Genjot Produksi Perikanan Budidaya
Konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih relative rendah. Saat ini, setiap orang Indonesia hanya menyantap 30,47 kg ikan per tahun. Bandingkan dengan konsumsi ikan perkapita rakyat Jepang, misalnya, yang mencapai 147 kg, artinya setiap orang di Jepang menyantap hampir 1,5 kwintal ikan per tahun. “Pantaslah kalau Jepang memiliki sumber daya manusia yang unggul,” kata Prof. Dr. Ir. Ketut Sugama, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI. Ketut mengungkapkan, angka konsumsi ikan perkapita masyarakat Indonesia terus naik setiap tahunnya, dan KKP menargetkan sektor perikanan budidayamampu meningkatkan kontribusinya pada pemenuhan protein nasional, terutama untuk menggeser impor daging sapi yang hampir 30% dari pemenuhan kebutuhan domestik Untuk itu, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus berupaya meningkatkan produksi perikanan budidaya. Hal ini sesuai dengan visi KKP yang dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia.
Pada tahun 2011, menurut Ketut Sugama, KKP menargetkan produksi ikan sebesar 12,26 juta ton, atau meningkat 13% dari produksi 2010. Untuk perikanan budidaya sendiri hingga akhir tahun 2010 mampu menembus angka produksi hingga 5,48 juta ton setara dengan hasil tangkapan. Dan kedepan, Ketut mengatakan, sampai 2014 produksi perikanan budidaya diharapkan bisa meningkat 353% dari produksi 4.7 ton (2009). Untuk mencapai target itu, DJPB terus mengembangkan program Minapolitan dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan dan Perikanan. Pada 2011, melalui Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP). Menurut Ketut, tahun ini telah dicanangkan 24 lokasi Minapolitan berbasis perikanan budidaya. Sedangkan PUMP perikanan budidaya (PUMP-PB) tahun 2011 ini akan menyentuh 2.000 kelompok pembudidaya 300 kabupaten/kota. Selain PUMP-PB,KKP juga menjalin kerjasama dengan kalangan perbankan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan, diantaranya membantu penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menurut Ketut peningkatan produksi juga akan dicapai melalui program minapadi (integrasi penanaman padi dengan budidaya ikan) dengan memanfaatkan satu juta hektar sawah di berbagai daerah di Indonesia. “Peran minapadi terhadap peningkatan produksi budidaya perikanan, khususnya nila dan ikan mas, sangat signifikan,” kata Ketut. Ketut juga mengerakkan program tebar benih sebanyak mungkin di berbagai daerah yang memiliki tempat yang berpotensi untuk melakukan budidaya berbagai ikan.“Kalau bisa, setiap ada air sawah, di situ bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan,” kata doktor bidang Breeding dan Genetika Ikan dari Ehime University, Jepang, itu.
Untuk mendukung program itu, DJPB telah mengembangkan jenis-jenis ikan unggulan seperti jenis catfish, nila, bandeng, udang, ikan mas, gurame, kakap, kerapu, rumput laut, ikan hias dan lain-lain. DJPB melalui UTP (Unit Pelayanan Teknis) di daerah telah mensuplay induk induk ikan unggulan itu langsung ke sentrasentra budidaya untuk dikembangbiakan menjadi benih-benih unggulan.
Keamanan pangan juga menjadi salah satu perhatian DJPB dalam peningkatan produksi, hal ini dicapai dengan cara sosialisasi dan sertifikasi CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik) kepada unit budidaya dan CPIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik) kepada unit pembenihan ikan. Ketut berharap, berbagai program yang dibuat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, mampu meningkatkan produksi perikanan secara lebih cepat, sehingga bisa memenuhi kebutuhan protein hewani yang murah dan sebanyak mungkin bagi masyarakat Indonesia. Dengan protein yang cukup, kualitas sumber daya manusia Indonesia pun diharapkan bisa meningkat
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id