http://hobiikan.blogspot.com
Pembesaran baung biasanya dilakukan setelah benih didederkan terlebih dahulu. Namun, ada juga pembudidaya yang langsung memeliharanya di kolam pembesaran, tanpa melalui pendederan. Pambesaran baung dapat dilakukan di berbagai media seperti di kolam air tergenang (kolam tanah,tembok,atau beton), kolam rawa, di karamba jaring apung (KJA), atau di karamba.
Kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan baung disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Biasanya, kolam pembesaran yang digunakan memiliki luas minimum 100 m2. Sementara itu, jaring yang digunakan untuk memelihara baung di KJA harus memiliki ukuran mata 2,5 cm dengan jaring polietilen nomor 240 D/12. Berdasarkan pengalaman Para petani, jika ikan baung yang akan dipelihara berukuran 50-100 g/ekor, mata jaring yang digunakan berukuran 2 inci.
Sebelum penebaran benih, kolam pembesaran harus dikeringkan terlebih dahulu selama 5-7 hari dengan tujuan untuk membunuh bibit-bibit penyakit, memberantas hama, dan memudahkan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang sebanyak 500 gram/m2 dan kapur pertanian sebanyak 15 gram/m2. Pupuk dan kapur pertanian tersebut disebar rata di permukaann dasar kolam. Setelah itu, pintu pengeluaran air kolam ditutup, sedangkan pintu pemasukan air dibuka sambil dipasang saringan untuk menjaga agar ikan-ikan liar tidak bisa masuk. Ketinggian air- dalam kolam sebaiknya dipertahankan 75-100 cm.
Penebaran benih baung dilakukan 7 hari setelah pemupukan, saat pakan alami telah tersedia. Benih ditebar pada pagi atau sore hari saat suhu udara masih rendah agar benih tidak stress.
untuk setiap kolam seluas 100 m2 dapat ditebarkan benih benih baung sebanyak 50 ekor dengan ukuran rata-rata 45 gram per ekor. Selama pemeliharaan, ikan baung diberi pakan tambahan berupa pakan buatan komersial atau pakan alternatif. Pakan tambahan komersial yang umum digunakan adalah pelet dengan kandungan protein minimum 25%. Namun lebih baik diberi pakan yang kandungan proteinnya 28%. Sementara itu, pakan tambahan alternatif yang diberikan bisa berupa campuran antara ikan rucah dan dedak halus. Pakan tambahan ini diberikan sebanyak 3% per hari dari berat total ikan.
Lama pemeliharaan sangat tergantung dari ukuran benih yang ditebarkan. Untuk pembesaran di KJA, jika benih yang ditebar berukuran 30-50 gram per ekordalam, waktu 4 bulan pemeliharaan akan mencapai bobot 150-200 gram per ekor atau 5 ekor per kg. Pada pembesaran di kolam, jika benih yang ditebarkan berukuran 45 gram per ekor, dalam waktu 3 bulan menjadi 113 gram per ekor dan jika dipelihara selama 4 bulan, ukurannya akan menyamai ikan baung yang dipelihara di KJA dengan syarat pakan yang diberikan memiliki kandungan protein sesuai yang dianjurkan. Pemanenan ikan baung harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya sires atau luka-luka sehingga mutu ikan tetap bagus dan harga jualnya tetap tinggi.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. AgroMedia Pustaka, 2008
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEPUNG kARAGENAN SEBAGAI EMULSIFIER
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEPUNG
kARAGENAN SEBAGAI EMULSIFIER
Deskripsi
Karagenan yang dihasilkan oleh rumput laut Eucheuma cottonii adalah tipe kappa karagenan, sedangkan karagenan yang dihasilkan oleh rumput laut Eucheuma spinosum adatah tipe iota karagenan. Karagenan berperan penting sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental}, pembentuk gel,
pengemulsi, dan lain-lain.
Karagenan digunakan dalam produk pangan dan non pangan. Kurang lebih 80% pada produk pangan.
Secara garis besar teknologi pengolahan karagenan dengan metode ekstraksi terdiri dari pencucian sampai pH netral, penghancuran, ekstraksi KOH 0,5% (90-95°C; 2 (dua) jam; 1:40), penyaringan filtrat, pengendapan dengan IPA (2:1), pengeringan, pengayakan tepung karagenan.
Aspek inovatif
Dengan formulasi yang tepat, campuran kedua jenis Lepung karagenan ini akan dapat diaplikasikan ke berbagai macam produk makanan, minuman serta kosmetik. Salah satu penerapannya yaitu pada produk es krim dala, hal ini tepung karagenan yang digunakan bukan hanya berfungsi sebagai thickener (bahan pengental) tetapi juga sebagai penstabil (stabilizer) dan pengemulsi (emulsifier).
Keunggulan
* Nilai nutrisi dari kedua produk tepung karagenan ini hampir
sama, yaitu kaya akan kandungan protein, serat dan kalsium.
• Analisa usaha produk tepung karagenan menunjukkan nilai yang cukup menguntungkan bagi pelaku usahanya.
• Permintaan pasar akan produk karagenan ini masih cukup tinggi, sehingga potensi usaha ini cukup menjanjikan.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
kARAGENAN SEBAGAI EMULSIFIER
Deskripsi
Karagenan yang dihasilkan oleh rumput laut Eucheuma cottonii adalah tipe kappa karagenan, sedangkan karagenan yang dihasilkan oleh rumput laut Eucheuma spinosum adatah tipe iota karagenan. Karagenan berperan penting sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental}, pembentuk gel,
pengemulsi, dan lain-lain.
Karagenan digunakan dalam produk pangan dan non pangan. Kurang lebih 80% pada produk pangan.
Secara garis besar teknologi pengolahan karagenan dengan metode ekstraksi terdiri dari pencucian sampai pH netral, penghancuran, ekstraksi KOH 0,5% (90-95°C; 2 (dua) jam; 1:40), penyaringan filtrat, pengendapan dengan IPA (2:1), pengeringan, pengayakan tepung karagenan.
Aspek inovatif
Dengan formulasi yang tepat, campuran kedua jenis Lepung karagenan ini akan dapat diaplikasikan ke berbagai macam produk makanan, minuman serta kosmetik. Salah satu penerapannya yaitu pada produk es krim dala, hal ini tepung karagenan yang digunakan bukan hanya berfungsi sebagai thickener (bahan pengental) tetapi juga sebagai penstabil (stabilizer) dan pengemulsi (emulsifier).
Keunggulan
* Nilai nutrisi dari kedua produk tepung karagenan ini hampir
sama, yaitu kaya akan kandungan protein, serat dan kalsium.
• Analisa usaha produk tepung karagenan menunjukkan nilai yang cukup menguntungkan bagi pelaku usahanya.
• Permintaan pasar akan produk karagenan ini masih cukup tinggi, sehingga potensi usaha ini cukup menjanjikan.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN NORI
PEREKAYASAAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN NORI
Deskripsi
Nori merupakan produk rumput laut dari jenis alga merah Porphyra sp dalam bentuk lembaran ataupun serbuk yang bercitarasa tinggi. Nori lembaran dapat digunakan sebagai sayuran pembungkus bola-bola nasi berisi sayuran pada sushi- nasi atau sebagai topping atau garnish pada berbagai makanan. Sedangkan nori berbentuk serbuk dapat digunakan sebagai flavor pada produk snack ekstrudat.
Secara garis besar teknologi pengolahan nori terdiri dari: pencucian, pencincangan, perebusan, pencetakan, peng pengeringan nori lembaran, dapat dilanjutkan dengan penepungan dan pengayakan nori serbuk.
Aspek Inovatif
Pemanfaatan rumput laut Porphyry sp yang banyak ditemui di Laut Banda Ambon, perairan Serui Papua dan di Teluk Bitung. Selama ini pemanfaatannya hanya dijadikan sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat sekitar perairan, namun kini pemanfaatannya dapat lebih dioptimalkan lagi sebagai nori, baik sebagai nori lembaran maupun nori serbuk.
Selama ini nori lembaran yang banyak dijual atau digunakan pada restoran-restoran (terutama restoran Jepang/Korea) adalah nori impor yang diantaranya berasal dari Jepang, Korea dan China. Dengan adanya kemampuan memproduksi nori yang berbahan baku dari perairan di Indonesia maka secara bertahap akan mampu menggantikan penggunaan nori impor.
Demikian pula nori serbuk dapat dimanfaatkan sebagai flavor contohnya pada produk snack ekstrudot yang selama ini menggunakan flavor sintetis.
Keunggulan
• Rendemen produk nori sangat tinggi yaitu di atas 80%,
• Analisa usaha produk nori menunjukkan nilai yang sangat menguntungkan bagi pelaku usahanya,
• Mampu mengangkat nama daerah sebagai penghasil bahan baku nori serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Deskripsi
Nori merupakan produk rumput laut dari jenis alga merah Porphyra sp dalam bentuk lembaran ataupun serbuk yang bercitarasa tinggi. Nori lembaran dapat digunakan sebagai sayuran pembungkus bola-bola nasi berisi sayuran pada sushi- nasi atau sebagai topping atau garnish pada berbagai makanan. Sedangkan nori berbentuk serbuk dapat digunakan sebagai flavor pada produk snack ekstrudat.
Secara garis besar teknologi pengolahan nori terdiri dari: pencucian, pencincangan, perebusan, pencetakan, peng pengeringan nori lembaran, dapat dilanjutkan dengan penepungan dan pengayakan nori serbuk.
Aspek Inovatif
Pemanfaatan rumput laut Porphyry sp yang banyak ditemui di Laut Banda Ambon, perairan Serui Papua dan di Teluk Bitung. Selama ini pemanfaatannya hanya dijadikan sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat sekitar perairan, namun kini pemanfaatannya dapat lebih dioptimalkan lagi sebagai nori, baik sebagai nori lembaran maupun nori serbuk.
Selama ini nori lembaran yang banyak dijual atau digunakan pada restoran-restoran (terutama restoran Jepang/Korea) adalah nori impor yang diantaranya berasal dari Jepang, Korea dan China. Dengan adanya kemampuan memproduksi nori yang berbahan baku dari perairan di Indonesia maka secara bertahap akan mampu menggantikan penggunaan nori impor.
Demikian pula nori serbuk dapat dimanfaatkan sebagai flavor contohnya pada produk snack ekstrudot yang selama ini menggunakan flavor sintetis.
Keunggulan
• Rendemen produk nori sangat tinggi yaitu di atas 80%,
• Analisa usaha produk nori menunjukkan nilai yang sangat menguntungkan bagi pelaku usahanya,
• Mampu mengangkat nama daerah sebagai penghasil bahan baku nori serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Pendederan Ikan Baung
Pendederan
Benih-benih baung hasil penetasan selanjutnya dipelihara atau didederkan di kolam tanah atau kolam tembok. Sebelum dilakukan penebaran benih, perlu dilakukan persiapan kolam yang meliputi pengeringan dan penjemuran kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, pemupukan, serta pembuatan Caren (kemalir).
Pengeringan kolam dan penjemuran selama 3 hari bermanfaat untuk membunuh bibit-bibit penyakit atau hama-hama yang ada di dalam kolam.
Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan Cara membalikkan tanah dasar kolam, lalu dibuatkan kemalir dengan kemiringan 0,5-1 % ke arah pintu pengeluaran. Untuk menumbuhkan pakan alami, kolam sebaiknya dipupuk menggunakan kotoran ayam petelur sebanyak 500-1000 gram/ M2, tergantung kesuburan tanah. Pupuk tersebut disebarkan merata di dasar kolam. Pada hari keempat kolam diisi air secara bertahap sampai mencapai ketinggian 90 cm.
Agar pakan alami cukup tersedia, ke dalam kolam juga dilakukan inokulasi (penebaran) Moina sp. Inokulasi ini dilakukan sehari setelah pengisian air. Bibit Moina sp. yang merupakan zooplankton dapat diperoleh di Balai Benih Ikan (BBI) terdekat atau di seleksi dari perairan umum (saluran air) yang banyak kandungan bahan organiknya. Setelah itu, kolam didiamkan selama 3—4 hari agar ekosistem kolam dapat mencapai keseimbangan dan Moina sp. dapat berkembang biak. Sebelum benih baung ditebar di kolam dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, oksigen, dan pH.
Penebaran benih dilakukan pada hari ke-3 setelah penebaran Moina sp. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari benih stres. Pengambilan benih dilakukan dengan menguras sebagian air akuarium, lalu benih ditangkap menggunakan serokan halus dan ditampung di dalam ember atau baskom plastik. Setelah itu, penebaran dilakukan secara hati-hati di bagian tepi kolam.
Caranya dengan menenggelamkan ember ke dalam air kolam sehingga benih-benih baung, akan keluar dengan sendirinya- Penebaran benih tidak boleh dilakukan dengan cara menggerojokan air- ember langsung ke dalam kolam, karena dapat mengakiban benih baung stres.
Padat tebar benih 50-100 ekor/m2 dengan ukuran benih rata-rata 2,4 cm. jika kolam diyakini kurang subur, padat tebar benih dikurangi menjadi 20-50 ekor/m2. Pemeliharaan benih dilakukan selama empat minggu. Pakan yang dapat diberikan selama pemeliharaan bisa berupa pakan komersial (pelet) dengan kadar protein 28-30% sebanyak 25— 100% total biomassa/hari. Sebelum diberikan, sebaiknya pelet ini dihancurkan. Pemberian pakan dilakukan 3 Kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Benih-benih baung hasil penetasan selanjutnya dipelihara atau didederkan di kolam tanah atau kolam tembok. Sebelum dilakukan penebaran benih, perlu dilakukan persiapan kolam yang meliputi pengeringan dan penjemuran kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, pemupukan, serta pembuatan Caren (kemalir).
Pengeringan kolam dan penjemuran selama 3 hari bermanfaat untuk membunuh bibit-bibit penyakit atau hama-hama yang ada di dalam kolam.
Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan Cara membalikkan tanah dasar kolam, lalu dibuatkan kemalir dengan kemiringan 0,5-1 % ke arah pintu pengeluaran. Untuk menumbuhkan pakan alami, kolam sebaiknya dipupuk menggunakan kotoran ayam petelur sebanyak 500-1000 gram/ M2, tergantung kesuburan tanah. Pupuk tersebut disebarkan merata di dasar kolam. Pada hari keempat kolam diisi air secara bertahap sampai mencapai ketinggian 90 cm.
Agar pakan alami cukup tersedia, ke dalam kolam juga dilakukan inokulasi (penebaran) Moina sp. Inokulasi ini dilakukan sehari setelah pengisian air. Bibit Moina sp. yang merupakan zooplankton dapat diperoleh di Balai Benih Ikan (BBI) terdekat atau di seleksi dari perairan umum (saluran air) yang banyak kandungan bahan organiknya. Setelah itu, kolam didiamkan selama 3—4 hari agar ekosistem kolam dapat mencapai keseimbangan dan Moina sp. dapat berkembang biak. Sebelum benih baung ditebar di kolam dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, oksigen, dan pH.
Penebaran benih dilakukan pada hari ke-3 setelah penebaran Moina sp. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari benih stres. Pengambilan benih dilakukan dengan menguras sebagian air akuarium, lalu benih ditangkap menggunakan serokan halus dan ditampung di dalam ember atau baskom plastik. Setelah itu, penebaran dilakukan secara hati-hati di bagian tepi kolam.
Caranya dengan menenggelamkan ember ke dalam air kolam sehingga benih-benih baung, akan keluar dengan sendirinya- Penebaran benih tidak boleh dilakukan dengan cara menggerojokan air- ember langsung ke dalam kolam, karena dapat mengakiban benih baung stres.
Padat tebar benih 50-100 ekor/m2 dengan ukuran benih rata-rata 2,4 cm. jika kolam diyakini kurang subur, padat tebar benih dikurangi menjadi 20-50 ekor/m2. Pemeliharaan benih dilakukan selama empat minggu. Pakan yang dapat diberikan selama pemeliharaan bisa berupa pakan komersial (pelet) dengan kadar protein 28-30% sebanyak 25— 100% total biomassa/hari. Sebelum diberikan, sebaiknya pelet ini dihancurkan. Pemberian pakan dilakukan 3 Kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Tehnik pembenihan ikan Baung
Teknologi Budi Daya ikan Baung
Teknologi budi daya baung baru mulai disebarkan secara luas sejak tahun 1990-an, setelah ditemukan teknik pembenihan intensif dengan teknik hypofisasi (kawin suntik) menggunakan hormon hipofisa. Seperti ikan jenis lainnya, secara garis besar budi daya baung dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pembesaran. Saat ini, kegiatan pembenihannya masih terbatas dilakukan oleh pihak pemerintah (lembaga penelitian perikanan dan Balai Benih Ikan tertentu).
Kegiatan pembenihan ini umumnya dilakukan Untuk memproduksi benih baung hingga mencapai ukuran tertentu upaya penyediaan benih yang tepat baik dalam segi jumlah, waktu, maupun kualitas yang baik merupakan faktor utama menjamin kelangsungan usaha pembesaran baung hingga ukuran konsumsi.
Pembenihan
Pemijahan baung dengan cara penyuntikan dapat dilakukan menggunakan kelenjar hypofisa yang berasal dari donor ikan mas. Selain itu, juga dapat menggunakan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan nama dagang pregnyl atau ovaprime. Dosisnya sebanyak 0.8 ml per kg induk betina dan 0,5 ml per kg induk jantan.
Penyuntikan Induk betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan setengah dosis, dan penyuntikan kedua juga setengah dosis. Ponyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. pada penyuntikan pertama juga dilakukan penyuntikan induk jantan. Penyuntikan induk betina dan jantan dilakukan secara intramuskular ( di dalam otot atau daging)) yang dilakukan persis di belakang pangkal sirip pungung. Induk-induk baung yang telah disuntik dipelihara secara terpisah antara jantan dengan betina. Pemeliharaan dilakukan di bak
tembok yang airnya mengalir atau di dalam happa.
Telur-telur yang telah dibuahi, lalu ditetaskan di dalam corong penetasan. untk menghindari timbulnya jamur pada telur, Maka telur direndam dengan Emolin atau Blitz-ich dengan dosis 0,05 cc per liter air. Zat-zat kimia tersebut dapat dibeli di toko kimia atau apotek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Setiap kilogram bobot induk betina menghasilkan (fekunditas) 18.730-72.160 butir telur. Sifat fisika dan kimia air yang cocok untuk penetasan telur baung adalah suhu berkisar 25-26° C, pH normal yaitu 6,5, oksigen berkisar 5,76-6,4 mg/l, clan CO2. berkisar 10,7-13,7 mg/l.
Benih-benih atau larva ikan baung yang baru menetas (berumur 1 hari) berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg. Larva ini ditampung di dalam happa yang dipasang di bak fibreglass berbentuk bulat. Selanjutnya, larva ini dipelihara di akuarium berukuran 70 x 40 x 40 cm. Setiap akuarium diisi air bersih dan jernih yang telah diaerasi dengan bantuan blower. Setiap akuarium dapat menampung benih baung sebanyak 10 ekor benih per liter air.
Larva yang masih berumur 1 hari belum diberikan pakan tambahan, karena benih tersebut masih mempunyai cadangan pakan berupa yolk sack atau kuning telur. Pada hari kedua dan ketiga benih baru diberi pakan tambahan berupa Moina cyprinacea. Pada hari keempat sampai hari kesepuluh pakan tambahan diganti dengan Artemia yang telah ditetaskan. Pada hari kelima belas, larva dapat diberi pakan alami berupa Daphnia sp. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing rambut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 Kali per hari,yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan 23.00.
Larva baung mempunyai kebiasaan menyebar pada malam hari dan hidup berkelompok serta membentuk gumpalan terutama pada Siang hari, sehingga dapat menyebabkan kematian larva yang berada di bagian dalam karena kekurangan oksigen. Karena itu, sistem aerasi harus selalu d1perhatikan agar kandungan oksigen terlarut di dalam air akuarium pomeliharaan larva tetap tinggi. Selain itu, agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar akuarium. penyiponan dilakukan 1 Kali sehari, pada pagi hari sebelum pemberian pakan
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Teknologi budi daya baung baru mulai disebarkan secara luas sejak tahun 1990-an, setelah ditemukan teknik pembenihan intensif dengan teknik hypofisasi (kawin suntik) menggunakan hormon hipofisa. Seperti ikan jenis lainnya, secara garis besar budi daya baung dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan pembenihan dan kegiatan pembesaran. Saat ini, kegiatan pembenihannya masih terbatas dilakukan oleh pihak pemerintah (lembaga penelitian perikanan dan Balai Benih Ikan tertentu).
Kegiatan pembenihan ini umumnya dilakukan Untuk memproduksi benih baung hingga mencapai ukuran tertentu upaya penyediaan benih yang tepat baik dalam segi jumlah, waktu, maupun kualitas yang baik merupakan faktor utama menjamin kelangsungan usaha pembesaran baung hingga ukuran konsumsi.
Pembenihan
Pemijahan baung dengan cara penyuntikan dapat dilakukan menggunakan kelenjar hypofisa yang berasal dari donor ikan mas. Selain itu, juga dapat menggunakan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan nama dagang pregnyl atau ovaprime. Dosisnya sebanyak 0.8 ml per kg induk betina dan 0,5 ml per kg induk jantan.
Penyuntikan Induk betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan setengah dosis, dan penyuntikan kedua juga setengah dosis. Ponyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. pada penyuntikan pertama juga dilakukan penyuntikan induk jantan. Penyuntikan induk betina dan jantan dilakukan secara intramuskular ( di dalam otot atau daging)) yang dilakukan persis di belakang pangkal sirip pungung. Induk-induk baung yang telah disuntik dipelihara secara terpisah antara jantan dengan betina. Pemeliharaan dilakukan di bak
tembok yang airnya mengalir atau di dalam happa.
Telur-telur yang telah dibuahi, lalu ditetaskan di dalam corong penetasan. untk menghindari timbulnya jamur pada telur, Maka telur direndam dengan Emolin atau Blitz-ich dengan dosis 0,05 cc per liter air. Zat-zat kimia tersebut dapat dibeli di toko kimia atau apotek. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Setiap kilogram bobot induk betina menghasilkan (fekunditas) 18.730-72.160 butir telur. Sifat fisika dan kimia air yang cocok untuk penetasan telur baung adalah suhu berkisar 25-26° C, pH normal yaitu 6,5, oksigen berkisar 5,76-6,4 mg/l, clan CO2. berkisar 10,7-13,7 mg/l.
Benih-benih atau larva ikan baung yang baru menetas (berumur 1 hari) berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg. Larva ini ditampung di dalam happa yang dipasang di bak fibreglass berbentuk bulat. Selanjutnya, larva ini dipelihara di akuarium berukuran 70 x 40 x 40 cm. Setiap akuarium diisi air bersih dan jernih yang telah diaerasi dengan bantuan blower. Setiap akuarium dapat menampung benih baung sebanyak 10 ekor benih per liter air.
Larva yang masih berumur 1 hari belum diberikan pakan tambahan, karena benih tersebut masih mempunyai cadangan pakan berupa yolk sack atau kuning telur. Pada hari kedua dan ketiga benih baru diberi pakan tambahan berupa Moina cyprinacea. Pada hari keempat sampai hari kesepuluh pakan tambahan diganti dengan Artemia yang telah ditetaskan. Pada hari kelima belas, larva dapat diberi pakan alami berupa Daphnia sp. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing rambut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 Kali per hari,yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan 23.00.
Larva baung mempunyai kebiasaan menyebar pada malam hari dan hidup berkelompok serta membentuk gumpalan terutama pada Siang hari, sehingga dapat menyebabkan kematian larva yang berada di bagian dalam karena kekurangan oksigen. Karena itu, sistem aerasi harus selalu d1perhatikan agar kandungan oksigen terlarut di dalam air akuarium pomeliharaan larva tetap tinggi. Selain itu, agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar akuarium. penyiponan dilakukan 1 Kali sehari, pada pagi hari sebelum pemberian pakan
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINUMAN INSTAN SEREAL DENGAN PENAMBAHAN PROTEIN IKAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINUMAN INSTAN SEREAL DENGAN
PENAMBAHAN PROTEIN IKAN
Deskripsi Teknologi
Minuman sereal instan adalah jenis minuman siap saji yang biasa diperuntukan untuk menu sarapan pagi. Minuman ini juga diperkaya oleh asupan protein yang berasal dari tepung ikan Swangi yang sebelumnya sudah diolah menjadi surimi. Agar lebih terasa nikmat, maka didalam minuman sereal ini ditambahkan bubuk coklat untuk mengurangi aroma amis yang ditimbulkan.
Aspek Inovatif
Teknologi pengolahan minuman sereal instan merupakan produk minuman sarapan siap saji yang kaya akan asupan protein ikan. 1kan yang digunakan sebagai bahan baku adalah jenis ikan non ekonomis yang dapat menjadi nilai tambah produk minuman sereal.
Keunggulan
a Cara penyajian sangat praktis (ready to eat)
• Nilai nutrisi yang cukup tinggi
• Memiliki umur simpan yang lama
• Menggunakan bahan baku yang murah dan mudah didapat
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
PENAMBAHAN PROTEIN IKAN
Deskripsi Teknologi
Minuman sereal instan adalah jenis minuman siap saji yang biasa diperuntukan untuk menu sarapan pagi. Minuman ini juga diperkaya oleh asupan protein yang berasal dari tepung ikan Swangi yang sebelumnya sudah diolah menjadi surimi. Agar lebih terasa nikmat, maka didalam minuman sereal ini ditambahkan bubuk coklat untuk mengurangi aroma amis yang ditimbulkan.
Aspek Inovatif
Teknologi pengolahan minuman sereal instan merupakan produk minuman sarapan siap saji yang kaya akan asupan protein ikan. 1kan yang digunakan sebagai bahan baku adalah jenis ikan non ekonomis yang dapat menjadi nilai tambah produk minuman sereal.
Keunggulan
a Cara penyajian sangat praktis (ready to eat)
• Nilai nutrisi yang cukup tinggi
• Memiliki umur simpan yang lama
• Menggunakan bahan baku yang murah dan mudah didapat
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Pembenihan ikan baung
Pembenihan ikan baung
Pemijahan baung dengan cara penyuntikan dapat dilakukan menggunakan kelenjar hypofisa yang berasal dari donor ikan mas. Selain Itu juga dapat menggunakan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan nama dagang pregnyl atau ovaprime.
Dosisnya sebanyak 0,8 ml per kg induk betina dan 0,5 ml per kg induk jantan. Penyuntikan Induk betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan setengah dosis, dan penyuntikan kedua juga setengah dosis. Ponyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. pada penyuntikan pertama juga dilakukan penyuntikan induk jantan. Ponyuntikan induk betina dan jantan dilakukan secara intramuskular (di dalam otot atau daging)) yang dilakukan persis di belakang pangkal sirip punggung. Induk-induk baung yang telah disuntik dipelihara secara trrpisah antara jantan dengan betina. Pemeliharaan dilakukan di bak tembok yang airnya mengalir atau di dalam happa.
Telur-telur yang telah dibuahi, lalu ditetaskan di dalam corong penetasan.untuk menghindari timbulnya jamur pada telur, maka telur direndam dengan Emolin atau Blitz-ich dengan dosis 0,05 cc per liter air. Zat-zat kimia tersebut dapat dibeli di toko kimia atau apotek.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Setiap kilogram bobot induk betina menghasilkan (fekunditas) 18.730 - 72.160 butir telur. Sifat fisika dan kimia air yang cocok untuk penetasan telur baung adalah suhu berkisar 25-26° C, pH normal yaitu 6,5, oksigen berkisar 5,76-6,4 mg/l, dan karbondioksida berkisar 10,7-13,7 mg/l.
Benih-benih atau larva ikan baung yang baru menetas (berumur 1 hari) berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg. Larva ini ditampung di dalam happa yang dipasang di bak fibreglass berbentuk bulat. Selanjutnya, larva ini dipelihara di akuarium berukuran 70 x 40 x 40 cm. Setiap akuarium diisi air bersih dan jernih yang telah diaerasi dengan bantuan blower. Setiap akuarium dapat menampung benih baung sebanyak 10 ekor benih per liter air.
Larva yang masih berumur 1 hari belum diberikan pakan tambahan, karena benih tersebut masih mempunyai cadangan pakan berupa yolk egg sack atau kuning telur. Pada hari kedua dan ketiga benih baru diberi pakan tambahan berupa Moina cyprinacea.
pada hari keempat sampai hari kesepuluh pakan tambahan diganti dengan Artemia yang telah ditetaskan. Pada hari kelima belas, larva dapat diberi pakan alami berupa Daphnia sp. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing rambut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 Kali per hari,yaitu pada pukul 07.00, 11.00, I5.00, 19.00, dan 23.00.
Larva baung mempunyai kebiasaan menyebar pada malam hari dan hidup berkelompok serta membentuk gumpalan terutama pada Siang hari, sehingga dapat menyebabkan kematian larva yang berada di bagian dalam karena kekurangan oksigen. Karena itu, sistem aerasi harus selalu d1perhatikan agar kandungan oksigen terlarut di dalam air akuarium pomeliharaan larva tetap tinggi. Selain itu, agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar akuarium. Penyiponan dilakukan 1 Kali sehari, pada pagi hari sebelum pemberian pakan.
sumber : Khairul Amri, S.Pi. M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Pemijahan baung dengan cara penyuntikan dapat dilakukan menggunakan kelenjar hypofisa yang berasal dari donor ikan mas. Selain Itu juga dapat menggunakan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan nama dagang pregnyl atau ovaprime.
Dosisnya sebanyak 0,8 ml per kg induk betina dan 0,5 ml per kg induk jantan. Penyuntikan Induk betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan setengah dosis, dan penyuntikan kedua juga setengah dosis. Ponyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. pada penyuntikan pertama juga dilakukan penyuntikan induk jantan. Ponyuntikan induk betina dan jantan dilakukan secara intramuskular (di dalam otot atau daging)) yang dilakukan persis di belakang pangkal sirip punggung. Induk-induk baung yang telah disuntik dipelihara secara trrpisah antara jantan dengan betina. Pemeliharaan dilakukan di bak tembok yang airnya mengalir atau di dalam happa.
Telur-telur yang telah dibuahi, lalu ditetaskan di dalam corong penetasan.untuk menghindari timbulnya jamur pada telur, maka telur direndam dengan Emolin atau Blitz-ich dengan dosis 0,05 cc per liter air. Zat-zat kimia tersebut dapat dibeli di toko kimia atau apotek.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Setiap kilogram bobot induk betina menghasilkan (fekunditas) 18.730 - 72.160 butir telur. Sifat fisika dan kimia air yang cocok untuk penetasan telur baung adalah suhu berkisar 25-26° C, pH normal yaitu 6,5, oksigen berkisar 5,76-6,4 mg/l, dan karbondioksida berkisar 10,7-13,7 mg/l.
Benih-benih atau larva ikan baung yang baru menetas (berumur 1 hari) berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg. Larva ini ditampung di dalam happa yang dipasang di bak fibreglass berbentuk bulat. Selanjutnya, larva ini dipelihara di akuarium berukuran 70 x 40 x 40 cm. Setiap akuarium diisi air bersih dan jernih yang telah diaerasi dengan bantuan blower. Setiap akuarium dapat menampung benih baung sebanyak 10 ekor benih per liter air.
Larva yang masih berumur 1 hari belum diberikan pakan tambahan, karena benih tersebut masih mempunyai cadangan pakan berupa yolk egg sack atau kuning telur. Pada hari kedua dan ketiga benih baru diberi pakan tambahan berupa Moina cyprinacea.
pada hari keempat sampai hari kesepuluh pakan tambahan diganti dengan Artemia yang telah ditetaskan. Pada hari kelima belas, larva dapat diberi pakan alami berupa Daphnia sp. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing rambut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 Kali per hari,yaitu pada pukul 07.00, 11.00, I5.00, 19.00, dan 23.00.
Larva baung mempunyai kebiasaan menyebar pada malam hari dan hidup berkelompok serta membentuk gumpalan terutama pada Siang hari, sehingga dapat menyebabkan kematian larva yang berada di bagian dalam karena kekurangan oksigen. Karena itu, sistem aerasi harus selalu d1perhatikan agar kandungan oksigen terlarut di dalam air akuarium pomeliharaan larva tetap tinggi. Selain itu, agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar akuarium. Penyiponan dilakukan 1 Kali sehari, pada pagi hari sebelum pemberian pakan.
sumber : Khairul Amri, S.Pi. M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
TEKNOLOGI PENGOLAHAN CHIKUWA
TEKNOLOGI PENGOLAHAN CHIKUWA
Deskripsi Teknologi
chikuwa adalah salah satu produk fish jelly dengan bentuk panjang dengan bagian tengah berongga dengan rasa sangat spesifik, karena proses pemasakannya dengan cara pemanggangan. Pada umumnya produk ini belum banyak dikenal oleh masyarakat namun di Singapura merupakan salah satu eksportir terbesar. Di Jepang ukuran chikuwa yang diproduksi 14 cm, di Singapura 8 cm, sedangkan di Indonesia adatah 4 cm. Bahan baku produk dapat berasal dari surimi.
Aspek Inovatif
Chikuwa diproses dengan menggunakan mesin pencetak chikuwa yang ditengkapi dengan pemanggangan khusus melalui konveyor/ban berjalan. Bahan baku yang digunakan dapat dari surimi atau daging daging ikan dari by produk industri pengolahan.
Keunggulan
• Memiliki sifat kekenyalan / gel strength,
• Dalam proses pengolahan tidak menggunakan minyak sehingga
chikuwa merupakan makanan yang sehat untuk dikonsumsi,
• Cara penyajiannnya dapat dikonsumsi langsung atau digoreng.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Deskripsi Teknologi
chikuwa adalah salah satu produk fish jelly dengan bentuk panjang dengan bagian tengah berongga dengan rasa sangat spesifik, karena proses pemasakannya dengan cara pemanggangan. Pada umumnya produk ini belum banyak dikenal oleh masyarakat namun di Singapura merupakan salah satu eksportir terbesar. Di Jepang ukuran chikuwa yang diproduksi 14 cm, di Singapura 8 cm, sedangkan di Indonesia adatah 4 cm. Bahan baku produk dapat berasal dari surimi.
Aspek Inovatif
Chikuwa diproses dengan menggunakan mesin pencetak chikuwa yang ditengkapi dengan pemanggangan khusus melalui konveyor/ban berjalan. Bahan baku yang digunakan dapat dari surimi atau daging daging ikan dari by produk industri pengolahan.
Keunggulan
• Memiliki sifat kekenyalan / gel strength,
• Dalam proses pengolahan tidak menggunakan minyak sehingga
chikuwa merupakan makanan yang sehat untuk dikonsumsi,
• Cara penyajiannnya dapat dikonsumsi langsung atau digoreng.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Daerah Penyebaran ikan baung
Daerah Penyebaran ikan baung
Daerah penyebaran baung di Indonesia meliputi Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Secara spesifik disebutkan bahwa
penyebaran ikan ini meliputi Jakarta, Karawang, Garut,
Surabaya, Malang, Pasuruan, Palembang, Bengkulu, Muara
Kumpeh, Banyu Asin, Danau Singkarak, Barito, Rasau, Kapuas,
dan Sambas. Selain di Indonesia, baung juga dapat ditemui
di Malaysia dan Thailand.
Di habitat aslinya, ikan ini sangat mudah ditangkap pada
akhir musim hujan karena sering berkumpul di tepi sungai
atau rawa tempatnya hidup. Alat tangkap yang umum digunakan
oleh para nelayan sungai di daerah Sumatera berupa seser, jala,
pukat (gill-net), lukah atau tambam (trap), dan tangkul (lift-net).
Selain itu baung juga dengan mudah dapat ditangkap dengan menggunakan pancing,
terutama jika dilakukan pada malam hari.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Daerah penyebaran baung di Indonesia meliputi Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Secara spesifik disebutkan bahwa
penyebaran ikan ini meliputi Jakarta, Karawang, Garut,
Surabaya, Malang, Pasuruan, Palembang, Bengkulu, Muara
Kumpeh, Banyu Asin, Danau Singkarak, Barito, Rasau, Kapuas,
dan Sambas. Selain di Indonesia, baung juga dapat ditemui
di Malaysia dan Thailand.
Di habitat aslinya, ikan ini sangat mudah ditangkap pada
akhir musim hujan karena sering berkumpul di tepi sungai
atau rawa tempatnya hidup. Alat tangkap yang umum digunakan
oleh para nelayan sungai di daerah Sumatera berupa seser, jala,
pukat (gill-net), lukah atau tambam (trap), dan tangkul (lift-net).
Selain itu baung juga dengan mudah dapat ditangkap dengan menggunakan pancing,
terutama jika dilakukan pada malam hari.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Sifat Biologis Ikan Baung
Sifat Biologis Ikan Baung
Baung adalah ikan air tawar yang dapat hidup dari perairan di muara sungai sampai ke bagian hulu. Bahkan di Sungai Musi (Sumatera Selatan), baung ditemukan sampai ke muara sungai di daerah pasang surut yang berair sedikit payau. Selain itu, ikan ini juga banyak ditemui di tempat-tempat yang letaknya di daerah banjir. Secara umum, baung dinyatakan sebagai ikan yang hidup di perairan umum seperti sungai, DAM, situ, danau, dan waduk.
Baung bersifat nokturnal. Artinya,aktifitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dll) lebih banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, baung termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan omnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil (Arsyad, 1973). Pakan baung antara lain ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, molusca, dan rumput.
Pemijahan baung secara alami terjadi pada awal masuknya musim hujan walaupun demikian ikan ini dapat memijah sepanjang tahun saat dibudidayakan di kolam pemeliharaan. Berdasarkan basil penelitian diketahui bahwa ukuran baung terkecil yang telah matang telur memiliki panjang tubuh 32 cm. Panjang tubuh ini menjadi patokan untuk panjang induk yang akan dipijahkan di dalam kolam budi daya. Sementara itu, diameter telur baung 1,35-1,63 mm dengan rataan bobot 1,24 –1,46 mg per butir.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Baung adalah ikan air tawar yang dapat hidup dari perairan di muara sungai sampai ke bagian hulu. Bahkan di Sungai Musi (Sumatera Selatan), baung ditemukan sampai ke muara sungai di daerah pasang surut yang berair sedikit payau. Selain itu, ikan ini juga banyak ditemui di tempat-tempat yang letaknya di daerah banjir. Secara umum, baung dinyatakan sebagai ikan yang hidup di perairan umum seperti sungai, DAM, situ, danau, dan waduk.
Baung bersifat nokturnal. Artinya,aktifitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dll) lebih banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, baung termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan omnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil (Arsyad, 1973). Pakan baung antara lain ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, molusca, dan rumput.
Pemijahan baung secara alami terjadi pada awal masuknya musim hujan walaupun demikian ikan ini dapat memijah sepanjang tahun saat dibudidayakan di kolam pemeliharaan. Berdasarkan basil penelitian diketahui bahwa ukuran baung terkecil yang telah matang telur memiliki panjang tubuh 32 cm. Panjang tubuh ini menjadi patokan untuk panjang induk yang akan dipijahkan di dalam kolam budi daya. Sementara itu, diameter telur baung 1,35-1,63 mm dengan rataan bobot 1,24 –1,46 mg per butir.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
PEREKAYASAAN PENGOLAHAN SNACK (CRACKERS) DENGAN PENGGUNAAN TEPUNG RUMPUT LAUT ATAU BUBUR RUMPUT LAUT
PEREKAYASAAN PENGOLAHAN SNACK (CRACKERS) DENGAN
PENGGUNAAN TEPUNG RUMPUT LAUT ATAU BUBUR RUMPUT LAUT
Deskripsi Teknologi
Salah satu bentuk olahan diversifikasi rumput laut yaitu makanan ringan yaitu crackers. Substitusi rumput laut terhadap tepung terigu pada pengolahan produk crackers diharapkan dapat menambah kandungan serat pangan pada produk crackers ini, sehingga dapat dijadikan alternatif makanan diet. Rumput laut yang digunakan adalah jenis rumput laut merah, yaitu Eucheuma cottonii, dalam bentuk tepung rumput laut (TRL) dan bubur rumput laut (BRL).
Aspek Inovatif
Menggunakan tepung rumput laut sebagai pengganti tepung terigu sehingga diharapkan dapat menambah kandungan serat pangan pada produk crackers , selain itu dapat dijadikan alternatif makanan diet dan menganeka ragamkan jenis olahan rumput laut.
Keunggulan
• Menambah kandungan serat pangan pada produk crackers,
• Bahan tambahan yang digunakan murah, mudah dlidapat dan merupakan bahan tambahan yang diijinkan (food grade),
• Dapat dilakukan oleh industri besar dan usaha skala kecil.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
PENGGUNAAN TEPUNG RUMPUT LAUT ATAU BUBUR RUMPUT LAUT
Deskripsi Teknologi
Salah satu bentuk olahan diversifikasi rumput laut yaitu makanan ringan yaitu crackers. Substitusi rumput laut terhadap tepung terigu pada pengolahan produk crackers diharapkan dapat menambah kandungan serat pangan pada produk crackers ini, sehingga dapat dijadikan alternatif makanan diet. Rumput laut yang digunakan adalah jenis rumput laut merah, yaitu Eucheuma cottonii, dalam bentuk tepung rumput laut (TRL) dan bubur rumput laut (BRL).
Aspek Inovatif
Menggunakan tepung rumput laut sebagai pengganti tepung terigu sehingga diharapkan dapat menambah kandungan serat pangan pada produk crackers , selain itu dapat dijadikan alternatif makanan diet dan menganeka ragamkan jenis olahan rumput laut.
Keunggulan
• Menambah kandungan serat pangan pada produk crackers,
• Bahan tambahan yang digunakan murah, mudah dlidapat dan merupakan bahan tambahan yang diijinkan (food grade),
• Dapat dilakukan oleh industri besar dan usaha skala kecil.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Morfologi ikan baung
Morfologi
panjang baung dewasa bisa mencapai 83 cm. Ukuran ini termasuk cukup besar untuk Ukuran ikan dari golongan lele-lelean. Sekilas, warna tubuhnya sangat mirip dengan ikan patin, yaitu putih keperakan dengan Punggung berwarna kecokelatan. Ada juga jenis-jenis tertentu yang berwarna kehitaman, tetapi yang dominan adalah warna kecokelatan.
Seperti umumnya ikan kelompok lele-lelean, bentuk tubuh baung memanjang, agak pipih, dan tidak bersisik. Di bagian sirip dadanya terdapat tulang tajam dan bersengat yang berfungsi seperti patil, yaitu sebagai senjata pembela diri. Ciri yang sangat membedakannya dengan ikan patin adalah sungut rahang atasnya yang sangat panjang sampai mencapai sirip dubur. Selain itu, baung juga memiliki sirip lemah yang biasa disebut sebagai adiposefin yang panjangnya hampir sama dengan panjang sirip duburnya. Proporsi Ukuran panjang tubuhnya adalah 5 kali tinggi atau 3-3,5 panjang kepalanya.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
panjang baung dewasa bisa mencapai 83 cm. Ukuran ini termasuk cukup besar untuk Ukuran ikan dari golongan lele-lelean. Sekilas, warna tubuhnya sangat mirip dengan ikan patin, yaitu putih keperakan dengan Punggung berwarna kecokelatan. Ada juga jenis-jenis tertentu yang berwarna kehitaman, tetapi yang dominan adalah warna kecokelatan.
Seperti umumnya ikan kelompok lele-lelean, bentuk tubuh baung memanjang, agak pipih, dan tidak bersisik. Di bagian sirip dadanya terdapat tulang tajam dan bersengat yang berfungsi seperti patil, yaitu sebagai senjata pembela diri. Ciri yang sangat membedakannya dengan ikan patin adalah sungut rahang atasnya yang sangat panjang sampai mencapai sirip dubur. Selain itu, baung juga memiliki sirip lemah yang biasa disebut sebagai adiposefin yang panjangnya hampir sama dengan panjang sirip duburnya. Proporsi Ukuran panjang tubuhnya adalah 5 kali tinggi atau 3-3,5 panjang kepalanya.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
jenis-jenis Baung
jenis-jenis Baung
Berdasarkan hasil penelitian para ahli di lapangan, ditemukan sekitar
11 jenis ikan yang tergolong ke dalam genus Mystus. atau Hemibagrus ini. Salah satu jenis terpenting dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah baung yang menyandang nama H. nemurus atau M. nemurus dengan sinonim Macrones nemurus (C.V). Jenis baung lain yang populasinya kalah jauh dengan jenis nemurus dan tidak begitu populer karena ukurannya lebih kecil adalah jenis baung dari species Macrones nigriceps (C.V).
Nama baung sendiri berasal dari nama yang diberikan oleh masyarakat di Sumatera seperti di Sumatera Barat, Riau, serta Sumatera Selatan dan sekitarnya. Namun, di beberapa daerah tertentu ada nama lain yang cukup populer untuk menyebut ikan ini. Seperti masyarakat sunda di wilayah Jawa Barat, menyebut baung sebagai ikan tagih atau sengol. Sementara, di Jawa Tengah lebih dikenal sebagai beong. Di Sumatera Utara disebut sebagai ikan teiken.
Di Pulau Kalimantan ada tiga nama berbeda untuk baung, yaitu ikan niken (Kalimantan Barat), ikan patik (Kalimantan Selatan), dan baung putih (Kalimantan Timur).
Sebagian orang lain menyebutnya sebagai ikan sengiringan, senggal, dan ikan duri.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
Berdasarkan hasil penelitian para ahli di lapangan, ditemukan sekitar
11 jenis ikan yang tergolong ke dalam genus Mystus. atau Hemibagrus ini. Salah satu jenis terpenting dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah baung yang menyandang nama H. nemurus atau M. nemurus dengan sinonim Macrones nemurus (C.V). Jenis baung lain yang populasinya kalah jauh dengan jenis nemurus dan tidak begitu populer karena ukurannya lebih kecil adalah jenis baung dari species Macrones nigriceps (C.V).
Nama baung sendiri berasal dari nama yang diberikan oleh masyarakat di Sumatera seperti di Sumatera Barat, Riau, serta Sumatera Selatan dan sekitarnya. Namun, di beberapa daerah tertentu ada nama lain yang cukup populer untuk menyebut ikan ini. Seperti masyarakat sunda di wilayah Jawa Barat, menyebut baung sebagai ikan tagih atau sengol. Sementara, di Jawa Tengah lebih dikenal sebagai beong. Di Sumatera Utara disebut sebagai ikan teiken.
Di Pulau Kalimantan ada tiga nama berbeda untuk baung, yaitu ikan niken (Kalimantan Barat), ikan patik (Kalimantan Selatan), dan baung putih (Kalimantan Timur).
Sebagian orang lain menyebutnya sebagai ikan sengiringan, senggal, dan ikan duri.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
Klasifikasi Ikan Baung
Ikan Baung
A. Baung
Baung dikenal sebagai salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki kandungan protein cukup tinggi, tetapi rendah lemak. Rasa dagingnya enak,gurih, dan lezat melebihi rasa daging ikan patin atau ikan jambal air tawar.Tidak mengherankan jika kelezatannya tersebut membuat harga jual ikan ini selalu lebih mahal, disamping karena jumlah pasokannya yang masih sedikit.
Baung merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan ini hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan kalimantan. Ikan ini sebenarnya mampu bersaing dengan ikan-ikan ekonomis penting lainnya. Namun, karena sulit didapat di luar derah aslinya menjadikan baung belum sepopuler ikan konsumsi jenis lainnya.
maka tidak mengherankan jika pada akhir tahun 1990-an, pasokan baung
konsumsi baik untuk pemenuhan permintaan pasar lokal maupun ekspor, sepenuhnya tergantung kepada hasil tangkapan dari alam. Kalaupun ada yang berasal dari hasil budi daya masih sangat sedikit jumlahnya. Itu pun berasal dari benih yang ditangkap dari alam, bukan benih hasil produksi panti benih (hatchery). Sebelum tahun 1990-an benih produksi hatchery (terutama unit pembenihan milik pemerintah atau Balai Benih Ikan) masih sangat terbatas jumlahnya.
a. Klasifikasi
Dalam taksonomi (sistem penamaan), baung mengalami beberapa kali pergantian nama ilmiah. Nama ilmiah yang pertama kali disandangnya adalah Macrones nemurus (Weber & de Beaufort, 1916), lalu berubah monjadl Mystus nemurus (Roberts, 1989; Kottelat et.al, 1993). Setelah itu, berubah lagi menjadi Hemibagrus nemurus (Kottelat and Whitten, 1996; Rachmatika. et.al, 2005). Nama yang terakhir inilah yang dinyatakan sebagai nama valid bagi baung.
Nama-nama sebelumnya seperti Macrones nemurus dan Mystus nemurus sudah tidak digunakan lagi, hanya dinyatakan sebagai nama sinonim.
Melihat bentuk fisiknya secara sepintas, dengan mudah kita
dapat menggolongkan ikan ini ke dalam golongan ikan jenis
lele-lelean (catfish). Secara umum bentuk baung memang
hampir serupa dengan ikan lele, yaitu mempunyai
sungut di bagian mulutnya. Bedanya hanya terletak
pada ukuran dan warna tubuhnya.
Karena mirip dengan ikan lele,
para ahli perikanan lantas memasukkan baung ke dalam
keluarga Bagridae. Sementara ordonya tergolong
dalam ordo Siluriformes (Kottelat et.ol., 1993), karena bentuk tubuhnya yang bulat memanjang seperti belut. Dahulu ada juga ahli perikanan yang memasukan ikan ini ke dalam ordo Ostariophysi. Adapun UrUtan sistematika baung secara lengkap berdasarkan Eschmeyer (1998) dan Kottelat (1996) sebagai berikut.
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Toleostei
Ordo : Siluriformes
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
Species : Hemibagrus nemurus (Sinonim: Mystus nemurus; Macrones nemurus)
Nama Asing : tripical catfish, green catfish, rivet- catfish
Nama Umum : baung
Nama Lokal : baung (Sumatera), sengol : jawa Barat, ikan sogo (JawaTengah), ikan tagih atau tageh (JawaTimur).
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
A. Baung
Baung dikenal sebagai salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki kandungan protein cukup tinggi, tetapi rendah lemak. Rasa dagingnya enak,gurih, dan lezat melebihi rasa daging ikan patin atau ikan jambal air tawar.Tidak mengherankan jika kelezatannya tersebut membuat harga jual ikan ini selalu lebih mahal, disamping karena jumlah pasokannya yang masih sedikit.
Baung merupakan ikan asli perairan Indonesia. Ikan ini hanya terdapat di perairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa, dan kalimantan. Ikan ini sebenarnya mampu bersaing dengan ikan-ikan ekonomis penting lainnya. Namun, karena sulit didapat di luar derah aslinya menjadikan baung belum sepopuler ikan konsumsi jenis lainnya.
maka tidak mengherankan jika pada akhir tahun 1990-an, pasokan baung
konsumsi baik untuk pemenuhan permintaan pasar lokal maupun ekspor, sepenuhnya tergantung kepada hasil tangkapan dari alam. Kalaupun ada yang berasal dari hasil budi daya masih sangat sedikit jumlahnya. Itu pun berasal dari benih yang ditangkap dari alam, bukan benih hasil produksi panti benih (hatchery). Sebelum tahun 1990-an benih produksi hatchery (terutama unit pembenihan milik pemerintah atau Balai Benih Ikan) masih sangat terbatas jumlahnya.
a. Klasifikasi
Dalam taksonomi (sistem penamaan), baung mengalami beberapa kali pergantian nama ilmiah. Nama ilmiah yang pertama kali disandangnya adalah Macrones nemurus (Weber & de Beaufort, 1916), lalu berubah monjadl Mystus nemurus (Roberts, 1989; Kottelat et.al, 1993). Setelah itu, berubah lagi menjadi Hemibagrus nemurus (Kottelat and Whitten, 1996; Rachmatika. et.al, 2005). Nama yang terakhir inilah yang dinyatakan sebagai nama valid bagi baung.
Nama-nama sebelumnya seperti Macrones nemurus dan Mystus nemurus sudah tidak digunakan lagi, hanya dinyatakan sebagai nama sinonim.
Melihat bentuk fisiknya secara sepintas, dengan mudah kita
dapat menggolongkan ikan ini ke dalam golongan ikan jenis
lele-lelean (catfish). Secara umum bentuk baung memang
hampir serupa dengan ikan lele, yaitu mempunyai
sungut di bagian mulutnya. Bedanya hanya terletak
pada ukuran dan warna tubuhnya.
Karena mirip dengan ikan lele,
para ahli perikanan lantas memasukkan baung ke dalam
keluarga Bagridae. Sementara ordonya tergolong
dalam ordo Siluriformes (Kottelat et.ol., 1993), karena bentuk tubuhnya yang bulat memanjang seperti belut. Dahulu ada juga ahli perikanan yang memasukan ikan ini ke dalam ordo Ostariophysi. Adapun UrUtan sistematika baung secara lengkap berdasarkan Eschmeyer (1998) dan Kottelat (1996) sebagai berikut.
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Toleostei
Ordo : Siluriformes
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
Species : Hemibagrus nemurus (Sinonim: Mystus nemurus; Macrones nemurus)
Nama Asing : tripical catfish, green catfish, rivet- catfish
Nama Umum : baung
Nama Lokal : baung (Sumatera), sengol : jawa Barat, ikan sogo (JawaTengah), ikan tagih atau tageh (JawaTimur).
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
PENAMBAHAN SODIUM TRIPOLIPOSFAT (STPP) PADA PENANGANAN IKAN SEGAR
PENAMBAHAN SODIUM TRIPOLIPOSFAT (STPP)
PADA PENANGANAN IKAN SEGAR
Deskripsi Teknologi
Tujuan dari penambahan STPP pada penanganan ikan segar yaitu untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama proses penyimpanan dengan menggunakan es. Fungsi dari STPP adalah untuk mengikat air bebas di dalam daging ikan hingga pertumbuhan bakteri terhambat. Disamping itu memberikan pengaruh pada kekenyalan daging dan penurunan berat. STPP yang, digunakan sebesar 2% dari berat es.
Aspek Inovatif
STPP umumnya digunakan sebagai bahan tambahan pada penyimpanan produk olahan beku yang berfungsi untuk mengurangi dehidrasi, STPP dapat digunakan untuk menyimpan ikan segar sehingga mutu ikan dapat dipertahankan selama penyimpanan.
Keunggulan
- Produk yang ditambahkan STPP selama penyimpanan mempunyai kenampakan, tekstur dan bau lebih baik.
- STPP mudah diperoleh dan telah banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada produk olahan.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
PADA PENANGANAN IKAN SEGAR
Deskripsi Teknologi
Tujuan dari penambahan STPP pada penanganan ikan segar yaitu untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama proses penyimpanan dengan menggunakan es. Fungsi dari STPP adalah untuk mengikat air bebas di dalam daging ikan hingga pertumbuhan bakteri terhambat. Disamping itu memberikan pengaruh pada kekenyalan daging dan penurunan berat. STPP yang, digunakan sebesar 2% dari berat es.
Aspek Inovatif
STPP umumnya digunakan sebagai bahan tambahan pada penyimpanan produk olahan beku yang berfungsi untuk mengurangi dehidrasi, STPP dapat digunakan untuk menyimpan ikan segar sehingga mutu ikan dapat dipertahankan selama penyimpanan.
Keunggulan
- Produk yang ditambahkan STPP selama penyimpanan mempunyai kenampakan, tekstur dan bau lebih baik.
- STPP mudah diperoleh dan telah banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada produk olahan.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Peluang dan Tantangan Budi Daya ikan Air Tawar Ekonomis Penting
Peluang dan
Tantangan Budi Daya
ikan Air Tawar
Ekonomis Penting
A. Prospek Budi Daya Perikanan
Prospek pengembangan budi daya perikanan di dunia sangat terkait dengan peningkatan konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk dunia yang ikut meningkat tajam seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data FAO, kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun 2010 masih kekurangan pasokan sebesar 2 juta ton per tahun.
Khusus di Indonesia, pada tahun 1998, tingkat konsumsi ikan per kipita penduduk baru mencapai 9,25 kg pertahun atau 72,5% dari standar kecukupan pangan terhadap ikan yang besarnya 26,55 kg per kapita per tahun.Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 250 juta jiwa pada tahun 2015.
Saat itu, mereka membutuhkan sekitar 36,2 gram protein per kapita per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% atau 21,72 gram protein diharapkan dapat dipenuhi dari perikanan dan sisanya dari petenakan. Besarnya kebutuhan protein yang berasal dari perikanan tersebut setara dengan 42 kg ikan per kapita per tahun (apabila digunakan angka kandungan protein rata-rata sebesar 18,5%)
Dengan demikian, kebutuhan ikan bagi penduduk Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 10,5 juta ton atau hampir dua kali lipat dari potensi stok ikan laut Indonesia saat ini. Pemenuhan kebutuhan protein hewani tersebut tentu sudah tidak mungkin lagi dipenuhi oleh ikan hasil tangkapan laut yang menunjukan penurunan jumlah dari tahun ke tahun. Untuk itu kebutuhan ikan harus dipasok, dari hasil usaha budi daya, sehingga pengembangan budi daya ikan-ikan ekonomis penting menempati posisi yang sangat strategic pada masa mendatang.
B. Produksi Budi Daya Perikanan
Produksi budi daya perikanan dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang tajam. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, produksi budi daya perikanan dunia meningkat dari 24,5 juta ton pada tahun 1994 menjadi 51,4 juta ton pada tahun 2002 (meningkat 12% per tahun). Kondisi yang sama juga terjadi pada budi daya perikanan Indonesia. Produksi budi daya perikanan Indonesia (budi daya air tawar, air payau, dan laut) sebesar 278.864 ton pada tahun 1993 dan mencapai 1.468.610 ton atau mengalami peningkatan 80,77% (rata-rata 8,08% per tahun) pada tahun 2004.
C. Lahan Budi Daya Perikanan Air Tawar
Budi daya perikanan (akuakultur) tidak terlepas dari ketersedian air dan lahan. Keduanya merupakan media hidup ikan dan sumber daya perikanan lainnya untuk bisa berproses menjadi komoditi yang memiliki nilai tambah. Selama ini, usaha budi daya ikan umumnya terkonsentrasi di pedesaan yang ketersediaan lahan dan airnya relatif masih sangat memadai.
Budi daya perikanan air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam, sawah, bak, tangki, atau akuarium. Selain itu, juga dilakukan di perairan umum dalam bentuk pemeliharaan di karamba atau sangkar, karamba jaring apung, atau hampang.
Luas lahan budi daya perikanan air tawar dalam bentuk kolam di Indonesia mencapai 86.783 ha, sawah (mina padi) 151.414 ha, karamba 930.000 unit, dan karamba jaring apung (KJA) 76.320 unit pada tahun 2003, Secara keseluruhan, luas lahan budi daya ikan air tawar di kolam dan sawah yang terbesar berada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Sisanya, dalam jumlah yang lebih kecil, terdapat di Kalimantan, Bali, Nusa tenggara, Maluku, dan Papua. Sementara itu, budi daya ikan air tawar di KJA dan karamba yang terbesar terdapat di Jawa dan Sumatera.
D. Ketersediaan Benih dan Permasalahannya
Konsekuensi dari peningkatan usaha budi daya berbagai jenis ikan ekonomis penting, dalam Skala lokal maupun internasional telah menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan benih dan induk dalam jumlah besar. Seperti yang telah diketahui, benih dan induk sangat diperlukan dalam proses budi daya perikanan. Benih dan induk merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi kelanjutan dan keberhasilan usaha budi daya perikanan itu sendiri.
Karena itu, untuk mendukung upaya keberhasilan pengembangan usaha perikanan, pengembangan kegiatan pembenihan diarahkan kepada penyediaan benih yang memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
- Tepat jenis, artinya benih yang dihasilkan harus sesuai dengan jenis benih ikan yang dibutuhkan.
- Tepat jumlah, artinya jumlah benih yang dihasilkan harus dapat memenuhi permintaan pembudidaya.
- Tepat mutu ,artinya benih yang dihasilkan harus memiliki mutu yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
- Tepat ukuran, artinya benih yang dihasilkan harus memiliki ukuran yang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan oleh pembudidaya pembesaran.
- Tepat waktu, artinya benih yang dihasilkan dapat dijual ke pasaran pada saat benih tersebut dibutuhkan atau dicari oleh pembudidaya pembesaran.
- Tepat tempat, artinya benih dihasilkan oleh unit usaha yang berada di lokasi yang dekat atau lokasi yang dapat dicapai dengan mudah dan cepat oleh pembudidaya pembesaran.
- Tepat harga, artinya nilai jual benih sesuai dengan standar dan terjangkau oleh pembeli. Namun di sisi lain, pembenih masih bisa meraih untung dengan harga yang berlaku tersebut.
Sayangnya, berdasarkan kenyataan yang ditemukan di lapangan, belum semua pembudidaya ikan-ikan ekonomis penting memahami dan menguasai teknologi budi daya secara baik dan benar. Hal ini terutama disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan pembudidaya yang Umumnya masih relatif rendah.
Akibatnya, terjadi degradasi penurunan mutu (kualitas) berbagai jenis ikan tersebut dari waktu ke waktu. Penurunan mutu tidak hanya ditemukan pada stadia benih, tetapi juga terjadi penurunan mutu pada induk.
Keluhan umum terhadap rendahnya mutu benih ikan yang sering ditemui di lapangan adalah lambatnya laju pertumbuhan, mudah terserang penyakit, dan dalam proses pembesarannya memerlukan pakan yang jauh lebih banyak, dari yang seharusnya, sehingga konversi pakannya menjadi tinggi.
Selain itu, tidak jarang terjadi ketidaksesuaian % kandar warna dan bentuk benih yang dihasilkan. Hal lain yang juga sulit dipebuhi adalah faktor keseragaman. Antara satu pembenih dengan pembenih lain belum tentu menghasilkan benih yang sama kondisinya untuk jenis ikan yang sama.
Berikut ini beberapa ciri benih ikan yang mutunya sudah mengalami penurunan, yang umum ditemukan pada unit pembenihan serta dijual di pasaran.
- Bentuk tubuh berubah, kasus yang ditemukan adalah induk dengan bentuk, normal menghasilkan benih yang pendek bulat atau tidak normal.
- Kecepatan tumbuh menurun, jika biasanya dari 1 liter larva dihasilkan 80-100 kg fingerling (benih gelondongan, seukuran jari, berumur 1-1,5 bulan), pada kenyataannya hanya menghasilkan sekitar 25-30 kg fingerling.
- Mortalitas tinggi, dari yang semula hanya 1-5%, meningkat menjadi 30%.
- Warna benih tidak sama dengan standar atau berbeda dengan warna tubuh induknya.
Menurut publikasi Direktorat jenderal Perikanan Budi Daya, Departemen Kelautan dan Perikanan RI (2003), terjadinya penurunan kualitas atau mutu benih, sangat merugikan secara finansial maupun ekonomi. Pasalnya, hasil yang diperoleh pembudidaya ikan menjadi tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan. Secara nasional keadaan ini membawa dampak, yaitu terjadinya in-efisiensi dalam penggunaan lahan, air, dana, dan faktor produksi lainnya.
E. Standardisasi Benih
Untuk menghindari kondisi yang merugikan tersebut, pemerintah memandang perlu melakukan standardisasi produksi perikanan dan standardisasi teknologi budi daya yang digunakan. Kemudian proses standardisasi ini akan dilanjutkan dengan proses sertifikasi, sehingga produksi perikanan berupa benih atau induk yang dihasilkan dan dipasarkan (yang diproduksi telah sesuai dengan standar baku yang ditetapkan) telah memiliki sertifikat yang menjamin kualitasnya.
Di era pasar bebas, persyaratan mutu benih dan induk seperti disebutkan di atas menjadi penting untuk dipenuhi dalam upaya memenangkan persaingan perdagangan, terutama berkaitan dengan semakin terbukanya pasar dunia (globalisasi) yang memungkinkan produksi perikanan dari negara lain dapat memasuki pasar benih di Indonesia. demikian juga sebaliknya, produksi benih pembudidaya ikan di Indonesia juga dengan leluasa dapat diperjualbelikan di negara lain yang membutuhkannya.
Dengan kondisi seperti itu, satu-satunya cara yang paling efektif dilakukan adalah menghasilkan benih yang memiliki standar mutu yang baku dan terjamin (dibuktikan dengan adanya sertifikat yang diperoleh melalui proses sertifikasi). jika hal ini tidak dilakukan, pembudidaya ikan di tanah air tidak akan mampu bertahan dan akan tersingkir dari persaingan pasar bebas. jadi jelaslah bahwa pembudidaya perikanan air tawar ekonomis penting di Indonesia
merupakan salah satu bidang budi daya yang perlu segera berbenah diri menghadapi kondisi tersebut.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
Tantangan Budi Daya
ikan Air Tawar
Ekonomis Penting
A. Prospek Budi Daya Perikanan
Prospek pengembangan budi daya perikanan di dunia sangat terkait dengan peningkatan konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk dunia yang ikut meningkat tajam seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data FAO, kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun 2010 masih kekurangan pasokan sebesar 2 juta ton per tahun.
Khusus di Indonesia, pada tahun 1998, tingkat konsumsi ikan per kipita penduduk baru mencapai 9,25 kg pertahun atau 72,5% dari standar kecukupan pangan terhadap ikan yang besarnya 26,55 kg per kapita per tahun.Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 250 juta jiwa pada tahun 2015.
Saat itu, mereka membutuhkan sekitar 36,2 gram protein per kapita per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% atau 21,72 gram protein diharapkan dapat dipenuhi dari perikanan dan sisanya dari petenakan. Besarnya kebutuhan protein yang berasal dari perikanan tersebut setara dengan 42 kg ikan per kapita per tahun (apabila digunakan angka kandungan protein rata-rata sebesar 18,5%)
Dengan demikian, kebutuhan ikan bagi penduduk Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 10,5 juta ton atau hampir dua kali lipat dari potensi stok ikan laut Indonesia saat ini. Pemenuhan kebutuhan protein hewani tersebut tentu sudah tidak mungkin lagi dipenuhi oleh ikan hasil tangkapan laut yang menunjukan penurunan jumlah dari tahun ke tahun. Untuk itu kebutuhan ikan harus dipasok, dari hasil usaha budi daya, sehingga pengembangan budi daya ikan-ikan ekonomis penting menempati posisi yang sangat strategic pada masa mendatang.
B. Produksi Budi Daya Perikanan
Produksi budi daya perikanan dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang tajam. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, produksi budi daya perikanan dunia meningkat dari 24,5 juta ton pada tahun 1994 menjadi 51,4 juta ton pada tahun 2002 (meningkat 12% per tahun). Kondisi yang sama juga terjadi pada budi daya perikanan Indonesia. Produksi budi daya perikanan Indonesia (budi daya air tawar, air payau, dan laut) sebesar 278.864 ton pada tahun 1993 dan mencapai 1.468.610 ton atau mengalami peningkatan 80,77% (rata-rata 8,08% per tahun) pada tahun 2004.
C. Lahan Budi Daya Perikanan Air Tawar
Budi daya perikanan (akuakultur) tidak terlepas dari ketersedian air dan lahan. Keduanya merupakan media hidup ikan dan sumber daya perikanan lainnya untuk bisa berproses menjadi komoditi yang memiliki nilai tambah. Selama ini, usaha budi daya ikan umumnya terkonsentrasi di pedesaan yang ketersediaan lahan dan airnya relatif masih sangat memadai.
Budi daya perikanan air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam, sawah, bak, tangki, atau akuarium. Selain itu, juga dilakukan di perairan umum dalam bentuk pemeliharaan di karamba atau sangkar, karamba jaring apung, atau hampang.
Luas lahan budi daya perikanan air tawar dalam bentuk kolam di Indonesia mencapai 86.783 ha, sawah (mina padi) 151.414 ha, karamba 930.000 unit, dan karamba jaring apung (KJA) 76.320 unit pada tahun 2003, Secara keseluruhan, luas lahan budi daya ikan air tawar di kolam dan sawah yang terbesar berada di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Sisanya, dalam jumlah yang lebih kecil, terdapat di Kalimantan, Bali, Nusa tenggara, Maluku, dan Papua. Sementara itu, budi daya ikan air tawar di KJA dan karamba yang terbesar terdapat di Jawa dan Sumatera.
D. Ketersediaan Benih dan Permasalahannya
Konsekuensi dari peningkatan usaha budi daya berbagai jenis ikan ekonomis penting, dalam Skala lokal maupun internasional telah menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan benih dan induk dalam jumlah besar. Seperti yang telah diketahui, benih dan induk sangat diperlukan dalam proses budi daya perikanan. Benih dan induk merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi kelanjutan dan keberhasilan usaha budi daya perikanan itu sendiri.
Karena itu, untuk mendukung upaya keberhasilan pengembangan usaha perikanan, pengembangan kegiatan pembenihan diarahkan kepada penyediaan benih yang memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
- Tepat jenis, artinya benih yang dihasilkan harus sesuai dengan jenis benih ikan yang dibutuhkan.
- Tepat jumlah, artinya jumlah benih yang dihasilkan harus dapat memenuhi permintaan pembudidaya.
- Tepat mutu ,artinya benih yang dihasilkan harus memiliki mutu yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
- Tepat ukuran, artinya benih yang dihasilkan harus memiliki ukuran yang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan oleh pembudidaya pembesaran.
- Tepat waktu, artinya benih yang dihasilkan dapat dijual ke pasaran pada saat benih tersebut dibutuhkan atau dicari oleh pembudidaya pembesaran.
- Tepat tempat, artinya benih dihasilkan oleh unit usaha yang berada di lokasi yang dekat atau lokasi yang dapat dicapai dengan mudah dan cepat oleh pembudidaya pembesaran.
- Tepat harga, artinya nilai jual benih sesuai dengan standar dan terjangkau oleh pembeli. Namun di sisi lain, pembenih masih bisa meraih untung dengan harga yang berlaku tersebut.
Sayangnya, berdasarkan kenyataan yang ditemukan di lapangan, belum semua pembudidaya ikan-ikan ekonomis penting memahami dan menguasai teknologi budi daya secara baik dan benar. Hal ini terutama disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan pembudidaya yang Umumnya masih relatif rendah.
Akibatnya, terjadi degradasi penurunan mutu (kualitas) berbagai jenis ikan tersebut dari waktu ke waktu. Penurunan mutu tidak hanya ditemukan pada stadia benih, tetapi juga terjadi penurunan mutu pada induk.
Keluhan umum terhadap rendahnya mutu benih ikan yang sering ditemui di lapangan adalah lambatnya laju pertumbuhan, mudah terserang penyakit, dan dalam proses pembesarannya memerlukan pakan yang jauh lebih banyak, dari yang seharusnya, sehingga konversi pakannya menjadi tinggi.
Selain itu, tidak jarang terjadi ketidaksesuaian % kandar warna dan bentuk benih yang dihasilkan. Hal lain yang juga sulit dipebuhi adalah faktor keseragaman. Antara satu pembenih dengan pembenih lain belum tentu menghasilkan benih yang sama kondisinya untuk jenis ikan yang sama.
Berikut ini beberapa ciri benih ikan yang mutunya sudah mengalami penurunan, yang umum ditemukan pada unit pembenihan serta dijual di pasaran.
- Bentuk tubuh berubah, kasus yang ditemukan adalah induk dengan bentuk, normal menghasilkan benih yang pendek bulat atau tidak normal.
- Kecepatan tumbuh menurun, jika biasanya dari 1 liter larva dihasilkan 80-100 kg fingerling (benih gelondongan, seukuran jari, berumur 1-1,5 bulan), pada kenyataannya hanya menghasilkan sekitar 25-30 kg fingerling.
- Mortalitas tinggi, dari yang semula hanya 1-5%, meningkat menjadi 30%.
- Warna benih tidak sama dengan standar atau berbeda dengan warna tubuh induknya.
Menurut publikasi Direktorat jenderal Perikanan Budi Daya, Departemen Kelautan dan Perikanan RI (2003), terjadinya penurunan kualitas atau mutu benih, sangat merugikan secara finansial maupun ekonomi. Pasalnya, hasil yang diperoleh pembudidaya ikan menjadi tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan. Secara nasional keadaan ini membawa dampak, yaitu terjadinya in-efisiensi dalam penggunaan lahan, air, dana, dan faktor produksi lainnya.
E. Standardisasi Benih
Untuk menghindari kondisi yang merugikan tersebut, pemerintah memandang perlu melakukan standardisasi produksi perikanan dan standardisasi teknologi budi daya yang digunakan. Kemudian proses standardisasi ini akan dilanjutkan dengan proses sertifikasi, sehingga produksi perikanan berupa benih atau induk yang dihasilkan dan dipasarkan (yang diproduksi telah sesuai dengan standar baku yang ditetapkan) telah memiliki sertifikat yang menjamin kualitasnya.
Di era pasar bebas, persyaratan mutu benih dan induk seperti disebutkan di atas menjadi penting untuk dipenuhi dalam upaya memenangkan persaingan perdagangan, terutama berkaitan dengan semakin terbukanya pasar dunia (globalisasi) yang memungkinkan produksi perikanan dari negara lain dapat memasuki pasar benih di Indonesia. demikian juga sebaliknya, produksi benih pembudidaya ikan di Indonesia juga dengan leluasa dapat diperjualbelikan di negara lain yang membutuhkannya.
Dengan kondisi seperti itu, satu-satunya cara yang paling efektif dilakukan adalah menghasilkan benih yang memiliki standar mutu yang baku dan terjamin (dibuktikan dengan adanya sertifikat yang diperoleh melalui proses sertifikasi). jika hal ini tidak dilakukan, pembudidaya ikan di tanah air tidak akan mampu bertahan dan akan tersingkir dari persaingan pasar bebas. jadi jelaslah bahwa pembudidaya perikanan air tawar ekonomis penting di Indonesia
merupakan salah satu bidang budi daya yang perlu segera berbenah diri menghadapi kondisi tersebut.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
Sumber Daya Ikan Air Tawar Ekonomis Penting
Sumber Daya
Ikan Air Tawar
Ekonomis Penting
Indonesia dikenal memiliki Kekayaan sumber daya perikanan yang
cukup besar, terutama dalam perbendaharaan jenis-jenis ikan.
Diperkirakan sekitar 16% spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7.000 jenis (spesies). Hampir sekitar 2.000 spesies di antaranya merupakan jenis ikan air tawar.
Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 per mil (0-5%0). Menurut Kartamihardja, et.al. (2007), luas perairan daratan di Indonesia mencapai 54 juta ha. Angka tersebut mencakup perairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta ha (terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta ha,danau seluas 1,80 juta ha, dan waduk seluas 0,05 juta ha); rawa payau dan hutan bakau seluas 39,5 juta ha; dan perairan budi daya seluas 0,65 juta ha (mencakup kolam, sawah, dan tambak).
Dari sekitar 2.000 species ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27 jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Ikan ekonomis penting mengandung arti bahwa ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperdagangkan dan dibudidayakan di tanah air. Hal ini sekaligus mengandung arti bahwa jenis ikan tersebut dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, serta memiliki tingkat produksi yang tinggi jika dibudidayakan secara benar.
Pembudidayaan ikan air tawar ekonomis penting di Indonesia umumnya dilakukan di kolam-kolam budi daya; baik secara tradisional, semi-intensif, maupun intensif. Pembudidayaan ikan secara tradisional dan semi-intensif umumnya dilakukan di kolam dengan konstruksi sederhana. Sementara pembudidayaan intensif menggunakan prasarana yang lebih balk, seperti di kolam beton atau kolam air deras dengan pemberian pakan tambahan yang intensif.
Selain itu,pembudidayaan ikan ekonomis penting secara intensif juga banyak dilakukan dalam wadah khusus seperti di keramba jaring apung (KJA) yang ditempatkan di perairan umum daratan seperti di waduk, danau, atau keramba berbahan bambu atau kawat yang ditempatkan di sungai atau saluran irigasi.
Beberapa jenis ikan ekonomis penting lainnya juga ada yang dipelihara di sawah baik sebagai palawija (pemeliharaan ikan setelah padi dipanen sambil menunggu masa tanam selanjutnya),penyelang (pemeliharaan ikan sebelum penanaman padi, waktunya tidak terlalu lama menunggu padi di persemaian sampai siap untuk ditanam) atau minapadi (pemeliharaan ikan yang dilakukan bersamaan dengan penanaman atau pemeliharaan padi). Bahkan ada ikan air tawar jenis tertentu yang dipelihara di tambak atau sawah tambak yang berair payau, setelah melalui tahapan proses aklimatisasi dan adaptasi terlebih dahulu.
jenis-jenis ikan budi daya air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia selain merupakan jenis ikan endemik (asli perairan Indonesia), sebagian lainnya merupakan ikan introduksi (ikan pendatang yang dimasukkan dari negara lain). Perpencaran geografis yang memisahkan wilayah Indonesia (berdasarkan garis Wallacea), memunculkan karakter yang berbeda dari .jenis-jenis ikan endemik di setiap wilayah.
sebagai contoh, di perairan Paparan Sunda (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat jenis-jenis ikan yang didominasi oleh ordo Ostariophysi. Di perairan daratan Paparan Sahul (Maluku dan Papua) didominasi jenis-jenis utama dari ordo Synentognathiformes. Sementara itu, di perairan daratan zona Wallacea nusa Tenggara dan sulawesi terdapat jenis-jenis utama dari ordo Goboide.
Namun beberapa dekade belakangan ini telah terjadi perpindahan masing-masing spesies, sehingga populasi jeniS ikan budi daya di masing-masing wilayah sudah semakin beragam.
Menurut Kartarnihardja, et.al. (2007), jumlah spesies ikan air tawar di Paparan Sunda sebagai berikut; di Pulau Sumatera terdapat sebanyak 272 spesies (30 spesies di antaranya merupakan ikan endemik); di Pulau Kalimantan terdapat 394 spesies (149 spesies endemik), di Pulau Jawa terdapat 132 spesies (12 spesies endemik), di Wallacea Line terdapat 68 spesies (52 spesies endemik), dan di Paparan Sahul terdapat 58 spesies (32 spesies endemik).
jenis-jenis ikan air tawar ekonomis penting yang sudah dikenal dan diperdagangkan secara luas di Indonesia saat ini adalah ikan mas, tawes, nilem, jelawat, semah, mola, kowan (grasscarp), hampal, patin, baung, lais, Iele lokal, lele dumbo, gurami, tambakan, bawal, sepat siam, gabus, betutu, mujair, nila, belut, sidat, papuyu, belida, serta bandeng (air tawar dan payau). Sebagian besar dari jenis-jenis ikan ekonomis penting tersebut sudah dibudidayakan secara tradisional, semi-intensif, maupun Intensif. Pembudidayaan secara intensif dilakukan untuk jenis-jenis ikan yang teknik pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik. Sementara pembudidayaan jenis-jenis ikan yang sulit dipijahkan, ,umumnya masih dilakukan secara tradisional serta masih mengandalkan benih hasil tangkapan alam.
Sementara itu, jenis-jenis ikan ekonomis, penting yang teknologi
pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik dan sudah disebarluaskan ke berbagai daerah di tanah air adalah jenis ikan mas, nila, lele lokal, lele dumbo, patin, gurami, baung, mola, tawes, belut, bandeng, nilem, serta grasscorp. Khusus untuk nila, mas, patin, lele dumbo, dan gurami merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat populer dan sudah dibudidayakan secara intensif. Dalam pengembangannya, pemerintah menyiapkan beberapa program Khusus untuk masing-masing komoditas tersebut.
Nila merupakan jenis ikan yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, KJA, maupun di Sawah. Selain mampu memenuhi kebutuhan lokal, nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaanya.Untuk mengatasi kendala dalam pengadaan
induknya, pemerintah telah berupaya mengembangkan program INBUD (Intensifikasi Budi Daya) nila dan program BUPEDES (Budi Daya di Pedesaan), desiminasi teknologi, dan pengembangan NBC (National Broodstock Center atau Pusat Stock Induk National), sertifikasi benih, serta pengembangan BBI (Balai Benih Ikan) central dan lokal. Sentra pengembangan utama nila meliputi Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara.
Ikan Lele, usaha budi dayanya sudah berkembang pesat di masyarakat Indonesia. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam budi daya ikan jenis ini adalah kurangnya penyediaan benih yang bermutu. Untuk itu dilakukan upaya pengembangannya melalui program BUPEDES, pemuliaan induk, pemanfaatan lahan marjinal, serta pengembangan BBI dan UPR (Unit Pembenihan Rakyat).Sentra pengembangan lele meliputi Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Gurami merupakan komoditas air tawar yang mempunyai segmen pasar dan harga yang cukup tinggi.Meskipun masa pemeliharaannya cukup lama, tetapi usaha budi daya gurami cukup menguntungkan. Terlebih lagi dengan berkembangnya segmen-segmen usaha pemeliharaan sistem berjenjang; mulai dari pemeliharaan larva, pendederan, hingga pembesaran yang dapat mempersingkat periode usaha.
Ikan patin, jenis ikan ini bisa dibudidayakan di lahan marjinal, yakni lahan kritis seperti lahan yang tidak memiliki sumber daya air terus menerus atau (tanpa irigasi), tetapi bisa dijadikan sebagai kolam tadah hujan, atau lahan rawa yang kualitas airnya tidak terlalu bagus. Saat ini, permintaan pasarnya cukup menjanjikan, terutama pasar lokal untuk patin bangkok (warna daging merah) dan pasar ekspor untuk patin jambal (warna daging putih). Sentra pengembangan patin meliputi Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
sumber : Khairul Amri, S.Pi. M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
Ikan Air Tawar
Ekonomis Penting
Indonesia dikenal memiliki Kekayaan sumber daya perikanan yang
cukup besar, terutama dalam perbendaharaan jenis-jenis ikan.
Diperkirakan sekitar 16% spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7.000 jenis (spesies). Hampir sekitar 2.000 spesies di antaranya merupakan jenis ikan air tawar.
Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 per mil (0-5%0). Menurut Kartamihardja, et.al. (2007), luas perairan daratan di Indonesia mencapai 54 juta ha. Angka tersebut mencakup perairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta ha (terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta ha,danau seluas 1,80 juta ha, dan waduk seluas 0,05 juta ha); rawa payau dan hutan bakau seluas 39,5 juta ha; dan perairan budi daya seluas 0,65 juta ha (mencakup kolam, sawah, dan tambak).
Dari sekitar 2.000 species ikan air tawar yang terdapat di Indonesia, sedikitnya ada 27 jenis yang sudah dibudidayakan. Ikan-ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting. Ikan ekonomis penting mengandung arti bahwa ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk diperdagangkan dan dibudidayakan di tanah air. Hal ini sekaligus mengandung arti bahwa jenis ikan tersebut dikenal dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, serta memiliki tingkat produksi yang tinggi jika dibudidayakan secara benar.
Pembudidayaan ikan air tawar ekonomis penting di Indonesia umumnya dilakukan di kolam-kolam budi daya; baik secara tradisional, semi-intensif, maupun intensif. Pembudidayaan ikan secara tradisional dan semi-intensif umumnya dilakukan di kolam dengan konstruksi sederhana. Sementara pembudidayaan intensif menggunakan prasarana yang lebih balk, seperti di kolam beton atau kolam air deras dengan pemberian pakan tambahan yang intensif.
Selain itu,pembudidayaan ikan ekonomis penting secara intensif juga banyak dilakukan dalam wadah khusus seperti di keramba jaring apung (KJA) yang ditempatkan di perairan umum daratan seperti di waduk, danau, atau keramba berbahan bambu atau kawat yang ditempatkan di sungai atau saluran irigasi.
Beberapa jenis ikan ekonomis penting lainnya juga ada yang dipelihara di sawah baik sebagai palawija (pemeliharaan ikan setelah padi dipanen sambil menunggu masa tanam selanjutnya),penyelang (pemeliharaan ikan sebelum penanaman padi, waktunya tidak terlalu lama menunggu padi di persemaian sampai siap untuk ditanam) atau minapadi (pemeliharaan ikan yang dilakukan bersamaan dengan penanaman atau pemeliharaan padi). Bahkan ada ikan air tawar jenis tertentu yang dipelihara di tambak atau sawah tambak yang berair payau, setelah melalui tahapan proses aklimatisasi dan adaptasi terlebih dahulu.
jenis-jenis ikan budi daya air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia selain merupakan jenis ikan endemik (asli perairan Indonesia), sebagian lainnya merupakan ikan introduksi (ikan pendatang yang dimasukkan dari negara lain). Perpencaran geografis yang memisahkan wilayah Indonesia (berdasarkan garis Wallacea), memunculkan karakter yang berbeda dari .jenis-jenis ikan endemik di setiap wilayah.
sebagai contoh, di perairan Paparan Sunda (Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) terdapat jenis-jenis ikan yang didominasi oleh ordo Ostariophysi. Di perairan daratan Paparan Sahul (Maluku dan Papua) didominasi jenis-jenis utama dari ordo Synentognathiformes. Sementara itu, di perairan daratan zona Wallacea nusa Tenggara dan sulawesi terdapat jenis-jenis utama dari ordo Goboide.
Namun beberapa dekade belakangan ini telah terjadi perpindahan masing-masing spesies, sehingga populasi jeniS ikan budi daya di masing-masing wilayah sudah semakin beragam.
Menurut Kartarnihardja, et.al. (2007), jumlah spesies ikan air tawar di Paparan Sunda sebagai berikut; di Pulau Sumatera terdapat sebanyak 272 spesies (30 spesies di antaranya merupakan ikan endemik); di Pulau Kalimantan terdapat 394 spesies (149 spesies endemik), di Pulau Jawa terdapat 132 spesies (12 spesies endemik), di Wallacea Line terdapat 68 spesies (52 spesies endemik), dan di Paparan Sahul terdapat 58 spesies (32 spesies endemik).
jenis-jenis ikan air tawar ekonomis penting yang sudah dikenal dan diperdagangkan secara luas di Indonesia saat ini adalah ikan mas, tawes, nilem, jelawat, semah, mola, kowan (grasscarp), hampal, patin, baung, lais, Iele lokal, lele dumbo, gurami, tambakan, bawal, sepat siam, gabus, betutu, mujair, nila, belut, sidat, papuyu, belida, serta bandeng (air tawar dan payau). Sebagian besar dari jenis-jenis ikan ekonomis penting tersebut sudah dibudidayakan secara tradisional, semi-intensif, maupun Intensif. Pembudidayaan secara intensif dilakukan untuk jenis-jenis ikan yang teknik pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik. Sementara pembudidayaan jenis-jenis ikan yang sulit dipijahkan, ,umumnya masih dilakukan secara tradisional serta masih mengandalkan benih hasil tangkapan alam.
Sementara itu, jenis-jenis ikan ekonomis, penting yang teknologi
pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik dan sudah disebarluaskan ke berbagai daerah di tanah air adalah jenis ikan mas, nila, lele lokal, lele dumbo, patin, gurami, baung, mola, tawes, belut, bandeng, nilem, serta grasscorp. Khusus untuk nila, mas, patin, lele dumbo, dan gurami merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat populer dan sudah dibudidayakan secara intensif. Dalam pengembangannya, pemerintah menyiapkan beberapa program Khusus untuk masing-masing komoditas tersebut.
Nila merupakan jenis ikan yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, KJA, maupun di Sawah. Selain mampu memenuhi kebutuhan lokal, nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaanya.Untuk mengatasi kendala dalam pengadaan
induknya, pemerintah telah berupaya mengembangkan program INBUD (Intensifikasi Budi Daya) nila dan program BUPEDES (Budi Daya di Pedesaan), desiminasi teknologi, dan pengembangan NBC (National Broodstock Center atau Pusat Stock Induk National), sertifikasi benih, serta pengembangan BBI (Balai Benih Ikan) central dan lokal. Sentra pengembangan utama nila meliputi Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara.
Ikan Lele, usaha budi dayanya sudah berkembang pesat di masyarakat Indonesia. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam budi daya ikan jenis ini adalah kurangnya penyediaan benih yang bermutu. Untuk itu dilakukan upaya pengembangannya melalui program BUPEDES, pemuliaan induk, pemanfaatan lahan marjinal, serta pengembangan BBI dan UPR (Unit Pembenihan Rakyat).Sentra pengembangan lele meliputi Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Gurami merupakan komoditas air tawar yang mempunyai segmen pasar dan harga yang cukup tinggi.Meskipun masa pemeliharaannya cukup lama, tetapi usaha budi daya gurami cukup menguntungkan. Terlebih lagi dengan berkembangnya segmen-segmen usaha pemeliharaan sistem berjenjang; mulai dari pemeliharaan larva, pendederan, hingga pembesaran yang dapat mempersingkat periode usaha.
Ikan patin, jenis ikan ini bisa dibudidayakan di lahan marjinal, yakni lahan kritis seperti lahan yang tidak memiliki sumber daya air terus menerus atau (tanpa irigasi), tetapi bisa dijadikan sebagai kolam tadah hujan, atau lahan rawa yang kualitas airnya tidak terlalu bagus. Saat ini, permintaan pasarnya cukup menjanjikan, terutama pasar lokal untuk patin bangkok (warna daging merah) dan pasar ekspor untuk patin jambal (warna daging putih). Sentra pengembangan patin meliputi Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
sumber : Khairul Amri, S.Pi. M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008
PENAMBAHAN KARAGENAN ATAU TEPUNG RUMPUT LAUT (TRL) Eucheuma cottoni PADA PENGOLAHAN BAKSO IKAN
PENAMBAHAN KARAGENAN ATAU TEPUNG RUMPUT LAUT (TRL)
Eucheuma cottoni PADA PENGOLAHAN BAKSO IKAN
Deskripsi Teknologi
Bakso ikan merupakan produk yang berbentuk bulat dengan ukuran sedang atau sesuai selera. Bakso terbuat dari lumatan daging ikan,baik yang sudah mengalami perlakuan pencucian (surimi) atau tidak (mince). Untuk mendapatkan tekstur bakso ikan yang kenyal dan elastis, biasanya ditambahkan bahan tambahan makanan yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan kekenyatannya (gel strength), dalam hal ini ialah karagenan atau TRL.
Aspek Inovatif
Karagenan atau TRL selain sebagai pengenyal (gelling agent) dalam proses pengolahan bakso ikan juga digunakan untuk meningkatkan kandungan serat pada bakso ikan.
Keunggulan
- Penambahan karagenan atau TRL pada bakso ikan, meningkatkan kandungan serat produk,
- Dapat diterapkan pada industri sekala besar dan rumah tangga
- memiliki penampakan, aroma dan tekstur yang sama dengan bakso komersil
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Eucheuma cottoni PADA PENGOLAHAN BAKSO IKAN
Deskripsi Teknologi
Bakso ikan merupakan produk yang berbentuk bulat dengan ukuran sedang atau sesuai selera. Bakso terbuat dari lumatan daging ikan,baik yang sudah mengalami perlakuan pencucian (surimi) atau tidak (mince). Untuk mendapatkan tekstur bakso ikan yang kenyal dan elastis, biasanya ditambahkan bahan tambahan makanan yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan kekenyatannya (gel strength), dalam hal ini ialah karagenan atau TRL.
Aspek Inovatif
Karagenan atau TRL selain sebagai pengenyal (gelling agent) dalam proses pengolahan bakso ikan juga digunakan untuk meningkatkan kandungan serat pada bakso ikan.
Keunggulan
- Penambahan karagenan atau TRL pada bakso ikan, meningkatkan kandungan serat produk,
- Dapat diterapkan pada industri sekala besar dan rumah tangga
- memiliki penampakan, aroma dan tekstur yang sama dengan bakso komersil
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
ikan terbang - Flyingfish
Flyingfish
Ikan terbang sirip layar
Parexocoetus brachypterus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Beloniformes
Famili: Exocoetidae
Genera
Cheilopogon
Cypselurus
Danichthys
Exocoetus
Fodiator
Hirundichthys
Oxyporhamphus
Parexocoetus
Prognichthys
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_terbang
Ikan terbang sirip layar
Parexocoetus brachypterus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Beloniformes
Famili: Exocoetidae
Genera
Cheilopogon
Cypselurus
Danichthys
Exocoetus
Fodiator
Hirundichthys
Oxyporhamphus
Parexocoetus
Prognichthys
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_terbang
PENGGUNAAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA PENGOLAHAN TERASI
PENGGUNAAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI
PADA PENGOLAHAN TERASI
Deskripsi Teknologi
Zat pewarna alami atau pigmen alami merupakan senyawa pewarna yang berasal dari sumber-sumber makhluk hidup seperti hewan dan tanaman. Penggunaan angkak pada pengolahan terasi berfungsi sebagai bahan pewarna alami dan pengawet. Angkak tidak mempunyai rasa serta warna merahnya stabil. Penambahan bahan pewarna dilakukan pada tahap pengilingan akhir.
Aspek inovatif
Bahan tambahan makanan yang
digunakan merupakan
pewarna makanan yang alami dan aman untuk makanan (angkak dan ekstraksi daun erpa).
Keunggulan
• Bahan pewarna pada pengolahan terasi merupakan bahan
pewarna makanan alami (ekstraksi daur, erpa dan angkak),
• Pada penambahan angkak, terasi berwarna merah tua, bersih, mengkilat dan bau terasi khas,
• Angkak mudah diperoleh dan telah banyak digunakan sebagai bahan pengawet dan penyedap makanan
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikana, DKP, 2009
PADA PENGOLAHAN TERASI
Deskripsi Teknologi
Zat pewarna alami atau pigmen alami merupakan senyawa pewarna yang berasal dari sumber-sumber makhluk hidup seperti hewan dan tanaman. Penggunaan angkak pada pengolahan terasi berfungsi sebagai bahan pewarna alami dan pengawet. Angkak tidak mempunyai rasa serta warna merahnya stabil. Penambahan bahan pewarna dilakukan pada tahap pengilingan akhir.
Aspek inovatif
Bahan tambahan makanan yang
digunakan merupakan
pewarna makanan yang alami dan aman untuk makanan (angkak dan ekstraksi daun erpa).
Keunggulan
• Bahan pewarna pada pengolahan terasi merupakan bahan
pewarna makanan alami (ekstraksi daur, erpa dan angkak),
• Pada penambahan angkak, terasi berwarna merah tua, bersih, mengkilat dan bau terasi khas,
• Angkak mudah diperoleh dan telah banyak digunakan sebagai bahan pengawet dan penyedap makanan
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikana, DKP, 2009
ikan betok
Betok
Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.) atau pepuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Anabantidae
Genus: Anabas
Spesies: A. testudineus
Pemerian
Ikan yang umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku.
Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang.
Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
Kebiasaan dan Penyebaran
Betok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka.
Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar.
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.
Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace.
Cara mendapatkan ikan ini (betok) pada kebanyak daerah dengan dipancing dengan umpan cacing, akan tetapi ada juga dengan menggunakan jangkrik, cilung (ulat bambu) akan tetapi di wilayah Kalimantan tengah dan Banjarmasin kebiasaan penduduk disana memiliki cara tersendiri, yaitu dengan mencampur telor semut(kroto) dengan getah karet dan dimasak dengan cara dikukus.Umpan ini selain ikan betok juga dapat sebagai umpan ikan saluang.
Masakan
Masyarakat Banjar dan pesisir Kalimantan Tengah memiliki menu khas dari ikan betok (pepuyu dalam bahasa setempat). Pepuyu bakar terkenal sebagai masakan yang enak dari daerah Banjarmasin. Dikenal pula wadi pepuyu, ikan betok yang dibuang sisik, jerohan, dan insangnya dan difermentasi dengan bantuan garam dalam wadah beling. Wadi pepuyu dimasak sesuai selera, digoreng atau disayur.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Betok
Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.) atau pepuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Anabantidae
Genus: Anabas
Spesies: A. testudineus
Pemerian
Ikan yang umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku.
Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang.
Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
Kebiasaan dan Penyebaran
Betok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka.
Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar.
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.
Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace.
Cara mendapatkan ikan ini (betok) pada kebanyak daerah dengan dipancing dengan umpan cacing, akan tetapi ada juga dengan menggunakan jangkrik, cilung (ulat bambu) akan tetapi di wilayah Kalimantan tengah dan Banjarmasin kebiasaan penduduk disana memiliki cara tersendiri, yaitu dengan mencampur telor semut(kroto) dengan getah karet dan dimasak dengan cara dikukus.Umpan ini selain ikan betok juga dapat sebagai umpan ikan saluang.
Masakan
Masyarakat Banjar dan pesisir Kalimantan Tengah memiliki menu khas dari ikan betok (pepuyu dalam bahasa setempat). Pepuyu bakar terkenal sebagai masakan yang enak dari daerah Banjarmasin. Dikenal pula wadi pepuyu, ikan betok yang dibuang sisik, jerohan, dan insangnya dan difermentasi dengan bantuan garam dalam wadah beling. Wadi pepuyu dimasak sesuai selera, digoreng atau disayur.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Betok
TEKNOLOGI ALAT PENGEPRES RUMPUT LAUT KERING
TEKNOLOGI ALAT PENGEPRES RUMPUT LAUT KERING
Deskripsi Teknologi
Alat pengepres rumput laut yang dihasilkan mempunyai panjang 75 cm, lebar 170 cm dan tinggi 160 cm dengan bahan kerangka dari besi F tebal 1 cm dan besi U 13,5 cm. Penempatan bahan baku berukuran P x L x T= 40 cm x 70 cm x 100 cm dengan bahan dari plat stainless, sedangkan wadah setelah dipress mempunyai ukuran P x L x T = 70 x 40 x 27 cm dari plat stainless. Dalam operasionalnya rumput laut yang dipress . mengalami penyusutan volume rata-rata sebesar 19,57 - 56,80%. Penyusutan volume yang terbesar pada rumput laut jenis Gracilaria sp.
Aspek Inovatif
Rumput laut kering memerlukan volume ruang yang besar, sering kali merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam pengiriman rumput laut tersebut baik dari petani ke pengumpul, maupun dari pegumpul untuk di ekspor. Inovasi suatu alat yang
dapat menurunkan volume rumput laut, salah satunya adalah alat pengepress rumput laut.
Keunggulan
• Penyusutan volume rumput laut rata-rata 19,57 - 56,80%,
• Biaya transportasi dapat diturunkan, dengan ekspedisi rumput
laut yang dipress biaya yang dikeluarkan akan lebih murah
36,47%. Sedangkan dengan transportasi borongan biaya yang
dikeluarkan juga lebih murah 36,31%,
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Deskripsi Teknologi
Alat pengepres rumput laut yang dihasilkan mempunyai panjang 75 cm, lebar 170 cm dan tinggi 160 cm dengan bahan kerangka dari besi F tebal 1 cm dan besi U 13,5 cm. Penempatan bahan baku berukuran P x L x T= 40 cm x 70 cm x 100 cm dengan bahan dari plat stainless, sedangkan wadah setelah dipress mempunyai ukuran P x L x T = 70 x 40 x 27 cm dari plat stainless. Dalam operasionalnya rumput laut yang dipress . mengalami penyusutan volume rata-rata sebesar 19,57 - 56,80%. Penyusutan volume yang terbesar pada rumput laut jenis Gracilaria sp.
Aspek Inovatif
Rumput laut kering memerlukan volume ruang yang besar, sering kali merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam pengiriman rumput laut tersebut baik dari petani ke pengumpul, maupun dari pegumpul untuk di ekspor. Inovasi suatu alat yang
dapat menurunkan volume rumput laut, salah satunya adalah alat pengepress rumput laut.
Keunggulan
• Penyusutan volume rumput laut rata-rata 19,57 - 56,80%,
• Biaya transportasi dapat diturunkan, dengan ekspedisi rumput
laut yang dipress biaya yang dikeluarkan akan lebih murah
36,47%. Sedangkan dengan transportasi borongan biaya yang
dikeluarkan juga lebih murah 36,31%,
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Anatomi dan Biologi Ikan
Anatomi dan Biologi Ikan
DEFINISI IKAN (PISCES)
Bertulang belakang (termasuk vertebrata), habitatnya perairan, bernapas dengan insang (terutama), bergerak dan menjaga keseimbangan tubunya menggunakan sirip-sirip, bersifat poikilotermal.
MORFOLOGI (Bentuk Tubuh) IKAN
Bervariasi sekali, tetapi morfologi dasarnya adalah terdiri dari kepala, badan, dan ekor gambar 1, gambar 2.a bentuk umum : bilateral simetri, dan gambar 2.b nonsimetri
ANATOMI
Ada 10 sistem anatomi pada tubuh ikan :
1. Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir, dan sumber-sumber pewarnaan.
2. Sistem otot (urat daging): - penggerak tubuh, sirip-sirip, insang
- organ listrik
3. Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot; pelindung organ-organ dalam dan penegak tubuh
4. Sistem pernapasan (respirasi): organnya terutama insang; ada organ-organ tambahan
5. Sistem peredaran darah (sirkulasi) : - organnya jantung dan sel-sel darah
- mengedarkan O2, nutrisi, dsb
6. Sistem pencernaan : organnya saluran pencernaan dari mulut – anus
7. Sistem saraf : organnya otak dan saraf-saraf tepi
8. Sistem hormon : kelenjar-kelenjar hormon; untuk pertumbuhan, reproduksi, dsb
9. Sistem ekskresi dan osmoregulasi : organnya terutama ginjal
10. Sistem reproduksi dan embriologi : organnya gonad jantan dan betina
Ada hubungan yg sangat erat antara ke-10 sistem anatomi tersebut, misalnya :
- sistem urat daging dan sistem rangka mempengaruhi bentuk tubuh menentukan cara bergeraknya
- sistem pernafasan dan peredaran darah O2 dari perairan ditangkap oleh darah, dipertukarkan dg CO2 dibawa ke seluruh tubuh melalui darah
1. SISTEM PENUTUP TUBUH/KULIT
Kulit terdiri dari 2 lapis :
- epidermis; terluar, tipis, selalu berganti
- dermis; di bawah epidermis, lebih tebal, tempat terbentuknya sisik
- Fungsi kulit :
- 1. pembungkus/penutup tubuh
2. pertahanan pertama terhadap penyakit dan parasit
3. penyesuaian terhadap kondisi lingkungan
4. alat ekskresi – osmoregulasi
5. alat pernafasan tambahan
Organ yang terdapat pada kulit :
- sisik, termasuk skut dan kil
- kelenjar lendir
- kelenjar racun
- sumber pewarnaan
- organ cahaya ikan-ikan laut dalam
Tipe-tipe sisik : sikloid, ktenoid, plakoid, ganoid, cesmoid.
Kelenjar lendir : mengeluarkan lendir
fungsi lendir :
1. mencegah gesekan badan dengan air, mempercepat gerakan
2. mencegah keluar-masuk air melalui kulit
3. mencegah infeksi
4. menutup luka
5. mencegah kekeringan (pada ikan paru-paru)
6. membuat sarang (pada spesies ikan tertentu)
Kelenjar racun : pada spesies-spesies tertentu modifikasi kelenjar lendir, letaknya berbeda-beda di sirip-sirip, fungsinya untuk pertahanan diri, menyerang, dan mencari makan.
Sumber pewarnaan pada ikan : fungsi pewarnaan penyamaran, persembunyian, pemberitahuan, menghindar dari predator, menunggu mangsa, komunikasi dengan lawan jenis.
2. SISTEM URAT DAGING (OTOT)
Jenisnya :
- bergaris
- polos
- jantung
Kerjanya :
- di bawah rangsang saraf
- tidak di bawah rangsang saraf
Fungsinya : untuk pergerakan tubuh, sirip-sirip, rongga mulut, dan organ-organ dalam.
Pada ikan ada modifikasi urat daging, menjadi organ listrik pada ± 250 spesies ikan terutama ikan-ikan laut, di daerah tropis dan sub-tropis. Fungsinya untuk pertahanan diri (voltase listrik yg dihasilkan tinggi) dan untuk mencari makan (voltase rendah).
3. SISTEM RANGKA (TULANG)
Fungsi rangka :
1. penegak tubuh
2. tempat melekatnya otot
3. pelindung organ-organ dalam
4. membentuk eritrosit
Berdasarkan strukturnya, rangka ikan ada 2 macam :
a. Rangka tulang rawan, pada ikan-ikan Elasmobranchii (cucut dll)
b. Rangka tulang benar, pada ikan-ikan Teleostei (pada umumnya ikan-ikan)
Berdasarkan letaknya :
- tulang tengkorak
- tulang punggung
- tulang rusuk
- tulang penyokong insang disebut rangka VISCERAL
- tulang penyokong sirip disebut rangka APPENDICULAR
Tulang-tulang penutup insang :
- operculum
- sub operculum – di bawah
- pre operculum – di depan
- interculum – diantara
4. SISTEM PENCERNAAN
Definisi : Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.
Organ-organ : Saluran pencernaan terdiri dari (dari arah depan/anterior ke arah belakang/posterior) berturut-turut : mulut/rongga mulut esofagus lambung hati, empedu, pankreas (pilorus dan pilorik saeka) usus
Organ-organ tambahan : kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pancreas
Organ-organ pelengkap : sungut, gigi, tapis insang.
Menurut jenis makanannya, ikan tergolong menjadi karnivor (makan ikan lain, kepiting, serangga, dsb), herbivor (makan plankton, tanaman air, dsb), dan omnivor (makannya campuran).
Jenis makanan ikan dan cara makannya dapat diduga dari :
- bentuk mulut, posisi mulut
- tipe gigi : canin, incisor, dsb
- tulang-tulang tapis insang : rapat, panjang, halus, dsb
- perbandingan antara panjang usus dengan panjang tubuhnya
Untuk efektivitas sistem pencernaan, terdapat modifikasi-modifikasi pada lambung (misalkan belanak) dan pada usus (misal pada ikan hiu).
Dengan mengetahui jenis makanan alami dan cara makannya, dapat diterapkan pada usaha budidaya ikan.
5. SISTEM SIRKULASI (PEREDARAN DARAH)
Definisi : Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh.
Organ-organ : jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah)
Jantung ikan :
- Fungsi : memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Beda jantung ikan dengan jantung hewan lain ada alat pacu jantung yg memungkinkan jantung terus berdenyut walaupun otak sudah rusak
- Bagian-bagian jantung :
• Atrium – berdinding tipis
• Ventrikal – berdinding tebal, sebagai pemompa darah
• Bulbus arteriosus
Sebelum atrium, terdapat sinus venosus (SV) yang mengumpulkan darah berkadar CO2 tinggi, berasal dari organ-organ tertentu. Darah dari SV masuk ke dalam atrium melalui katup sinuautrial, dari atrium darah masuk ke dalam ventricle melalui katup atrioventricular. Dari ventrikel darah ditekan dengan daya pompa padanya, menuju ke arah aorta ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran O2 dengan CO2 (pada sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan kandungan O2 tinggi diedarkan ke daerah kepala, ke bagian dorsal, ke ventral, dan ekor setelah mengedarkan nutrisi dsb kembali ke jantung dan seterusnya.
6. SISTEM PERNAFASAN
Definisi : Pernafasan : pertukaran CO2 (sisa-sisa proses metabolisme tubuh yg harus dibuang) dengan O2 (berasal dari perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dsb).
Organ-organ pernafasan :
- terutama insang letak? mengambil O2 dari perairan
- organ tambahan paru-paru, labirin, dsb mengambil O2 dari udara;
kulit dan kantung kuning telur pada embrio dan larva
Insang, bagian-bagiannya :
- tulang lengkung insang
- tulang tapis insang
- daun insang
Fungsi bagian-bagian insang :
1. Tulang lengkung insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf
2. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang
3. Daun insang, berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.
Mekanisme pernafasan :
Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
Hal-hal yang berkaitan dg sistem pernafasan :
1. Perairan harus mengandung O2 cukup banyak
2. Bila perairan kurang O2, ikan akan a.l :
a. menuju permukaan pedagang ikan
b. menuju tempat pemasukkan air
c. menuju tempat air yg berarus
3. Daun insang harus dalam keadaan lembab
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2:
1. ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan O2 >>
2. aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu O2 >>
3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan O2 >>
4. Stadia reproduksi
7 & 8 SISTEM SARAF DAN HORMON
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme akan merangsang jaringan-jaringan a.l untuk bergerak.
Sistem saraf terdiri dari :
- sistem cerebro spinal :
• sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung
• sistem saraf tepi
- sistem otonomi : simpati dan parasimpati
- organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL
Keistimewaan sistem saraf pada ikan : sistem saraf pada LL mendeteksi kondisi lingkungan (pH, suhu, dsb) karena mengandung ujung-ujung sel saraf dan sel darah.
Sistem Hormon : Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon a.l hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi & osmoregulasi.
Menurut hasil kelenjar hormon :
- endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
- ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.
9. SISTEM EKSKRESI DAN OSMOREGULASI
Definisi :
Sistem Ekskresi : sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan).
Sistem Osmoregulasi : sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan).
Organ-organ dalam sistem ekskresi : kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.
Organ-organ sistem osmoregulasi : kulit, ginjal, insang, lapisan tipis mulut.
Ginjal : teletak di atas rongga perut, di luar peritonium, di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, sebanyak satu pasang, berwarna merah, memanjang.
Fungsi Ginjal :
1. menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah
2. mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh
Tekanan osmotik cairan tubuh berbeda antara ikan-ikan bertulang benar (Teleostei) yang hidup di laut dengan yang hidup di perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertulang rawan (Elasmobranchii), sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda, demikian juga dengan sistem osmoregulasinya.
10. SISTEM REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI
Definisi : Sistem reproduksi adalah sistem untuk mempertahankan/melestarikan spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertil. Embriologi adalah urutan proses perkembangan dari zygot (hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma) sampai menjadi anak ikan dan seterusnya.
Organ-organ reproduksi :
Organ kelamin (gonad) : menghasilkan sel-sel kelamin (gamet)
4. Gonad jantan : testes, biasanya sepasang, kiri dan kanan menghasilkan spermatozoa
5. Gonad betina : ovari/ovarium menghasilkan telur
Tipe reproduksi :
Berdasarkan organ kelamin :
1. Biseksual (individu betina terpisah dari individu jantan) 2 macam
2. Hermafrodit (sel kelamin jantan dan betina terdapat pada satu individu)
3 macam
3. Partenogenesis dan ginogenesis
Berdasarkan proses pembuahan sel telur oleh spermatozoa :
1. Eksternal (ovivar) : pembuahan di luar tubuh betina, perkembangan embrio di luar tubuh betina, jumlah telur ratusan s.d ribuan
2. Internal
a. vivipar : pembuahan di dalam tubuh betina, embrio mendapatkan sari makanan dari induk sampai menetas
b. ovovivipar : embrio mendapat sari makanan dari kuning telur
perlu organ penyalur spermatozoa :
- gonopodium (ikan seribu)
- clasper (cucut)
Berdasarkan perlindungan induk terhadap telur/anaknya :
1. tanpa perlindungan :
- telur banyak (ratusan ribu), ukuran kecil tongkol, patin, bandeng
- pemijahan di tempat terbuka
2. membuat sarang :
- tanpa ditunggu induk
- sarang dari daun-daunan, kayu, pasir
3. di lokasi khusus, tanpa perlindungan induk
- di bebatuan, tenggelam di dasar
- di tanaman air
- diletakkan pada cangkang bivalva hidup
- diletakkan di pasir
4. perlindungan induk di luar tubuh
- buih/gelembung
- kayu/daun
- lubang/sarang
5. perlindungan induk di dalam tubuh
- di dalam mulut
- di cekungan di kepala
- di dalam ”uterus”
Ciri kelamin
1. Primer (gonad dan saluran yang terlibat langsung dalam proses reproduksi)
- jantan : organnya testes dengan salurannya vas deferens
- betina : organnya ovarium dengan salurannya oviduct
baru diketahui setelah dilakukan pembedahan
2. Sekunder (terlihat dari luar, tidak terlibat langsung dalam reproduksi)
- bentuk/ukuran (dimorfisme)
badan, kepala, ukuran sirip, adanya genital papila, ovopositor
- warna (dikromatisme)
jantan : cerah, warna-warni
betina : sederhana, hanya satu warna
- tingkah laku
jantan : agresif, lincah, membuat sarang
betina : tenang, menunggu sarang selesai
sumber : http://smartsains.blogspot.com
DEFINISI IKAN (PISCES)
Bertulang belakang (termasuk vertebrata), habitatnya perairan, bernapas dengan insang (terutama), bergerak dan menjaga keseimbangan tubunya menggunakan sirip-sirip, bersifat poikilotermal.
MORFOLOGI (Bentuk Tubuh) IKAN
Bervariasi sekali, tetapi morfologi dasarnya adalah terdiri dari kepala, badan, dan ekor gambar 1, gambar 2.a bentuk umum : bilateral simetri, dan gambar 2.b nonsimetri
ANATOMI
Ada 10 sistem anatomi pada tubuh ikan :
1. Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir, dan sumber-sumber pewarnaan.
2. Sistem otot (urat daging): - penggerak tubuh, sirip-sirip, insang
- organ listrik
3. Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot; pelindung organ-organ dalam dan penegak tubuh
4. Sistem pernapasan (respirasi): organnya terutama insang; ada organ-organ tambahan
5. Sistem peredaran darah (sirkulasi) : - organnya jantung dan sel-sel darah
- mengedarkan O2, nutrisi, dsb
6. Sistem pencernaan : organnya saluran pencernaan dari mulut – anus
7. Sistem saraf : organnya otak dan saraf-saraf tepi
8. Sistem hormon : kelenjar-kelenjar hormon; untuk pertumbuhan, reproduksi, dsb
9. Sistem ekskresi dan osmoregulasi : organnya terutama ginjal
10. Sistem reproduksi dan embriologi : organnya gonad jantan dan betina
Ada hubungan yg sangat erat antara ke-10 sistem anatomi tersebut, misalnya :
- sistem urat daging dan sistem rangka mempengaruhi bentuk tubuh menentukan cara bergeraknya
- sistem pernafasan dan peredaran darah O2 dari perairan ditangkap oleh darah, dipertukarkan dg CO2 dibawa ke seluruh tubuh melalui darah
1. SISTEM PENUTUP TUBUH/KULIT
Kulit terdiri dari 2 lapis :
- epidermis; terluar, tipis, selalu berganti
- dermis; di bawah epidermis, lebih tebal, tempat terbentuknya sisik
- Fungsi kulit :
- 1. pembungkus/penutup tubuh
2. pertahanan pertama terhadap penyakit dan parasit
3. penyesuaian terhadap kondisi lingkungan
4. alat ekskresi – osmoregulasi
5. alat pernafasan tambahan
Organ yang terdapat pada kulit :
- sisik, termasuk skut dan kil
- kelenjar lendir
- kelenjar racun
- sumber pewarnaan
- organ cahaya ikan-ikan laut dalam
Tipe-tipe sisik : sikloid, ktenoid, plakoid, ganoid, cesmoid.
Kelenjar lendir : mengeluarkan lendir
fungsi lendir :
1. mencegah gesekan badan dengan air, mempercepat gerakan
2. mencegah keluar-masuk air melalui kulit
3. mencegah infeksi
4. menutup luka
5. mencegah kekeringan (pada ikan paru-paru)
6. membuat sarang (pada spesies ikan tertentu)
Kelenjar racun : pada spesies-spesies tertentu modifikasi kelenjar lendir, letaknya berbeda-beda di sirip-sirip, fungsinya untuk pertahanan diri, menyerang, dan mencari makan.
Sumber pewarnaan pada ikan : fungsi pewarnaan penyamaran, persembunyian, pemberitahuan, menghindar dari predator, menunggu mangsa, komunikasi dengan lawan jenis.
2. SISTEM URAT DAGING (OTOT)
Jenisnya :
- bergaris
- polos
- jantung
Kerjanya :
- di bawah rangsang saraf
- tidak di bawah rangsang saraf
Fungsinya : untuk pergerakan tubuh, sirip-sirip, rongga mulut, dan organ-organ dalam.
Pada ikan ada modifikasi urat daging, menjadi organ listrik pada ± 250 spesies ikan terutama ikan-ikan laut, di daerah tropis dan sub-tropis. Fungsinya untuk pertahanan diri (voltase listrik yg dihasilkan tinggi) dan untuk mencari makan (voltase rendah).
3. SISTEM RANGKA (TULANG)
Fungsi rangka :
1. penegak tubuh
2. tempat melekatnya otot
3. pelindung organ-organ dalam
4. membentuk eritrosit
Berdasarkan strukturnya, rangka ikan ada 2 macam :
a. Rangka tulang rawan, pada ikan-ikan Elasmobranchii (cucut dll)
b. Rangka tulang benar, pada ikan-ikan Teleostei (pada umumnya ikan-ikan)
Berdasarkan letaknya :
- tulang tengkorak
- tulang punggung
- tulang rusuk
- tulang penyokong insang disebut rangka VISCERAL
- tulang penyokong sirip disebut rangka APPENDICULAR
Tulang-tulang penutup insang :
- operculum
- sub operculum – di bawah
- pre operculum – di depan
- interculum – diantara
4. SISTEM PENCERNAAN
Definisi : Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.
Organ-organ : Saluran pencernaan terdiri dari (dari arah depan/anterior ke arah belakang/posterior) berturut-turut : mulut/rongga mulut esofagus lambung hati, empedu, pankreas (pilorus dan pilorik saeka) usus
Organ-organ tambahan : kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pancreas
Organ-organ pelengkap : sungut, gigi, tapis insang.
Menurut jenis makanannya, ikan tergolong menjadi karnivor (makan ikan lain, kepiting, serangga, dsb), herbivor (makan plankton, tanaman air, dsb), dan omnivor (makannya campuran).
Jenis makanan ikan dan cara makannya dapat diduga dari :
- bentuk mulut, posisi mulut
- tipe gigi : canin, incisor, dsb
- tulang-tulang tapis insang : rapat, panjang, halus, dsb
- perbandingan antara panjang usus dengan panjang tubuhnya
Untuk efektivitas sistem pencernaan, terdapat modifikasi-modifikasi pada lambung (misalkan belanak) dan pada usus (misal pada ikan hiu).
Dengan mengetahui jenis makanan alami dan cara makannya, dapat diterapkan pada usaha budidaya ikan.
5. SISTEM SIRKULASI (PEREDARAN DARAH)
Definisi : Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh.
Organ-organ : jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik (vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan : darah (plasma darah dan butir-butir darah)
Jantung ikan :
- Fungsi : memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Beda jantung ikan dengan jantung hewan lain ada alat pacu jantung yg memungkinkan jantung terus berdenyut walaupun otak sudah rusak
- Bagian-bagian jantung :
• Atrium – berdinding tipis
• Ventrikal – berdinding tebal, sebagai pemompa darah
• Bulbus arteriosus
Sebelum atrium, terdapat sinus venosus (SV) yang mengumpulkan darah berkadar CO2 tinggi, berasal dari organ-organ tertentu. Darah dari SV masuk ke dalam atrium melalui katup sinuautrial, dari atrium darah masuk ke dalam ventricle melalui katup atrioventricular. Dari ventrikel darah ditekan dengan daya pompa padanya, menuju ke arah aorta ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran O2 dengan CO2 (pada sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan kandungan O2 tinggi diedarkan ke daerah kepala, ke bagian dorsal, ke ventral, dan ekor setelah mengedarkan nutrisi dsb kembali ke jantung dan seterusnya.
6. SISTEM PERNAFASAN
Definisi : Pernafasan : pertukaran CO2 (sisa-sisa proses metabolisme tubuh yg harus dibuang) dengan O2 (berasal dari perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dsb).
Organ-organ pernafasan :
- terutama insang letak? mengambil O2 dari perairan
- organ tambahan paru-paru, labirin, dsb mengambil O2 dari udara;
kulit dan kantung kuning telur pada embrio dan larva
Insang, bagian-bagiannya :
- tulang lengkung insang
- tulang tapis insang
- daun insang
Fungsi bagian-bagian insang :
1. Tulang lengkung insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf
2. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang
3. Daun insang, berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.
Mekanisme pernafasan :
Pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
Hal-hal yang berkaitan dg sistem pernafasan :
1. Perairan harus mengandung O2 cukup banyak
2. Bila perairan kurang O2, ikan akan a.l :
a. menuju permukaan pedagang ikan
b. menuju tempat pemasukkan air
c. menuju tempat air yg berarus
3. Daun insang harus dalam keadaan lembab
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2:
1. ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan O2 >>
2. aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu O2 >>
3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan O2 >>
4. Stadia reproduksi
7 & 8 SISTEM SARAF DAN HORMON
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan hormon dikirim ke organ target dan aktivitas metabolisme akan merangsang jaringan-jaringan a.l untuk bergerak.
Sistem saraf terdiri dari :
- sistem cerebro spinal :
• sistem saraf pusat : otak dan tulang punggung
• sistem saraf tepi
- sistem otonomi : simpati dan parasimpati
- organ-organ khusus : hidung, telinga, mata, LL
Keistimewaan sistem saraf pada ikan : sistem saraf pada LL mendeteksi kondisi lingkungan (pH, suhu, dsb) karena mengandung ujung-ujung sel saraf dan sel darah.
Sistem Hormon : Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon a.l hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi & osmoregulasi.
Menurut hasil kelenjar hormon :
- endo hormon : yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
- ekto hormon : yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.
9. SISTEM EKSKRESI DAN OSMOREGULASI
Definisi :
Sistem Ekskresi : sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan).
Sistem Osmoregulasi : sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan).
Organ-organ dalam sistem ekskresi : kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.
Organ-organ sistem osmoregulasi : kulit, ginjal, insang, lapisan tipis mulut.
Ginjal : teletak di atas rongga perut, di luar peritonium, di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, sebanyak satu pasang, berwarna merah, memanjang.
Fungsi Ginjal :
1. menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah
2. mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh
Tekanan osmotik cairan tubuh berbeda antara ikan-ikan bertulang benar (Teleostei) yang hidup di laut dengan yang hidup di perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertulang rawan (Elasmobranchii), sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda, demikian juga dengan sistem osmoregulasinya.
10. SISTEM REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI
Definisi : Sistem reproduksi adalah sistem untuk mempertahankan/melestarikan spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertil. Embriologi adalah urutan proses perkembangan dari zygot (hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma) sampai menjadi anak ikan dan seterusnya.
Organ-organ reproduksi :
Organ kelamin (gonad) : menghasilkan sel-sel kelamin (gamet)
4. Gonad jantan : testes, biasanya sepasang, kiri dan kanan menghasilkan spermatozoa
5. Gonad betina : ovari/ovarium menghasilkan telur
Tipe reproduksi :
Berdasarkan organ kelamin :
1. Biseksual (individu betina terpisah dari individu jantan) 2 macam
2. Hermafrodit (sel kelamin jantan dan betina terdapat pada satu individu)
3 macam
3. Partenogenesis dan ginogenesis
Berdasarkan proses pembuahan sel telur oleh spermatozoa :
1. Eksternal (ovivar) : pembuahan di luar tubuh betina, perkembangan embrio di luar tubuh betina, jumlah telur ratusan s.d ribuan
2. Internal
a. vivipar : pembuahan di dalam tubuh betina, embrio mendapatkan sari makanan dari induk sampai menetas
b. ovovivipar : embrio mendapat sari makanan dari kuning telur
perlu organ penyalur spermatozoa :
- gonopodium (ikan seribu)
- clasper (cucut)
Berdasarkan perlindungan induk terhadap telur/anaknya :
1. tanpa perlindungan :
- telur banyak (ratusan ribu), ukuran kecil tongkol, patin, bandeng
- pemijahan di tempat terbuka
2. membuat sarang :
- tanpa ditunggu induk
- sarang dari daun-daunan, kayu, pasir
3. di lokasi khusus, tanpa perlindungan induk
- di bebatuan, tenggelam di dasar
- di tanaman air
- diletakkan pada cangkang bivalva hidup
- diletakkan di pasir
4. perlindungan induk di luar tubuh
- buih/gelembung
- kayu/daun
- lubang/sarang
5. perlindungan induk di dalam tubuh
- di dalam mulut
- di cekungan di kepala
- di dalam ”uterus”
Ciri kelamin
1. Primer (gonad dan saluran yang terlibat langsung dalam proses reproduksi)
- jantan : organnya testes dengan salurannya vas deferens
- betina : organnya ovarium dengan salurannya oviduct
baru diketahui setelah dilakukan pembedahan
2. Sekunder (terlihat dari luar, tidak terlibat langsung dalam reproduksi)
- bentuk/ukuran (dimorfisme)
badan, kepala, ukuran sirip, adanya genital papila, ovopositor
- warna (dikromatisme)
jantan : cerah, warna-warni
betina : sederhana, hanya satu warna
- tingkah laku
jantan : agresif, lincah, membuat sarang
betina : tenang, menunggu sarang selesai
sumber : http://smartsains.blogspot.com
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SNACK NILEM GORENG
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SNACK NILEM GORENG
Deskripsi Teknologi
Teknologi ini berupa proses pembuatan makanan ringan snack nilem goreng yang memiliki efek pengawetan, ditandai dengan hancurnya mikroorganisme dan enzim oleh suhu panas, penurunan kadar air bebas dan minyak di permukaan makanan.
Aspek Inovatif
Pengembangan produk dengan metoda deep fat frying dengan kondisi akhir yang sangat kering, baik dari kandungan air maupun minyak yang biasa terdapat pada produk yang digoreng, produk ini mempunyai nilai tambah, baik dari sisi rasa, kenampakan, daya awet, nutrisi maupun nilai ekonomi.
Keunggulan
* Produk sangat renyah, enak dan tidak berbau amis,
* Pembuatannya mudah, sederhana, biaya murah dan atternatif
pengembangan usaha berbasis produk snack ikan air tawar,
* Teknologi dapat dilakukan dalam industri Skala rumah tangga,
• Produk snack nilem goreng ini menambah keanekaragaman produk hasil perikanan yang telah ada.
sumber : Balai besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Deskripsi Teknologi
Teknologi ini berupa proses pembuatan makanan ringan snack nilem goreng yang memiliki efek pengawetan, ditandai dengan hancurnya mikroorganisme dan enzim oleh suhu panas, penurunan kadar air bebas dan minyak di permukaan makanan.
Aspek Inovatif
Pengembangan produk dengan metoda deep fat frying dengan kondisi akhir yang sangat kering, baik dari kandungan air maupun minyak yang biasa terdapat pada produk yang digoreng, produk ini mempunyai nilai tambah, baik dari sisi rasa, kenampakan, daya awet, nutrisi maupun nilai ekonomi.
Keunggulan
* Produk sangat renyah, enak dan tidak berbau amis,
* Pembuatannya mudah, sederhana, biaya murah dan atternatif
pengembangan usaha berbasis produk snack ikan air tawar,
* Teknologi dapat dilakukan dalam industri Skala rumah tangga,
• Produk snack nilem goreng ini menambah keanekaragaman produk hasil perikanan yang telah ada.
sumber : Balai besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
TEKNOLOGI PENGOLAHAN NILA PUFF
TEKNOLOGI PENGOLAHAN NILA PUFF
Deskripsi Teknologi
Teknologi ini berupa proses pembuatan makanan ringan dalam bentuk produk ekstruksi yang pada umumnya terbuat dari bahan dasar jagung, memiliki tekstur yang cukup renyah dan mempunyai sifat mudah mengalami puffing.
Aspek Inovatif
Pengembangan produk ekstruksi dengan penambahan tepung ikan nila, sehingga menghasilkan produk bernilai tambah, baik dari sisi nutrisi maupun nilai ekonomi.
Keunggulan
• Menambah keranekaragaman produk ekstruksi pada produk perikanan,
• Rasa enak, renyah dan gurih, sangat disukai oleh kalangan anak dan remaja sebagai makanan ringan atau snack.
• Pembuatannya mudah dan sederhana, biaya murah, sehingga usaha ini merupakan alternatif pengembangan usaha produk ekstruksi yang cukup menjanjikan.
. dapat dilakukan dalam industri skala rumah tangga
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Deskripsi Teknologi
Teknologi ini berupa proses pembuatan makanan ringan dalam bentuk produk ekstruksi yang pada umumnya terbuat dari bahan dasar jagung, memiliki tekstur yang cukup renyah dan mempunyai sifat mudah mengalami puffing.
Aspek Inovatif
Pengembangan produk ekstruksi dengan penambahan tepung ikan nila, sehingga menghasilkan produk bernilai tambah, baik dari sisi nutrisi maupun nilai ekonomi.
Keunggulan
• Menambah keranekaragaman produk ekstruksi pada produk perikanan,
• Rasa enak, renyah dan gurih, sangat disukai oleh kalangan anak dan remaja sebagai makanan ringan atau snack.
• Pembuatannya mudah dan sederhana, biaya murah, sehingga usaha ini merupakan alternatif pengembangan usaha produk ekstruksi yang cukup menjanjikan.
. dapat dilakukan dalam industri skala rumah tangga
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAUS TIRAM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAUS TIRAM
Deskripsi Teknologi
Saus tiram adalah produk olahan yang memanfaatkan teknologi fermentasi. Untuk menjamin keberhasilan proses fermentasi saus tiram, maka dibantu oleh proses enzimatis, dalam hal ini adalah enzim bromelin yang terkandung dalam buah nanas.
Aspek Inovatif
Produk saus tiram memanfaatkan enzim bromelin yang terkandung dalam buah nanas yang diambil dari bagianbonggol nanas yang masih muda.
Keunggulan
• Memiliki cita rasa produk yang khas,
• Proses pengolahan yang cukup sederhana,
• Sarana dan prasarana yang tidak memerlukan investasi tinggi,
• Memanfaatkan kerang/tiram yang belum banyak dimanfaatkan
sebagai olahan
• Memberikan nilai tambah produk bagi pengolah perikanan.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
Deskripsi Teknologi
Saus tiram adalah produk olahan yang memanfaatkan teknologi fermentasi. Untuk menjamin keberhasilan proses fermentasi saus tiram, maka dibantu oleh proses enzimatis, dalam hal ini adalah enzim bromelin yang terkandung dalam buah nanas.
Aspek Inovatif
Produk saus tiram memanfaatkan enzim bromelin yang terkandung dalam buah nanas yang diambil dari bagianbonggol nanas yang masih muda.
Keunggulan
• Memiliki cita rasa produk yang khas,
• Proses pengolahan yang cukup sederhana,
• Sarana dan prasarana yang tidak memerlukan investasi tinggi,
• Memanfaatkan kerang/tiram yang belum banyak dimanfaatkan
sebagai olahan
• Memberikan nilai tambah produk bagi pengolah perikanan.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
TEKNOLOGI PENGOLAHAN JAMBAL ROTI DARI IKAN MANYUNG (Pangasius sp.)
TEKNOLOGI PENGOLAHAN JAMBAL ROTI DARI IKAN MANYUNG
(Pangasius sp.)
Deskripsi Teknologi
Jambal roti ikan patin diproses dengan menggunakan teknologi fermentasi. Dalam proses pembuatan jambal roti ikan patin (Pangasius sp.) dibutuhkan kondisi oksigen yang rendah dan kadar garam yang tinggi. Jambal roti ikan patin menghasilkan ikan dengan tekstur yang 'masir' seperti roti.
Aspek Inovatif
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jambal roti adalah ikan patin, dimana pada umumnya masih menggunakan ikan Manyung yang, ketersediaannya terbatas.
Keunggulan
• Memiliki cita rasa produk yang, khas,
• Memanfaatkan ikan patin sebagai bahan baku alternatif atau belum banyak dimanfaatkan / diolah secara optimal,
• Memberikan nilai tambah ikan patin bagi pengolah perikanan,
• Proses pengolahan cukup sederhana, didukung oleh sarana dan, prasarana yang tidak memerlukan investasi yang tinggi.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
(Pangasius sp.)
Deskripsi Teknologi
Jambal roti ikan patin diproses dengan menggunakan teknologi fermentasi. Dalam proses pembuatan jambal roti ikan patin (Pangasius sp.) dibutuhkan kondisi oksigen yang rendah dan kadar garam yang tinggi. Jambal roti ikan patin menghasilkan ikan dengan tekstur yang 'masir' seperti roti.
Aspek Inovatif
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jambal roti adalah ikan patin, dimana pada umumnya masih menggunakan ikan Manyung yang, ketersediaannya terbatas.
Keunggulan
• Memiliki cita rasa produk yang, khas,
• Memanfaatkan ikan patin sebagai bahan baku alternatif atau belum banyak dimanfaatkan / diolah secara optimal,
• Memberikan nilai tambah ikan patin bagi pengolah perikanan,
• Proses pengolahan cukup sederhana, didukung oleh sarana dan, prasarana yang tidak memerlukan investasi yang tinggi.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
TEKNOLOGI PRODUK BUBUR BAYI INSTAN BERPROTEIN IKAN
deskripsi teknologi
bubur bayi instan adalah produk yang dihasilkan dengan memanfaatkan teknologi pembekuan kering sehingga produk tersebut tidak mengalami penurunan giji yang tentunya sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita
aspek inovatif
bubur bayi instan di proses dengan menggunakan teknologi pembekuan kering yaitu dengan proses sublimasi dalam keadaan vakum sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan mutu akibat proses pengolahan
keunggulan
- mempertahankan aroma, warna, flavor, vitamin dan protein
- produk bersipat instan dan rehidrasi sempurna
- daya simpan produk lebih lama, bahan baku berasal dari HTS atau ikan-ikan non-ekonomis
- dapat dibuat dalam berbagai varian rasa dan warna yang lebih menarik dan disukai balita
- protein ikan dalam produk dapat meningkatkan kecerdasan dan tumbuh kembang balita
sumber : Balai besar pengembangan dan pengendalian hasil perikanan, DKP,2009
bubur bayi instan adalah produk yang dihasilkan dengan memanfaatkan teknologi pembekuan kering sehingga produk tersebut tidak mengalami penurunan giji yang tentunya sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita
aspek inovatif
bubur bayi instan di proses dengan menggunakan teknologi pembekuan kering yaitu dengan proses sublimasi dalam keadaan vakum sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan mutu akibat proses pengolahan
keunggulan
- mempertahankan aroma, warna, flavor, vitamin dan protein
- produk bersipat instan dan rehidrasi sempurna
- daya simpan produk lebih lama, bahan baku berasal dari HTS atau ikan-ikan non-ekonomis
- dapat dibuat dalam berbagai varian rasa dan warna yang lebih menarik dan disukai balita
- protein ikan dalam produk dapat meningkatkan kecerdasan dan tumbuh kembang balita
sumber : Balai besar pengembangan dan pengendalian hasil perikanan, DKP,2009
TEKNOLOGI PRODUK MIE IKAN INSTAN
Deskripsi teknologi
produk mie ikan instan adalah produk yang dihasilkan dengan memanfaatkan teknologi pembekuan kering, dimana produk yang dihasilkan bersifat instan. Mie ikan instan adalah makanan yang cukup digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Penambahan protein ikan akan menambah asupan gizi pada mie tersebut
aspek inovatif
Mie ikan instan diproses dengan menggunakan teknologi pembekuan kering yaitu dengan proses sublimasi dalam keadaan vakum sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan mutu akibat proses pengolahan
keunggulan
- mempertahankan aroma, warna, flavor, vitamin dan protein
- produk mie ikan bersifat instan dan rehidrasi sempurna
- daya simpan produk lama bahan baku berasal dari ikan hasil tangkapan samping (HTS) atau ikan-ikan non ekonomis
- mie ikan instan memberikan asupan protein hewani yang sangat baik bagi konsumen.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
produk mie ikan instan adalah produk yang dihasilkan dengan memanfaatkan teknologi pembekuan kering, dimana produk yang dihasilkan bersifat instan. Mie ikan instan adalah makanan yang cukup digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Penambahan protein ikan akan menambah asupan gizi pada mie tersebut
aspek inovatif
Mie ikan instan diproses dengan menggunakan teknologi pembekuan kering yaitu dengan proses sublimasi dalam keadaan vakum sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan mutu akibat proses pengolahan
keunggulan
- mempertahankan aroma, warna, flavor, vitamin dan protein
- produk mie ikan bersifat instan dan rehidrasi sempurna
- daya simpan produk lama bahan baku berasal dari ikan hasil tangkapan samping (HTS) atau ikan-ikan non ekonomis
- mie ikan instan memberikan asupan protein hewani yang sangat baik bagi konsumen.
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2009
TEKNOLOGI PRODUK BAKSO INSTAN
deskripsi teknologi
produk bakso ikan instan adalah produk yang dihasilkan dengan memanfaatkan teknologi pembekuan kering sehingga produk yang dihasilkan bersifat instan. Produk bakso ikan instan merupakan produk yang memiliki masa simpan yang cukup lama dan dapat disajikan secara praktis.
aspek inovatif
Bakso ikan instan diproses dengan menggunakan teknologi pembekuan kering yaitu dengan proses sublimasi dalam keadaan vakum sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan mutu akibat proses pengolahan
keunggulan
- mempertahankan aroma, warna, flavor, vitamin dan protein,
- produk bakso bersifat instan dan rehidrasi sempurna
- daya simpan produk lebih lama, bahan baku berasal dari ikan hasil tangkapan samping (HTS) atau ikan-ikan non ekonomis
- cara penyajian praktis, direndam air panas/direbus sehingga dapat langsung dikonsumsi
- dikonsumsi dengan makanan lain seperti mie, nasi atau sup
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2008
produk bakso ikan instan adalah produk yang dihasilkan dengan memanfaatkan teknologi pembekuan kering sehingga produk yang dihasilkan bersifat instan. Produk bakso ikan instan merupakan produk yang memiliki masa simpan yang cukup lama dan dapat disajikan secara praktis.
aspek inovatif
Bakso ikan instan diproses dengan menggunakan teknologi pembekuan kering yaitu dengan proses sublimasi dalam keadaan vakum sehingga produk yang dihasilkan tidak mengalami penurunan mutu akibat proses pengolahan
keunggulan
- mempertahankan aroma, warna, flavor, vitamin dan protein,
- produk bakso bersifat instan dan rehidrasi sempurna
- daya simpan produk lebih lama, bahan baku berasal dari ikan hasil tangkapan samping (HTS) atau ikan-ikan non ekonomis
- cara penyajian praktis, direndam air panas/direbus sehingga dapat langsung dikonsumsi
- dikonsumsi dengan makanan lain seperti mie, nasi atau sup
sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan, DKP, 2008
Pembuatan Kecap Ikan
Kecap adalah cairan jernih berwarna coklat yang mempunyai bau dan rasa yang khas serta banyak mengandung nitrogen terlarut dan garam. Kecap sebagai produk olahan sangat jarang atau bahkan tidak dikonsumsi secara langsung tetapi umumnya dijadikan bahan penyerta atau pemberi cita rasa pada masakan tertentu. Dengan demikian kecap berfungsi penyedap masakan atau ditambahkan pada nasi.
Kecap yang beredar di masyarakat digolongkan menjadi kecap asin dan kecap manis. Kecap asin mempunyai konsistensi yang encer, berwarna jernih dan mempunyai flavor seperti garam. Cita rasa yang khas ditimbulkan terutama berkaitan dengan senyawa-senyawa hasil biodegradasi protein yang berkombinasi dengan unsur-unsur gizi lain (lemak dan karbohidrat) yang terdapat dalam bahan makanan. Kecap dapat dibuat dari ikan-ikan ekonomis atau non ekonomis, isi perut atau dari berbagai macam jenis kerang-kerangan misalnya kupang.
Cara pembuatan kecap ikan tidak selalu sama. Masing-masing mempunyai cara tersendiri tergantung selera, kebiasaan serta ketrampilan si pembuat. Oleh karena itu kualitas produk yang dihasilkan juga berbeda-beda. Selain secara fermentasi dengan penambahan garam, kecap ikan dapat dibuat dengan cara hidrolisis enzimatis. Penambahan enzim pada pembuatan kecap ikan berfungsi untuk mempercepat hidrolisis protein.
Bahan dan Alat
Bahan :
Ikan, Enzim papain
Bumbu-bumbu :
Gula merah, Wijen, Laos, Pekak, Sereh, Ketumbar, Bawang putih, Kemiri, Daun salam
Alat-alat
Kompor, pisau, panci, blender, termometer, kain saring
Cara Pembuatan
1. Daging ikan yang sudah dihancurkan sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam wadah berisi 250 ml air
2. Enzim dicampurkan dengan konsentrasi 0,6%
3. Diinkubasi pada suhu 50˚C selama 32 jam
4. Didiamkan selama 30 menit kemudian disaring dengan kain saring sehingga didapatkan hasil hidrolisa daging ikan yang siap dimasak
5. Mencampur hasil hidrolisa daging ikan dengan bumbu yang sudah disangrai terlebih dahulu, dan memasaknya selama 15 menit. Bumbu yan gditambahkan adalah gula merah, laos, sereh, bawang putih, daun salam, ketumbar, pekak, wijen, adas, dan kemiri.
6. Setelah selesai pemasakan, kecap yang dihasilkan disaring.
sumber : http://bisnisukm.com
Kecap yang beredar di masyarakat digolongkan menjadi kecap asin dan kecap manis. Kecap asin mempunyai konsistensi yang encer, berwarna jernih dan mempunyai flavor seperti garam. Cita rasa yang khas ditimbulkan terutama berkaitan dengan senyawa-senyawa hasil biodegradasi protein yang berkombinasi dengan unsur-unsur gizi lain (lemak dan karbohidrat) yang terdapat dalam bahan makanan. Kecap dapat dibuat dari ikan-ikan ekonomis atau non ekonomis, isi perut atau dari berbagai macam jenis kerang-kerangan misalnya kupang.
Cara pembuatan kecap ikan tidak selalu sama. Masing-masing mempunyai cara tersendiri tergantung selera, kebiasaan serta ketrampilan si pembuat. Oleh karena itu kualitas produk yang dihasilkan juga berbeda-beda. Selain secara fermentasi dengan penambahan garam, kecap ikan dapat dibuat dengan cara hidrolisis enzimatis. Penambahan enzim pada pembuatan kecap ikan berfungsi untuk mempercepat hidrolisis protein.
Bahan dan Alat
Bahan :
Ikan, Enzim papain
Bumbu-bumbu :
Gula merah, Wijen, Laos, Pekak, Sereh, Ketumbar, Bawang putih, Kemiri, Daun salam
Alat-alat
Kompor, pisau, panci, blender, termometer, kain saring
Cara Pembuatan
1. Daging ikan yang sudah dihancurkan sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam wadah berisi 250 ml air
2. Enzim dicampurkan dengan konsentrasi 0,6%
3. Diinkubasi pada suhu 50˚C selama 32 jam
4. Didiamkan selama 30 menit kemudian disaring dengan kain saring sehingga didapatkan hasil hidrolisa daging ikan yang siap dimasak
5. Mencampur hasil hidrolisa daging ikan dengan bumbu yang sudah disangrai terlebih dahulu, dan memasaknya selama 15 menit. Bumbu yan gditambahkan adalah gula merah, laos, sereh, bawang putih, daun salam, ketumbar, pekak, wijen, adas, dan kemiri.
6. Setelah selesai pemasakan, kecap yang dihasilkan disaring.
sumber : http://bisnisukm.com
Pembuatan Nugget Ikan Kakap
I. Pendahuluan
Nugget merupakan salah satu produk olahan daging beku. Produk ini mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa mencapai 2 minggu. Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah ikan, yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein miofibril.
Bahan pendukung lain, yaitu garam, air, bahan pengisi (filler), emulsifier, dan bumbu-bumbu. Garam berfungsi meningkatkan kelarutan, karena protein miofibril yang ada pada daging hanya larut pada larutan garam. Air berguna untuk memberikan sifat berair dan juga meningkatkan rendemen.
Bahan pengisi dan emulsifier yang digunakan pada produk ini adalah tepung tapioka dan kuning telur yang berfungsi untuk mengikat air maupun lemak. Bumbu-bumbu berupa merica dan bawang putih selain memberikan bau dan rasa yang khas, juga mampu memperpanjang umur simpan.
II. Bahan dan Alat
Bahan-bahan : Ikan kakap giling 500 g Tepung tapioka 75 g Tepung bumbu 25 g Bawang putih (halus) 5 – 7,5 g Merica halus 4 – 5 g Garam 5 – 7,5 g Telur 3 butir Air (susu cair) 100g Tepung panir
Alat-alat : pisau – penggorengan-waring blender – wadah plastik loyang – sendok kompor – plastik III.
III. Proses Pembuatan
1. Pengolahan ikan
Ikan dicuci dengan air bersih kemudian disiangi dengan cara membuang sisik, isi perut dan insangnya. Ikan dicuci bersih dengan air dingin Ambil bagian daging ikan dengan cara memfilet ikan. Letakkan ikan pada posisi miring, dengan pisau tajam potonglah daging ikan dari pangkal insang sampai ke tulang.
Kemudian daging ikan disayat sampai ke ekor hingga daging terlepas dari tulang (agar tidak banyak daging yang terbuang, pisau agak ditekan) . Balikkan ikan dan kemudian sayat dagingnya dari pangkal ekor ke arah kepala. Sisa daging pada pangkal tulang belakang dapat dikerok dengan pisau atau sendok. Pisahkan kulit dan bagian daging yang berwarna hitam dari daging ikan.
Filet ikan yang diperoleh dicuci dari kotoran dan darah yang melekat dengan mencucinya dengan air yang ditambahkan es batu. Memotong filet ikan kecil-kecil untuk memudahkan pelumatan Mencuci kembali potongan-potongan filet cuci kembali untuk membersihkan darah atau kotoran yang masih menempel dan ditiriskan. Melumatkan filet dengan alat meat separator (dapat diulang 2-3 kali sampai serat daging ikan dan duri terpisah semua)
2. Pembuatan nugget
Gilingan ikan yang telah halus dicampur dengan bumbu-bumbu yang juga telah dihaluskan. Adonan yang telah tercampur rata ditempatkan pada loyang setebal 1 cm, yang telah dialasi plastik, adonan diratakan dan ditutup dengan plastik kemudian dikukus 30 – 45 menit, untuk memungkinkan terjadinya gelatinisasi dan mematangkan adonan. Adonan yang telah dikukus didinginkan kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Adonan yang telah dipotong-potong dimasukkan pada putih telur kemudian digulirkan pada tepung panir, hal ini untuk membentuk suatu permukaan adonan yang lebih baik. Nugget yang telah dihasilkan dapat disimpan pada freezer apabila tidak segera digoreng supaya lebih awet dan teksturnya menjadi lebih renyah. Penggorengan dilakukan untuk mematangkan adonan.
IV. Pengemasan
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengemasan yang menarik sehingga menarik minat konsumen. Kemasan yang bagus adalah dengan memakai plastik dan dengan hampa udara sehingga dapat bertahan lama. Kemasan dirancang harus bisa mewakili produk kita. Penting untuk menunjukkan nugget di dalam kemasan sehingga orang sudah tertarik produk kita ketika baru melihatnya. Di dalam kemasan hendaknya kita mencantumkan bahan-bahan bakunya dan juga masa kadaluwarsa.
Tips pengolahan bersumber dari tulisan Prof Dr Ir Soemarno, M.S.
(sumber gambar : resepbunda.files.wordpress.com)
sumber : http://bisnisukm.com
Nugget merupakan salah satu produk olahan daging beku. Produk ini mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa mencapai 2 minggu. Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah ikan, yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein miofibril.
Bahan pendukung lain, yaitu garam, air, bahan pengisi (filler), emulsifier, dan bumbu-bumbu. Garam berfungsi meningkatkan kelarutan, karena protein miofibril yang ada pada daging hanya larut pada larutan garam. Air berguna untuk memberikan sifat berair dan juga meningkatkan rendemen.
Bahan pengisi dan emulsifier yang digunakan pada produk ini adalah tepung tapioka dan kuning telur yang berfungsi untuk mengikat air maupun lemak. Bumbu-bumbu berupa merica dan bawang putih selain memberikan bau dan rasa yang khas, juga mampu memperpanjang umur simpan.
II. Bahan dan Alat
Bahan-bahan : Ikan kakap giling 500 g Tepung tapioka 75 g Tepung bumbu 25 g Bawang putih (halus) 5 – 7,5 g Merica halus 4 – 5 g Garam 5 – 7,5 g Telur 3 butir Air (susu cair) 100g Tepung panir
Alat-alat : pisau – penggorengan-waring blender – wadah plastik loyang – sendok kompor – plastik III.
III. Proses Pembuatan
1. Pengolahan ikan
Ikan dicuci dengan air bersih kemudian disiangi dengan cara membuang sisik, isi perut dan insangnya. Ikan dicuci bersih dengan air dingin Ambil bagian daging ikan dengan cara memfilet ikan. Letakkan ikan pada posisi miring, dengan pisau tajam potonglah daging ikan dari pangkal insang sampai ke tulang.
Kemudian daging ikan disayat sampai ke ekor hingga daging terlepas dari tulang (agar tidak banyak daging yang terbuang, pisau agak ditekan) . Balikkan ikan dan kemudian sayat dagingnya dari pangkal ekor ke arah kepala. Sisa daging pada pangkal tulang belakang dapat dikerok dengan pisau atau sendok. Pisahkan kulit dan bagian daging yang berwarna hitam dari daging ikan.
Filet ikan yang diperoleh dicuci dari kotoran dan darah yang melekat dengan mencucinya dengan air yang ditambahkan es batu. Memotong filet ikan kecil-kecil untuk memudahkan pelumatan Mencuci kembali potongan-potongan filet cuci kembali untuk membersihkan darah atau kotoran yang masih menempel dan ditiriskan. Melumatkan filet dengan alat meat separator (dapat diulang 2-3 kali sampai serat daging ikan dan duri terpisah semua)
2. Pembuatan nugget
Gilingan ikan yang telah halus dicampur dengan bumbu-bumbu yang juga telah dihaluskan. Adonan yang telah tercampur rata ditempatkan pada loyang setebal 1 cm, yang telah dialasi plastik, adonan diratakan dan ditutup dengan plastik kemudian dikukus 30 – 45 menit, untuk memungkinkan terjadinya gelatinisasi dan mematangkan adonan. Adonan yang telah dikukus didinginkan kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Adonan yang telah dipotong-potong dimasukkan pada putih telur kemudian digulirkan pada tepung panir, hal ini untuk membentuk suatu permukaan adonan yang lebih baik. Nugget yang telah dihasilkan dapat disimpan pada freezer apabila tidak segera digoreng supaya lebih awet dan teksturnya menjadi lebih renyah. Penggorengan dilakukan untuk mematangkan adonan.
IV. Pengemasan
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengemasan yang menarik sehingga menarik minat konsumen. Kemasan yang bagus adalah dengan memakai plastik dan dengan hampa udara sehingga dapat bertahan lama. Kemasan dirancang harus bisa mewakili produk kita. Penting untuk menunjukkan nugget di dalam kemasan sehingga orang sudah tertarik produk kita ketika baru melihatnya. Di dalam kemasan hendaknya kita mencantumkan bahan-bahan bakunya dan juga masa kadaluwarsa.
Tips pengolahan bersumber dari tulisan Prof Dr Ir Soemarno, M.S.
(sumber gambar : resepbunda.files.wordpress.com)
sumber : http://bisnisukm.com
Mari Berbisnis Ikan Pindang
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Sehingga dengan sifat ikan yang mudah rusak maka perlu adanya pengolahan lebih lanjut untuk mempertahankan daya simpan ikan. Salah satu cara mudah untuk mempertahankan daya simpan ikan adalah dengan pemindangan. Pemindangan merupakan salah satu olahan tradisional ikan yang sangat populer di Indonesia
Pemindangan ikan adalah hasil olahan ikan dengan cara kombinasi perebusan/pemasakan dan penggaraman. Pindang mempunyai penampakan, citarasa, tekstur dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai dengan jenis ikan, kadar garam, dan lama perebusan. Jenis-jenis ikan yang umum diolah dengan cara pemindangan cakalang, tongkol, kembung, bandeng, cucut, bawal, layang, tanjan, tawes, gurami, dan lain-lain.jenis ikan pelagis seperti layang, selar, japu, tembang, lemuru, kembung, tuna, dan lain-lain. Selain itu juga jenis ikan lain seperti cucut dan petek di beberapa tempat.
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan pindang sebaiknya ikan yang masih segar. Ikan pindang yang dihasilkan dari ikan yang kurang segar mempunyai penampakan jelek (karena daging hancur selama perebusan) dan rasa yang terlalu asin (karena penetrasi garam akan berlangsung lebih cepat).
Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai aktivitas air yang relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri pembentuk lendir dan kapang. Pemanasan yang diberikan pada umumnya tidak terlalu mampu membasmi semua mikroorganisme. Selama penyebaran dan penjualan,Pindang sangat mudah mengalami kontaminasi mikroorganisme. Kerusakan pindang yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan pembentukan lendir, pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi hancur. Daya awet ikan pindang tidak terlalu lama.
Pindang naya hanya tahan kira-kira 3-4 hari, sedangkan pindang paso hanya tahan kira-kira 6-7 hari setelah tutup wadah dibuka. Karena rasanya yang tidak asin, pindang mempunyai kedudukan yang sangat strategis terutama dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi sebagian penduduk Indonesia, disamping dapat menunjang peningkatan penghasilan nelayan tradisional.
Produsen terbesar pindang ikan (68,43 persen) adalah di Jawa; 15,34 persen di Sumatera; 12,25 persen di Bali dan Nusa Tenggara; 3,39 persen di Sulawesi, dan 0,04 persen di Kalimantan. Beberapa contoh pindang yang cukup terkenal adalah pindang pekalongan, pindang kudus, pindang juwana, pindang tuban, dan pindang muncar.
Ikan pindang mungkin bukan sesuatu yang istimewa, namun merupakan salah satu alternatif sumber gizi masyarakat yang digemari. Selain bergizi, harganya pun terjangkau. Tidak heran, banyak orang berminat berjualan ikan pindang sebagai sumber pendapatan mereka. Ikan pindang yang mudah diperoleh di pasar-pasar, menyimpan protein tinggi. Selain itu, terdapat pelbagai unsur mineral dan vitamin A. Unsur lainnya adalah asam lemak omega-3, yang sangat bermanfaat untuk menangkal pelbagai penyakit degeneratif.
Dibanding pengolahan ikan asin, pemindangan mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
1. Cara pengolahannya sederhana dan tidak memerlukan alat yang mahal,
2. Hasilnya berupa produk matang yang dapat langsung dimakan tanpa perlu dimasak terlebih dahulu,
3. Rasanya cocok dengan selera masyarakat Indonesia pada umumnya,
4. Dapat dimakan dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga sumbangan proteinnya cukup besar bagi perbaikan gizi masyarakat.
Cara pengolahan pindang sangatlah sederhana, berikut ini pengolahan pindang dengan dua cara yaitu pindang basah dan kering:
Bahan : semua ikan sisik dan garam (konsentrasi 15-30)%
a. Pindang Basah
Cara kerja:
1. Ikan disiangi (dibersihkan sisik dan kotorannya)
2. Ikan selanjutnya direbus dalam larutan garam 15-30% selama 10 – 30 menit
3. Ikan ditiriskan dan siap disajikan atau diproses selanjutnya.
b. Pindang Kering :
Cara kerja:
1. Ikan disiangi (dibersihkan sisik dan kotorannya)
2. Ikan disusun berselang seling dengan garam (secukupnya) dalam naya (keranjang bambu)
3. Kemudian direbus dalam kwali tanah selama 30 – 60 menit air yang keluar dihilangkan.
4. Ulangi langkah tersebut (no.3) sekali lagi tanpa air.
5. Ikan pindang kering siap disajikan atau diproses lebih lanjut.
sumber : http://bisnisukm.com
Pemindangan ikan adalah hasil olahan ikan dengan cara kombinasi perebusan/pemasakan dan penggaraman. Pindang mempunyai penampakan, citarasa, tekstur dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai dengan jenis ikan, kadar garam, dan lama perebusan. Jenis-jenis ikan yang umum diolah dengan cara pemindangan cakalang, tongkol, kembung, bandeng, cucut, bawal, layang, tanjan, tawes, gurami, dan lain-lain.jenis ikan pelagis seperti layang, selar, japu, tembang, lemuru, kembung, tuna, dan lain-lain. Selain itu juga jenis ikan lain seperti cucut dan petek di beberapa tempat.
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan pindang sebaiknya ikan yang masih segar. Ikan pindang yang dihasilkan dari ikan yang kurang segar mempunyai penampakan jelek (karena daging hancur selama perebusan) dan rasa yang terlalu asin (karena penetrasi garam akan berlangsung lebih cepat).
Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai aktivitas air yang relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri pembentuk lendir dan kapang. Pemanasan yang diberikan pada umumnya tidak terlalu mampu membasmi semua mikroorganisme. Selama penyebaran dan penjualan,Pindang sangat mudah mengalami kontaminasi mikroorganisme. Kerusakan pindang yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme ditandai dengan pembentukan lendir, pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi hancur. Daya awet ikan pindang tidak terlalu lama.
Pindang naya hanya tahan kira-kira 3-4 hari, sedangkan pindang paso hanya tahan kira-kira 6-7 hari setelah tutup wadah dibuka. Karena rasanya yang tidak asin, pindang mempunyai kedudukan yang sangat strategis terutama dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi sebagian penduduk Indonesia, disamping dapat menunjang peningkatan penghasilan nelayan tradisional.
Produsen terbesar pindang ikan (68,43 persen) adalah di Jawa; 15,34 persen di Sumatera; 12,25 persen di Bali dan Nusa Tenggara; 3,39 persen di Sulawesi, dan 0,04 persen di Kalimantan. Beberapa contoh pindang yang cukup terkenal adalah pindang pekalongan, pindang kudus, pindang juwana, pindang tuban, dan pindang muncar.
Ikan pindang mungkin bukan sesuatu yang istimewa, namun merupakan salah satu alternatif sumber gizi masyarakat yang digemari. Selain bergizi, harganya pun terjangkau. Tidak heran, banyak orang berminat berjualan ikan pindang sebagai sumber pendapatan mereka. Ikan pindang yang mudah diperoleh di pasar-pasar, menyimpan protein tinggi. Selain itu, terdapat pelbagai unsur mineral dan vitamin A. Unsur lainnya adalah asam lemak omega-3, yang sangat bermanfaat untuk menangkal pelbagai penyakit degeneratif.
Dibanding pengolahan ikan asin, pemindangan mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
1. Cara pengolahannya sederhana dan tidak memerlukan alat yang mahal,
2. Hasilnya berupa produk matang yang dapat langsung dimakan tanpa perlu dimasak terlebih dahulu,
3. Rasanya cocok dengan selera masyarakat Indonesia pada umumnya,
4. Dapat dimakan dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga sumbangan proteinnya cukup besar bagi perbaikan gizi masyarakat.
Cara pengolahan pindang sangatlah sederhana, berikut ini pengolahan pindang dengan dua cara yaitu pindang basah dan kering:
Bahan : semua ikan sisik dan garam (konsentrasi 15-30)%
a. Pindang Basah
Cara kerja:
1. Ikan disiangi (dibersihkan sisik dan kotorannya)
2. Ikan selanjutnya direbus dalam larutan garam 15-30% selama 10 – 30 menit
3. Ikan ditiriskan dan siap disajikan atau diproses selanjutnya.
b. Pindang Kering :
Cara kerja:
1. Ikan disiangi (dibersihkan sisik dan kotorannya)
2. Ikan disusun berselang seling dengan garam (secukupnya) dalam naya (keranjang bambu)
3. Kemudian direbus dalam kwali tanah selama 30 – 60 menit air yang keluar dihilangkan.
4. Ulangi langkah tersebut (no.3) sekali lagi tanpa air.
5. Ikan pindang kering siap disajikan atau diproses lebih lanjut.
sumber : http://bisnisukm.com
Pembuatan Abon Ikan
Pembuatan Abon Ikan
Langkah Kerja
A. Prinsip Pembuatan Abon Ikan
Pada prinsipnya abon ikan merupakan suatu metode pengawetan dengan kombinasi antara perebusan / pengukusan dan penggorengan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lembut, rasa dan aroma yang khas. Abon ikan bisa digunakan untuk teman makan nasi, teman makan roti, dll
B. Bahan Baku
Biasanya abon dibuat dari daging sapi atau daging kerbau, akan tetapi di beberapa daerah Sulawesi, banyak dijumpai abon ikan. Pada umumnya abon ikan dapat dibuat dari daging ikan cakalang/ikan tongkol, ikan tuna dan ikan cucut. Bila menggunakan ikan cucut, setelah ikan disiangi kemudian dipotong-potong, sebaiknya direndam dalam air bersih (kalau bisa air yang mengalir) untuk menghilangkan bau amoniak (NH3)
C. Membuat Abon Ikan
1.Bahan dan Bumbu
- daging ikan yang sudah disuwiri 500 gram
- garam 3% 15 gram
- gula merah 150 gram
- ketumbar 10 gram
- bawang merah 75 gram
- laos 5 gram
- jahe 10 gram
- sereh 3 tangkai
- bawang putih 10 gram
2. Cara membuat abon ikan
a. Penyiangan
Ikan disiangi yaitu pada bagian isi perut dan kepala, bila perlu dipotong-potong untuk memudahkan pengukusan kemudian dicuci sampai bersih.
b.Pengukusan
Ikan dikukus sampai matang untuk memudahkan pengambilan daging dan memisahkan dari tulang dan duri, kemudian ditumbuk / dimemarkan hingga menjadi suwiran-suwiran / serpihan daging ikan.
c. Pemberian Bumbu
Bumbu-bumbu yang dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan yang telah disuwir-suwir hingga merata.
d. Penggorengan
Daging ikan yang telah dicampur dengan bumbu kemudian digoreng dengan minyak, bisa juga menggunakan santan kelapa yang kental. Aduk-aduk sampai kering (terasa ringan bila daging diaduk-aduk) dan berwarna kuning kecokelatan.
e. Pengepresan
Abon yang sudah matang dimasukkan ke alat pengepres abon sampai minyaknya tuntas, kemudian diambil dengan menggunakan garpu
sumber : http://bisnisukm.com
Langkah Kerja
A. Prinsip Pembuatan Abon Ikan
Pada prinsipnya abon ikan merupakan suatu metode pengawetan dengan kombinasi antara perebusan / pengukusan dan penggorengan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lembut, rasa dan aroma yang khas. Abon ikan bisa digunakan untuk teman makan nasi, teman makan roti, dll
B. Bahan Baku
Biasanya abon dibuat dari daging sapi atau daging kerbau, akan tetapi di beberapa daerah Sulawesi, banyak dijumpai abon ikan. Pada umumnya abon ikan dapat dibuat dari daging ikan cakalang/ikan tongkol, ikan tuna dan ikan cucut. Bila menggunakan ikan cucut, setelah ikan disiangi kemudian dipotong-potong, sebaiknya direndam dalam air bersih (kalau bisa air yang mengalir) untuk menghilangkan bau amoniak (NH3)
C. Membuat Abon Ikan
1.Bahan dan Bumbu
- daging ikan yang sudah disuwiri 500 gram
- garam 3% 15 gram
- gula merah 150 gram
- ketumbar 10 gram
- bawang merah 75 gram
- laos 5 gram
- jahe 10 gram
- sereh 3 tangkai
- bawang putih 10 gram
2. Cara membuat abon ikan
a. Penyiangan
Ikan disiangi yaitu pada bagian isi perut dan kepala, bila perlu dipotong-potong untuk memudahkan pengukusan kemudian dicuci sampai bersih.
b.Pengukusan
Ikan dikukus sampai matang untuk memudahkan pengambilan daging dan memisahkan dari tulang dan duri, kemudian ditumbuk / dimemarkan hingga menjadi suwiran-suwiran / serpihan daging ikan.
c. Pemberian Bumbu
Bumbu-bumbu yang dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan yang telah disuwir-suwir hingga merata.
d. Penggorengan
Daging ikan yang telah dicampur dengan bumbu kemudian digoreng dengan minyak, bisa juga menggunakan santan kelapa yang kental. Aduk-aduk sampai kering (terasa ringan bila daging diaduk-aduk) dan berwarna kuning kecokelatan.
e. Pengepresan
Abon yang sudah matang dimasukkan ke alat pengepres abon sampai minyaknya tuntas, kemudian diambil dengan menggunakan garpu
sumber : http://bisnisukm.com
LAYANAN ADMINISTRASI ONLINE JENIS USAHA BISNIS ONLINE SAMBILAN
LAYANAN ADMINISTRASI ONLINE
JENIS USAHA BISNIS ONLINE SAMBILAN
2.1 Gambaran Tentang Bisnis ini
Dalam operasional perusahaan tidak bisa lepas dari kegiatan administrasi. Segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan harus dicatat dan diarsipkan baik itu inventaris kantor, data penjualan dan pembelian, produksi, keuangan, dan lain sebagainya. Banyaknya aktivitas administrasi ini menuntut perusahaan untuk memiliki tenaga administrasi yang dapat diandalkan.
Namun, tidak semua perusahaan menemukan tenaga administrasi sesuai dengan keinginannya yaitu mampu bekerja cepat, cermat, dan teliti. Selain itu, untuk alasan efisiensi tidak sedikit perusahaan yang keberatan jika harus mempekerjakan tenaga administrasi dalam jumlah yang cukup banyak.
Kesulitan yang dihadapi oleh banyak perusahaan berkenaan dengan tugas-tugas administrasi dapat menjadi peluang bagi munculnya bisnis baru, yaitu layanan administrasi online. Bisnis ini bergerak di bidang jasa yang memberikan layanan administrasi kepada perusahaan-perusahaan (outsourcing) seperti pembukuan, pengarsipan, dan lain sebagainya.
2.2 Keahlian yang Dibutuhkan
Agar berjalan dengan lancar, Anda harus memiliki keahlian organisasi arsip agar dapat mengarsipkan data-data akuntansi, pengarsipan Surat, dan administrasi-administrasi lainnya.
2.3 Modal Awal yang Dibutuhkan
Sebagai bisnis online, modal awal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini tidaklah terlalu besar. Anda hanya cukup memiliki sebuah website. Nah, untuk menciptakan website tersebut dibutuhkan hosting server, domain, koneksi internet, dan desain web. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, minimal harus mengeluarkan modal berkisar antara Rp 2.000.000,- hingga Rp 2.500.000,-. Agar modal tidak membengkak, Anda bisa menjalankan bisnis ini di rumah sehingga Anda bisa menghemat pengeluaran untuk biaya sewa kantor, listrik, telepon, dan lain sebagainya.
2.4 Jumlah Pegawai yang Dibutuhkan
Jika Anda memiliki keahlian yang dibutuhkan, maka Anda bisa menjalankan bisnis ini seorang diri. Pada awalnya bekerja seorang diri memang menguras tenaga dan pikiran. Namun, dengan begitu Anda bisa lebih mudah mengorganisasikan pekerjaan dan mengendalikan tugas-tugas yang masuk. Apabila bisnis Anda telah berjalan dengan lancar dan mengalami perkembangan yang signifikan, maka Anda bisa merekrut seorang karyawan. Karyawan tersebut haruslah memiliki keahlian dasar berkenaan dengan tugas-tugas administrasi_
2.5 Potensi Pasar
Meskipun berbasis bisnis online, namun pasar sasaran dari bisnis ini tidak menjangkau pasar internasional, tetapi hanya lokal dan
nasional saja. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan adanya perbedaan peraturan perundang-undangan berkenaan dengan ketentuan akuntansi dan perpajakan di setiap negara. Perbedaan ini bisa menimbulkan kerancuan dan kesalahpahaman dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan.
Oleh sebab itu, potensi pasar dari bisnis ini adalah pasar lokal dan nasional yang berada dalam jangkauan hukum administrasi yang sama. Meskipun demikian, Anda tidak perlu berkecil hati, mengingat negara Indonesia sendiri memiliki banyak perusahaan balk berskala kecil, menengah, dan besar yang membutuhkan jasa dari bisnis asosiasi manajemen ini.
2.6 Penghasilan Tambahan dalam Bisnis ini
Dari bisnis ini Anda bisa memperoleh penghasilan tambahan, di antaranya adalah menyediakan layanan promosi bagi perusahaan klien melalui website Anda. Jika jumlah klien yang Anda tangani cukup banyak, Anda bisa menyelenggarakan sistem keanggotaan dengan membuat semacam bulletin yang diedarkan ke seluruh anggota.
2.7 Studi Kasus
Bisnis outsourcing pengarsipan dokumen di Indonesia memang belum banyak dikembangkan. Namun, bisnis ini telah banyak ditemui di negara-negara maju seperti Amerika Serila dan negara-negara di Eropa. Salah satunya adalah SmithBucklin. SmithBucklin mulai dirintis oleh William E. Smith pada tahun 1949 di pusat kota Chicago.
Pada awal berdirinya, SmithBucklin telah mampu menyedot perhatian dari 9 (Sembilan) perusahaan yang kemudian menjadi kliennya. Dengan mempekerjakan 22 orang, SmithBucklin berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik kepada para kliennya.
Seiring dengan performa yang menakjubkan, jasa SmithBucklin semakin dikenal secara luas dan hasilnya semakin banyak perusahaan yang mempercayakan tugas-tugas administrasinya kepada perusahaan jasa asosiasi manajemen ini. Kini, SmithBucklin menangani tugas-tugas dari 235 perusahaan yang terdiri dari perusahaan perdagangan, teknologi, kelompok profesional, instansi pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat.
Sebagai perusahaan jasa yang bergerak di bidang administratif, SmithBucklin tidak hanya sekedar mengerjakan tugas-tugas administrasi dari kliennya, tetapi juga berperan sebagai konsultan. Dalam peranan ini, SmithBucklin membantu para kliennya untuk mengelola dan mengendalikan aset dan finansial perusahaan agar mampu menghadapi gejolak dan krisis ekonomi yang menghadang. Selain itu, SmithBucklin juga membantu para kliennya dalam mengelola aset sehingga bisa mendukung iklim persaingan bisnis yang semakin ketat.
sumber : Jubilee Enterprise, 2009
JENIS USAHA BISNIS ONLINE SAMBILAN
2.1 Gambaran Tentang Bisnis ini
Dalam operasional perusahaan tidak bisa lepas dari kegiatan administrasi. Segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan harus dicatat dan diarsipkan baik itu inventaris kantor, data penjualan dan pembelian, produksi, keuangan, dan lain sebagainya. Banyaknya aktivitas administrasi ini menuntut perusahaan untuk memiliki tenaga administrasi yang dapat diandalkan.
Namun, tidak semua perusahaan menemukan tenaga administrasi sesuai dengan keinginannya yaitu mampu bekerja cepat, cermat, dan teliti. Selain itu, untuk alasan efisiensi tidak sedikit perusahaan yang keberatan jika harus mempekerjakan tenaga administrasi dalam jumlah yang cukup banyak.
Kesulitan yang dihadapi oleh banyak perusahaan berkenaan dengan tugas-tugas administrasi dapat menjadi peluang bagi munculnya bisnis baru, yaitu layanan administrasi online. Bisnis ini bergerak di bidang jasa yang memberikan layanan administrasi kepada perusahaan-perusahaan (outsourcing) seperti pembukuan, pengarsipan, dan lain sebagainya.
2.2 Keahlian yang Dibutuhkan
Agar berjalan dengan lancar, Anda harus memiliki keahlian organisasi arsip agar dapat mengarsipkan data-data akuntansi, pengarsipan Surat, dan administrasi-administrasi lainnya.
2.3 Modal Awal yang Dibutuhkan
Sebagai bisnis online, modal awal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini tidaklah terlalu besar. Anda hanya cukup memiliki sebuah website. Nah, untuk menciptakan website tersebut dibutuhkan hosting server, domain, koneksi internet, dan desain web. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, minimal harus mengeluarkan modal berkisar antara Rp 2.000.000,- hingga Rp 2.500.000,-. Agar modal tidak membengkak, Anda bisa menjalankan bisnis ini di rumah sehingga Anda bisa menghemat pengeluaran untuk biaya sewa kantor, listrik, telepon, dan lain sebagainya.
2.4 Jumlah Pegawai yang Dibutuhkan
Jika Anda memiliki keahlian yang dibutuhkan, maka Anda bisa menjalankan bisnis ini seorang diri. Pada awalnya bekerja seorang diri memang menguras tenaga dan pikiran. Namun, dengan begitu Anda bisa lebih mudah mengorganisasikan pekerjaan dan mengendalikan tugas-tugas yang masuk. Apabila bisnis Anda telah berjalan dengan lancar dan mengalami perkembangan yang signifikan, maka Anda bisa merekrut seorang karyawan. Karyawan tersebut haruslah memiliki keahlian dasar berkenaan dengan tugas-tugas administrasi_
2.5 Potensi Pasar
Meskipun berbasis bisnis online, namun pasar sasaran dari bisnis ini tidak menjangkau pasar internasional, tetapi hanya lokal dan
nasional saja. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan adanya perbedaan peraturan perundang-undangan berkenaan dengan ketentuan akuntansi dan perpajakan di setiap negara. Perbedaan ini bisa menimbulkan kerancuan dan kesalahpahaman dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan.
Oleh sebab itu, potensi pasar dari bisnis ini adalah pasar lokal dan nasional yang berada dalam jangkauan hukum administrasi yang sama. Meskipun demikian, Anda tidak perlu berkecil hati, mengingat negara Indonesia sendiri memiliki banyak perusahaan balk berskala kecil, menengah, dan besar yang membutuhkan jasa dari bisnis asosiasi manajemen ini.
2.6 Penghasilan Tambahan dalam Bisnis ini
Dari bisnis ini Anda bisa memperoleh penghasilan tambahan, di antaranya adalah menyediakan layanan promosi bagi perusahaan klien melalui website Anda. Jika jumlah klien yang Anda tangani cukup banyak, Anda bisa menyelenggarakan sistem keanggotaan dengan membuat semacam bulletin yang diedarkan ke seluruh anggota.
2.7 Studi Kasus
Bisnis outsourcing pengarsipan dokumen di Indonesia memang belum banyak dikembangkan. Namun, bisnis ini telah banyak ditemui di negara-negara maju seperti Amerika Serila dan negara-negara di Eropa. Salah satunya adalah SmithBucklin. SmithBucklin mulai dirintis oleh William E. Smith pada tahun 1949 di pusat kota Chicago.
Pada awal berdirinya, SmithBucklin telah mampu menyedot perhatian dari 9 (Sembilan) perusahaan yang kemudian menjadi kliennya. Dengan mempekerjakan 22 orang, SmithBucklin berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik kepada para kliennya.
Seiring dengan performa yang menakjubkan, jasa SmithBucklin semakin dikenal secara luas dan hasilnya semakin banyak perusahaan yang mempercayakan tugas-tugas administrasinya kepada perusahaan jasa asosiasi manajemen ini. Kini, SmithBucklin menangani tugas-tugas dari 235 perusahaan yang terdiri dari perusahaan perdagangan, teknologi, kelompok profesional, instansi pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat.
Sebagai perusahaan jasa yang bergerak di bidang administratif, SmithBucklin tidak hanya sekedar mengerjakan tugas-tugas administrasi dari kliennya, tetapi juga berperan sebagai konsultan. Dalam peranan ini, SmithBucklin membantu para kliennya untuk mengelola dan mengendalikan aset dan finansial perusahaan agar mampu menghadapi gejolak dan krisis ekonomi yang menghadang. Selain itu, SmithBucklin juga membantu para kliennya dalam mengelola aset sehingga bisa mendukung iklim persaingan bisnis yang semakin ketat.
sumber : Jubilee Enterprise, 2009
Bisnis online internet : Tempat Pelelangan Online
Tempat Pelelangan Online
3.1 Gambaran Tentang Bisnis ini
Mungkin Anda berpikir bahwa tempat pelelangan membutuhkan ruang khusus dengan ukuran yang luas sehingga mampu menampung barang-barang dan peserta lelang. Gambaran tersebut merupakan tempat pelelangan konvensional yang membutuhkan cukup banyak biaya yang tidak sesuai dengan kondisi jaman sekarang.
Bisnis tempat pelelangan online ini menyediakan jasa ruang untuk melelang produk melalui website. Secara sekilas, bisnis ini sepertinya mudah untuk dijalankan karena Anda hanya membutuhkan sebuah website saja. Meskipun demikian, menempatkan produk lelang agar tampak menarik dibutuhkan suatu seni dan keterampilan berkenaan dengan tata letak. Berkenaan dengan hal tersebut, Anda membutuhkan program komputer spesial yang dapat membantu Anda menata letak produk yang akan dilelang di website Anda. Penghasilan utama yang Anda peroleh dari bisnis ini adalah komisi atas penjualan produk yang dilelang pada website
3.2 Keahlian yang Dibutuhkan
Bisnis ini membutuhkan keahlian di bidang teknologi dan fotografi digital. Bidang teknologi dibutuhkan untuk menciptakan dan mempublikasikan website. Sementara bidang fotografi digital digunakan untuk mengatur komposisi dan letak foto digital dari produk lelang yang akan ditampilkan ke dalam website.
3.3 Modal Awal yang Dibutuhkan
Seperti halnya dengan bisnis online lainnya, bisnis tempat pelelangan online ini juga tidak membutuhkan banyak modal untuk memulainya. Anda hanya perlu membayar hosting server, domain, dan untuk desain web Anda dapat memanfaatkan template CMS gratis. Untuk itu, paling tidak Anda harus mengeluarkan modal yang berkisar antara Rp 2.000.000,- hingga Rp 2.500.000,-. Namun, jika Anda ingin menggunakan jasa seorang web developer untuk membuat website pelelangan, mungkin biaya yang Anda perlukan dapat mencapai minimal Rp 10.000.000,-, tergantung pada website seperti apa yang akan Anda buat.
Sebagai catatan, ada beberapa CMS lelang online (auction) yang dapat dipakai. Ada yang berbayar (mulai dari USD 160), ada pula yang gratis. Silakan cek di:
http://www.hotscripts.com/category/php/scriptsprograms/auctions/.
3.4 Jumlah Pegawai yang Dbutuhkan
Jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini pada prinsipnya tergantung pada Skala dan perkembangan bisnis Anda nantinya. Namun, Sebagai langkah awal, bisnis tempat pelelangan online ini bisa dioperasionalkan oleh Anda sendiri mengingat Anda hanya menyediakan sistemnya sementara distribusi barang dilakukan oleh penjual yang ingin melelang barangnya itu.
3.5 Potensi Pasar
Bisnis tempat pelelangan online ini memiliki potensi pasar internasional yang kuat, selain pasar lokal dan nasional tentunya. Dengan bisnis ini, Anda bisa menghubungkan penjual dan pembeli dari berbagai belahan bumi yang berbeda. Sebagai contoh, website Anda melelang kuda poni yang dijual oleh orang Amerika Serikat dan ternyata kuda tersebut diminati oleh pembeli dari Australia. Yang penting, Anda memahami aturan-aturan pengiriman barang termasuk adanya kemungkinan masalah legalitas terhadap barang-barang yang dijual. Tiap-tiap negara memiliki aturan tentang keluar masuknya barang dari satu negara ke negara lain yang beragam
3.6 Teknik Marketing dan Promosi yang Digunakan
Dalam menjalankan bisnis ini, teknik-teknik marketing dan promosi yang bisa Anda terapkan antara lain dengan Memberikan informasi mengenai produk-produk lelang yang akan segera ditampilkan di dalam website, sehingga konsumen mengetahui apakah dalam daftar produk lelang tersebut terdapat produk yang diinginkannya. Gunakan newsletter atau mailing list untuk memberitahu banyak konsumen secara massal. Tentu saja, konsumenkonsumen itu harus mendaftarkan dirinya terlebih dulu.
3.7 Study Kasus
Pasar bisnis tempat pelelangan online di Indonesia pada prinsipnya masih terbuka lebar. Hal ini disebabkan belum banyaknya pengusaha yang terjun dan menggeluti bisnis ini. Jika Anda ingin merintis bisnis ini, maka Anda bisa belajar dari salah satu jasa pelelangan terbesar di dunia, yaitu Ebay. Ebay merupakan tempat lelang online yang menyediakan beragam kategori produk lelang seperti barang antik, elektronik, kendaraan, furniture, dan lain sebagainya. Perusahaan lelang online ini didirikan pada tahun 1995 oleh Pierre Omidyar.
Dari ilustrasi di atas tampak bahwa daftar kategori produk yang dilelang ditempatkan di sisi kiri. Ketika Anda mengklik salah satu kategori produk, Anda akan dihadapkan pada jenis-jenis produk yang tergolong dalam kategori yang dipilih. Jika Anda klik link salah satu jenis produk, maka Anda langsung dihadapkan pada deretan produk yang dilelang beserta dengan harganya seperti tampak pada ilustrasi berikut.
Sebagai bisnis online, Ebay memilih layanan Paypal untuk sistem pembayaran atas transaksi jual bell produk lelangnya. Layanan Paypal dinilai mampu menjamin keamanan bertransaksi sehingga proses pengiriman uang kepada penjual dapat berlangsung secara aman.
Sumber : jubilee enterprise, 2009
3.1 Gambaran Tentang Bisnis ini
Mungkin Anda berpikir bahwa tempat pelelangan membutuhkan ruang khusus dengan ukuran yang luas sehingga mampu menampung barang-barang dan peserta lelang. Gambaran tersebut merupakan tempat pelelangan konvensional yang membutuhkan cukup banyak biaya yang tidak sesuai dengan kondisi jaman sekarang.
Bisnis tempat pelelangan online ini menyediakan jasa ruang untuk melelang produk melalui website. Secara sekilas, bisnis ini sepertinya mudah untuk dijalankan karena Anda hanya membutuhkan sebuah website saja. Meskipun demikian, menempatkan produk lelang agar tampak menarik dibutuhkan suatu seni dan keterampilan berkenaan dengan tata letak. Berkenaan dengan hal tersebut, Anda membutuhkan program komputer spesial yang dapat membantu Anda menata letak produk yang akan dilelang di website Anda. Penghasilan utama yang Anda peroleh dari bisnis ini adalah komisi atas penjualan produk yang dilelang pada website
3.2 Keahlian yang Dibutuhkan
Bisnis ini membutuhkan keahlian di bidang teknologi dan fotografi digital. Bidang teknologi dibutuhkan untuk menciptakan dan mempublikasikan website. Sementara bidang fotografi digital digunakan untuk mengatur komposisi dan letak foto digital dari produk lelang yang akan ditampilkan ke dalam website.
3.3 Modal Awal yang Dibutuhkan
Seperti halnya dengan bisnis online lainnya, bisnis tempat pelelangan online ini juga tidak membutuhkan banyak modal untuk memulainya. Anda hanya perlu membayar hosting server, domain, dan untuk desain web Anda dapat memanfaatkan template CMS gratis. Untuk itu, paling tidak Anda harus mengeluarkan modal yang berkisar antara Rp 2.000.000,- hingga Rp 2.500.000,-. Namun, jika Anda ingin menggunakan jasa seorang web developer untuk membuat website pelelangan, mungkin biaya yang Anda perlukan dapat mencapai minimal Rp 10.000.000,-, tergantung pada website seperti apa yang akan Anda buat.
Sebagai catatan, ada beberapa CMS lelang online (auction) yang dapat dipakai. Ada yang berbayar (mulai dari USD 160), ada pula yang gratis. Silakan cek di:
http://www.hotscripts.com/category/php/scriptsprograms/auctions/.
3.4 Jumlah Pegawai yang Dbutuhkan
Jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini pada prinsipnya tergantung pada Skala dan perkembangan bisnis Anda nantinya. Namun, Sebagai langkah awal, bisnis tempat pelelangan online ini bisa dioperasionalkan oleh Anda sendiri mengingat Anda hanya menyediakan sistemnya sementara distribusi barang dilakukan oleh penjual yang ingin melelang barangnya itu.
3.5 Potensi Pasar
Bisnis tempat pelelangan online ini memiliki potensi pasar internasional yang kuat, selain pasar lokal dan nasional tentunya. Dengan bisnis ini, Anda bisa menghubungkan penjual dan pembeli dari berbagai belahan bumi yang berbeda. Sebagai contoh, website Anda melelang kuda poni yang dijual oleh orang Amerika Serikat dan ternyata kuda tersebut diminati oleh pembeli dari Australia. Yang penting, Anda memahami aturan-aturan pengiriman barang termasuk adanya kemungkinan masalah legalitas terhadap barang-barang yang dijual. Tiap-tiap negara memiliki aturan tentang keluar masuknya barang dari satu negara ke negara lain yang beragam
3.6 Teknik Marketing dan Promosi yang Digunakan
Dalam menjalankan bisnis ini, teknik-teknik marketing dan promosi yang bisa Anda terapkan antara lain dengan Memberikan informasi mengenai produk-produk lelang yang akan segera ditampilkan di dalam website, sehingga konsumen mengetahui apakah dalam daftar produk lelang tersebut terdapat produk yang diinginkannya. Gunakan newsletter atau mailing list untuk memberitahu banyak konsumen secara massal. Tentu saja, konsumenkonsumen itu harus mendaftarkan dirinya terlebih dulu.
3.7 Study Kasus
Pasar bisnis tempat pelelangan online di Indonesia pada prinsipnya masih terbuka lebar. Hal ini disebabkan belum banyaknya pengusaha yang terjun dan menggeluti bisnis ini. Jika Anda ingin merintis bisnis ini, maka Anda bisa belajar dari salah satu jasa pelelangan terbesar di dunia, yaitu Ebay. Ebay merupakan tempat lelang online yang menyediakan beragam kategori produk lelang seperti barang antik, elektronik, kendaraan, furniture, dan lain sebagainya. Perusahaan lelang online ini didirikan pada tahun 1995 oleh Pierre Omidyar.
Dari ilustrasi di atas tampak bahwa daftar kategori produk yang dilelang ditempatkan di sisi kiri. Ketika Anda mengklik salah satu kategori produk, Anda akan dihadapkan pada jenis-jenis produk yang tergolong dalam kategori yang dipilih. Jika Anda klik link salah satu jenis produk, maka Anda langsung dihadapkan pada deretan produk yang dilelang beserta dengan harganya seperti tampak pada ilustrasi berikut.
Sebagai bisnis online, Ebay memilih layanan Paypal untuk sistem pembayaran atas transaksi jual bell produk lelangnya. Layanan Paypal dinilai mampu menjamin keamanan bertransaksi sehingga proses pengiriman uang kepada penjual dapat berlangsung secara aman.
Sumber : jubilee enterprise, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)