KARBON DIOKSIDA (CO2)
Umumnya perairan alami mengandung Karbon dioksida sebesar 2 mg/liter. Pada konsentrasi yang tinggi (>10 mg/liter), C2O dapat beracun, karena dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Larutan CO2 menunjukkan reaksi keseimbangan seperti ini :
(1) CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 HCO3- - H+ (K = 107)
HCO3- CO32- + H+ (K = 10-11)
(2) CO + OH- HCO3-
Pada pH <> 10. CO2/CO3-/HCO3- reaksi ini sangat menentukan daya penyangga dari media air tertentu yang bergabung dengan kation Cu+2, Mg+2, K+ dan Na+. Daya penyangga sangat mudah di tentukan dengan titrasi yang menggunakan 0,1 N HCl dan metal jingga sebagai indikator 1 ml. 0,1
(Ca (HCO3)2 + 2 HCl ————> CaCI2 + 2H2 CO3).
Dalam hal ini terdapat hubungan berikut : 1 unit daya mengikat asam, sama dengan 28 mg/liter CaO atau 50 mg/liter
Pakan adalah salah satu faktor input produksi yang berperan untuk mencapai peningkatan produktivitas organisme budidaya. Dari segi energetik, energi yang tersimpan dalam pakan akan dimetabolisasikan dan digunakan udang untuk dua tujuan, yaitu pemeliharaan (maintenance) dan pertumbuhan. Untuk itu pakan yang diberikan harus memenuhi persyaratan nilai gizi. Agar tercapai efisiensi penggunaan pakan, perlu pula diperhatikan cara jadwal dan ransum pemberian pakan yang diberikan seperti yang telah diterangkan sebelumnya.
Pada pemeliharaan udang, baik di hatchery maupun di tambak, kualitas air yang layak merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Hal ini erat hubungannya dengan pakan, karena dengan padatnya organisme pemeliharaan dan banyaknya sisa hasil metabolik, maka air media pemeliharaan cepat mengalami perubahan kualitas. Kotoran dan sisa makanan akan mengalami pembusukan, mengakibatkan mudah berkembangnya jenis mikroba yang dapat merugikan.
Penggantian air mutlak harus dilakukan apabila terjadi akumulasi bahan organik yang dapat menyebabkan toksik pada organisme yang dipelihara. Pemantauan terhadap kualitas air perlu dilakukan secara kontinu.
Penggantian air ini merupakan salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan, mengingat dengan diterapkannya padat tebar yang tinggi dan pakan dalamjumlah yang besar akan mengakibatkan air media pemeliharaan cepat mengalami perubahan kualitas.
Udang windu (Penaeus monodon) adalah hewan air yang segala kehidupan, kesehatan dan pertumbuhannya sangat tergantung kepada kualitas air media pemeliharaannya. Beberapa permasalahan yang sering ditemukan pada tambak yang dikelola secara intensif, di antaranya adalah air cepat mengalami kekeruhan. Kekeruhan ini terutama disebabkan oleh adanya bahan-bahan halus yang melayang dalam air yang berupa bahan organik seperti : plankton, jasad renik, detritus, kotoran udang dan sisa pakan. Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel organik dapat membahayakan udang, karena bahan organik akan terdekomposisi menjadi senyawa yang bersifat racun seperti amoniak (NH3), nitrit (NO2) dan hidrogen sulfida (H2S). Selain itu dengan adanya proses penguraian bahan organik oleh bakteri aerobik, akan menyebabkan turunnya kandungan oksigen dalam air.
Sumber utama amoniak dalam air adalah hasil perombakan bahan organik, sedangkan sumber bahan organik terbesar dalam budidaya udang intensif adalah dari pakan. Sebagian besar pakan yang diberikan akan dimanfaatkan udang untuk pertumbuhan, namun sebagian lagi akan dieksresikan dalam bentuk kotoran padat dan amoniak terlarut (NH3) dalam air. Kotoran padat selanjutnya akan mengalami perombakan menjadi NH3 dalam bentuk gas. Secara biologis di alam, sebenamya dapat terjadi perombakan amoniak menjadi nitrat (NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya dalam proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri nitrifikasi terutama Nitrosomonas dan Nitrobacter.
Selain memerlukan bantuan bakteri tersebut, dalam proses perombakan ini juga diperlukanjumlah oksigen yang cukup dalam air. Proses perombakan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan akumulasi ion nitrit (NO2-) yangjuga bersifat racun bagi udang.
Ir. Sri Umiyati Sumeru