BUDIDAYA KIMA

budidaya Kima

Perairan Indonesia merupakan wilayah penyebaran 4 spesies kima, yaitu kima sisik (T. squamosa), kima besar (T. Maxima), kima lobang (T. crocea), dan T. derasa. Selain itu, terdapat pula spesies kima lain, yaitu H. hypophus, T. gigas, dan H. porcellanus.



Tridacna merupakan jenis kekerangan yang terkenal karena ukurannya relatif besar dan cangkangnya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri hiasan. Karena perburuan yang intensif, jenis kekerangan ini berkurang populasinya sehingga mendapat perlindungan dengan dimasukkannya ke dalam CITES. Jenis kerang ini belum tercantum di dalam buku statistik produksi nasional maupun global.


A. Sistematika

Famili : Tridacnidae
Spesies : Tridacna spp
Nama dagang : giant clam
Nama lokal : -


B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
I. Ciri fisik
cangkangnya memiliki celah byssus tanpa gigi-gigi pengunci. Apabila dibentangkan sepenuhnya, mantelnya mencuat secara lateral melewati Ujung cangkangnya.


2. Pertumbuhan dan perkembangan
Laju pertumbuhan kima berbeda-beda menurut spesiesnya.
Jenis kima yang terbesar ukurannya, yaitu T. gigas dapat mencapai ukuran lebih dari satu meter dan bobotnya sekitar 20o kg.

Jenis kima lain yang berukuran besar adalah T. derasa yang panjangnya 6o cm. Ukuran jenis-jenis lain, seperti T squamosa dan T maxima berisar 35-40 cm. Di antara ke-5 jenis Tridacna yang terkeeil ukurannya adalah T. crocea. Ukuran ter panjang dari jenis kima tersebut selitar 15 cm.


C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Lokasi terbaik untuk budi daya kima adalah daerah yang memiliki air laut jernih (kecerahan > 10 m) dan berkadar garam tinggi (34-35 ppt) sepanjang tahun.


D. Wadah Budi Daya
Upaya budi daya kima pada dasarnya mengarah pada kegiatan konservasi atau restocking/stock enhancement. Yang jelas kegiatan budi dayanya terutama dalam hal penyediaan benih. Untuk kegiatan pendederan digunakan tangki-tangki beton maupun fiberglass.


Dari aspek ekologis, hewan ini merupakan salah satu organisms laut yang hidup di ekosistem karang. Beberapa jenis kima hidup menempel pada. karang. Wadah budi daya untuk pembesaran kima adalah perairan karang terbuka. Benihnya yang sudah siap tebar adalah setelah masa juvenil yang dipelihara di bak selama 3-4 bulan.

E. Pengelolaan Budi Daya

1. Penyediaan benih
Kerang ini melalui fase trocophore, yaitu larva ditetaskan dari telur berubah menjadi veliger. Selanjutnya, veliger berubah lagi menjadi pediveliger dan akhirnya menjadi kima muda.
yahapan pembenihan (hatchery) meliputi pemeliharaan larva yang dihasilkan dari telur yang dibuahi. Pelaksanaannya di dalam wadah yang ditempatkan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor).


2. Pendederan
Tahapan pendederan (nursery) berupa pemeliharaan kerang muda dari ukuran panjang, cangkang 0,2 mm hingga mencapai kima muda berukuran 20-30 mm. Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan tangki-tangki di hatchery (panti benih).


3. Tahapan pendederan di laut
Pada tahapan ini kima muda yang berukuran sekitar 20 mm dipelihara dalam wadah hingga panjang cangkangnya. mencapai 200 MM.


4. pembesaran
Tahapan pembesaran, yaitu dari ukuran 200 mm panjang cangkang hingga siap panen di lain. Tahapan ini belum dilaksanakan secara komersial karena belum ekonomis.


F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Parasit pyramidellid menyerang dan menyebabkan kematian 100% dari T. squamosa yang digunakan dalam percobaan pemeliharaan. Kima juga sering menjadi mangsa gurita (oktopus). Seekor gurita dapat memangsa lebih dari 15 ekor kima dalam waktu beberapa malam. Penanggulangan penyakit tersebut belum banyak diketahui


G. Panen
Pembesaran kima dilakukan pada perairan terbuka. Istilah panen harus dibedakan antara pengumpulan/penangkapan lama dari alam yang mestinya dilarang, dan memanen basil kegiatan stock enhancement. Untuk ukuran ekspor (panjang 15-20 cm), lama pemeliharaan sekitar 2 tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara diambil pakai tangan dibantu alat tertentu pada area yang diberi tanda, bahwa daerah tersebut adalah lokasi stock enhancement. Pemanenan dalam kondisi hidup, misalnya untuk mengisi akuarium, karena harganya akan lebih mahal dibanding kima mati.

sumber : Penebar Swadaya 2008