bisa ‘memanjakan’ wanita, maka dari situlah kita bisa meraup rezeki,” tegasnya.
Dari segi pemasarannya, jika semula hanya di lingkungan sekitar rumahnya yang terletak di Kampung Rawa, Jakarta Pusat, kemudian berkembang hingga ke seluruh Jakarta, seperti di Jalan Surabaya, Galeri Kemang, dan Ciputat. Kini, manik-manik yang dinamai Reka Cipta Manik ini juga dapat dijumpai di Martapura (Kalimantan Selatan), Yogyakarta, Solo, dan Bali. “Melalui agen saya di Bali, produk saya juga sudah dikenal oleh masyarakat Jepang, Amerika, Australia, dan bahkan Zimbabwe,” ujar Chodri, yang juga membuka gerai di UKM Center Waduk Melati, Jakarta Pusat.
Sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/produk/inovatif/849-aksesori-dari-limbah-kaca.html
Pria yang pernah selama enam tahun bekerja di sebuah perusahaan swasta itu, memulai usaha pembuatan perhiasan ini secara tidak disengaja. Berawal dari tuntutan hidup dan terinspirasi dari las karbit pande besi, ia memadukan berbagai alat di sekitanya, seperti kompor, tangki, dan lain-lain hingga terwujudlah kompor untuk melebur dan membuat limbah kaca menjadi manik-manik.
“Setelah merakit kompor itu, saya ngopi. Secara tidak disengaja, gelasnya tersenggol, jatuh, dan pecah. Lantas, pecahan gelas itu saya panaskan di atas api dan meleleh. Dari sini, saya terinspirasi untuk membuat batu cincin berwujud keong buntet dan berbagai giwang wanita,” tutur Chodri, tentang usaha yang dibangunnya pada tahun 1987 dengan modal Rp 2,5 juta itu.
Dalam perjalanannya, karya pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, ini mengalami perkembangan dalam desain, motif, dan warna dengan mencontoh gambar-gambar di majalah bekas. Selain itu, dari segi item pun mengalami perkembangan dengan merambah kalung, gelang, dan lain-lain. “Untuk kalung, saya menjualnya dengan harga Rp 25 ribu–Rp 275 ribu, untuk gelang kerajinan dari limbah kaca seharga Rp 5-10 ribu. Sedangkan untuk cincin dan giwang masing-masing seharga Rp 10 ribu,” kata Chodri seperti dikutip Majalah Pengusaha.
Berbagai aksesori perempuan tersebut menjadi pilihan karyanya. Sebab, jika berbicara tentang aksesori maka 80 persen penggemar dan pemakainya adalah perempuan. “Bila kita bisa ‘memanjakan’ wanita, maka dari situlah kita bisa meraup rezeki,” tegasnya.
Dari segi pemasarannya, jika semula hanya di lingkungan sekitar rumahnya yang terletak di Kampung Rawa, Jakarta Pusat, kemudian berkembang hingga ke seluruh Jakarta, seperti di Jalan Surabaya, Galeri Kemang, dan Ciputat. Kini, manik-manik yang dinamai Reka Cipta Manik ini juga dapat dijumpai di Martapura (Kalimantan Selatan), Yogyakarta, Solo, dan Bali. “Melalui agen saya di Bali, produk saya juga sudah dikenal oleh masyarakat Jepang, Amerika, Australia, dan bahkan Zimbabwe,” ujar Chodri, yang juga membuka gerai di UKM Center Waduk Melati, Jakarta Pusat.
Sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/produk/inovatif/849-aksesori-dari-limbah-kaca.html