Kerang Hijau
Kerang hijau merupakan salah satu jenis kekerangan yang mempunyai nilai ekonomis. Rasanya yang enak didukung kadar protein yang tinggi menjadikan kerang hijau sebagai makanan yang menyehatkan.
A. Sistematika
Famili : Mytilidae
Spesies : Perna viridis
Nama dagang : green mussel
Nama lokal : sirindit, kerang kuku
B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi
1. Ciri fisik
Kerang hijau termasuk kerang bercangkang dua (bivalva). Bentuk cangkang memanjang berwarna hijau tua/kehitaman.
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Di perairan tropis, kerang hijau dewasa memijah sepanjang tahun. Puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Mei—Juli. Satu induk kerang hijau dapat menghasilkan telur sebanyak kurang lebih 1,2 juta butir.
Telur kerang hijau akan berubah menjadi larva. Selanjutnya, larva akan berubah menjadi benih yang disebut spat. Spat kerang hijau untuk keperluan budi daya dikumpulkan dengan kolektor. Kolektor tersebut terbuat dari bahan waring, jaring nilon, atau sabut kelapa yang diselipkan pada tali setiap 25 cm, sepanjang 5-7 m.
Kerang hijau merupakan hewan filter feeder. Kerang menyaring partikel organik, plankton nabati, dan hewani serta jasad renik dalam air untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Aktivitas makan dipengaruhi oleh suhu air, salinitas, dan konsentrasi partikel makanan dalam air. Hidupnya menempel pada berbagai substrat dalam air dengan alat berupa serabut yang disebut byssus.
Laju pertumbuhan kerang hijau berkisar 0,7-1,0 cm/ bulan. Ukuran konsumsi yang panjangnya sekitar 6 cm dicapai dalam waktu 6-7 bulan. Di perairan Teluk Jakarta tercatat laju pertumbuhan kerang hijau sebesar 0,234 mm/hari, sedangkan di tempat lain dilaporkan kenaikan bobot badan dari bobot awal 7,92 g menjadi 28,03 g dalam kurun waktu. 6 bulan. Dalam waktu satu tahun, kerang hijau dapat tumbuh mencapai rata-rata 83 mm panjang cangkang.
C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
Kerang hijau memiliki toleransi yang besar terhadap kisaran suhu, salinitas, dan pH perairan. Itulah sebabnya jenis kerang ini banyak dibudidayakan di muara sungai. Kerang hijau hidup baik di perairan laut berkadar garam 27-34 promil, suhu 27-37 0 C, pH 6-8, keeerahan 3,5-4,0 m, kedalaman air 3,o—10 m, dan berarus sedang.
D. Pengelolaan Budi Daya
Budi daya kerang hijau dilakukan di perairan alami pada lokasi tertentu dan terdiri atas dua tahapan, yaitu pertama pengumpulan benih (spat) dan kedua pembesaran.
1. Pengumpulan benih
Benih dikumpulkan dari alam. Hingga kini belum ada yang memproduksi benih kerang hijau dari hatchery karena biaya produksinya mahal. Keberhasilan pengumpulan benih akan sangat tergantung pada lokasi, musim, jenis kolektor, dan teknik pemasangan kolektor. Adapun tahapan pengumpulan benih kerang hijau adalah sebagai berikut.
a) Pengamatan musim
Kerang hijau di perairan Indonesia dapat memijah sepanjang tahun. Namun, musim puncak pemijahan di setiap perairan berbeda.
b) Pemasangan kolektor
Larva kerang hijau lebih menyukai wilayah perairan dekat permukaan sehingga dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam teknik pemasangan kolektor. Walaupun kerang hijau bisa memijah sepanjang tahun, musim pemijahan maupun musim penempelan terjadi dalam waktu yang relatif singkat sehingga sulit untuk memutuskan penurunan kolektor secara massal.
Jika kolektor dipasang terlalu cepat, kolektor akan ditempeli teritip sehingga akan menjadi kurang atraktif untuk menangkap benih kerang hijau. Jika kolektor terlambat dipasang, pembudidaya kerang hijau akan kehilangan kesempatan untuk mengumpulkan kerang hijau.
2. Pembesaran
a) Metode
Metode budi daya kerang hijau terbagi atas empat kelompok, yaitu metode tancap, metode rakit apung, metode rakit tancap, dan metode tali rentang (long line).
1) Metode tancap
Metode ini menggunakan tonggak kayu atau bambu yang ditancapkan ke dasar perairan. Oleh karena itu, metode ini hanya dapat diterapkan di daerah pantai yang dasarnya berlumpur. Metode yang sangat sederhana ini cocok untuk perairan dengan kedalaman 3-5 cm.
Panjang bambu yang digunakan antara 5-10 m. Ujung atasnya harus tetap terendam air sewaktu air surut terendah. Tonggak yang digunakan kerap kali dirangkaikan satu sama lain sehingga berbentuk bagan tancap. Untuk 1 ha, usaha budi daya kerang dibutuhkan kurang lebih 500 batang bambu.
Bambu atau kayu yang digunakan tersebut sering cepat rusak karena membusuk ataupun dilubangi oleh hewan-hewan penggerek. Secara normal, setiap metode tancap dapat menghasilkan 10 kg/m. Satu kolektor tancap dapat menghasilkan lebih kurang 3o kg kerang per tahun.
2) Metode rakit apung
Bahan yang digunakan pada metode ini terdiri atas tali dan rakit (tali, bambu, pelampung, dan jangkar). Metode ini biasanya digunakan pada perairan dengan kedalaman 3-4 m pada saat surut terendah. Untuk ukuran satu unit rakit, dapat dibuat 6 m x 8 m, 5 x 5 m, 15 x 15 m, atau 3o x 30 m yang diberi jarak pada rakit untuk pelampung.
3) Metode rakit tancap
Pembesaran kerang hijau dengan metode rakit tancap ini hampir sama dengan pembesaran rakit apung. Perbedaannya pada penggunaan pelampung. Rakit tancap, menggunakan kayo atau bambu yang ditancapkan pada dasar perairan sehingga tidak bergerak. Penempatan rakit harus memperhitungkan tinggi rendah pasang surut untuk menghindari rakit dari kekeringan. Ukuran rakit biasanya 4 m x 4 m dengan kebutuhan material berupa bambu diameter 4-5 cm sebanyak 15-2o batang, tali temali (polietilen) 3-5 kg, dan kawat 2-3 gulung/kg.
Jumlah kerang hijau per kolektor atau tali pembesaran yang dapat diperoleh selama pembesaran 6-7 bulan untuk satu kali antara 20-25 kg. Dengan demikian, produksi total dalam 1 rakit tancap ukuran 4 m x 4 m adalah kurang lebih 40o kg.
4) Metode tali rentang (long line)
Metode ini disebut juga dengan metode tali memanjang atau long line, yaitu merentangkan tali secara memanjang/horizontal. Metode ini menggunakan pelampung besar yang dihubungkan satu dengan yang lainnya untuk memberikan daya apung pada tali. Setiap deret tali penyangga pada kedua ujung terakhir diikatkan pada jangkar untuk menjaga agar pelampung tidak tertarik ke tengah pada saat penambahan berat.
Keuntungan dari metode ini adalah lebih fleksibel/tidak kaku dan memiliki ketahanan paling tinggi terhadap ombak serta angin. Dengan demikian, bahaya kerusakan dan kerugian yang diakibatkan gelombang dan angin dapat diperkecil. Satu unit berukuran 4 tali jalur dengan panjang tali 70 m bisa dipasang 56o tali kolektor.
b) Proses pemeliharaan
Proses pemeliharaan menjadi unsur yang menentukan keberhasilan budi daya kerang hijau. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pemeliharaan kerang hijau adalah sebagai berikut.
1) Sortasi
Penyortiran perlu dilakukan agar kerang hijau yang dihasilkan seragam sehingga produksi dan waktu panen dapat ditentukan. Penyortiran dilakukan karena kerang hijau yang menempel pada tali kolektor sering kali tidak seragam ukurannya.
2) Penambahan pelampung
Penambahan pelampung dilakukan saat terjadi penambahan beban tali yang disebabkan oleh pertumbuhan dan pertambahan bobot kerang hijau. Penambahan pelampung berguna untuk menyangga tali agar tetap mengapung.
E. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang budi daya kerang hijau adalah jenis teritip (Teredo sp. dan Manus sp.), bintang laut, burung, dan kepiting. Kepiting adalah hama utama bagi juvenile dan kerang dewasa. Kepiting dapat menghabiskan satu lusin kerang hijau setiap harinya. Sementara itu, teritip dan hewan penempel lainnnya akan sangat mengganggu pertumbuhan kerang hijau. Sampai saat ini di Indonesia belum didapati penyakit yang mengancam budi daya kerang hijau. Kerang hijau sendiri dapat terjangldt penyakit yang disebabkan oleh pencemaran di atas ambang batas.
F. Panen
Kerang hijau dapat dipanen setelah berumur 5-6 bulan masa pemeliharaan. Ukuran kerang hijau dapat dikonsumsi adalah 6-8 cm. Ciri lainnya adalah daging tebal dan berwarna krem. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kerang hijau yang dihasilkan
memuaskan adalah sebagai berikut.
a) Pemanenan dilakukan pada saat kerang hijau dalam fase istirahat.
b) Pengikisan atau perontokan kerang saat dilepaskan dari pancang bambu atau dari tali dengan benda tajam dapat memperkecil luka pada benang byssus-nya sehingga kerang mempunyai daya tahan hidup lebih lama.
sumber : Penebar Swadaya, 2008