KODOK
Kodok (frog) merupakan hewan amfibi bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor (anura: a tidak, ura ekor). Untuk membedakannya dengan katak, kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya, katak berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerap kali kering, dan kaki belakangnya pendek, sehingga kebanyakan katak kurang pandai melompat jauh. Sementara kodok melompat cukup jauh.
Kodok dengan nama species Rana sp. memiliki banyak nama lokal, misalnya bangkong (Sunda), koncek (Sumatera Barat), dan tohuk (Sumatera Utara) serta beberapa nama lainnya.
Kodok yang banyak menjadi hama atau predator benih ikan adalah jenis kodok kolam yang hidup di sekitar kolam, saluran air dan sungai; kodok kongkang gading di kolam dan telaga; kodok hijau di sawah-sawah; dan kodok tegalan di sawah dan tegalan.
Sebagian besar masyarakat sudah mengenal kodok, dengan ciri-ciri bentuk luar badannya antara lain:
1) Kaki 1 pasang, terdiri dari 2 lipatan siku, yaitu paha, paha kecil, tulang kering serta telapak dan jari.
2) Memiliki 5 jari kaki yang dilengkapi kulit tipis seperti jari-jari itik yang berguna untuk berenang. Jari keempat lebih panjang dibanding jari-jari lainnya.
3) Tangan 1 pasang, terdiri dari 1 lipatan siku, yaitu lengan dan pergelangan serta telapak dan jari.
4) Memiliki 4 jari tangan, tapi tanpa kulit tipis seperti pada jari-jari kakinya. Ibu jari memiliki kuku dan jari-jari lainnya memiliki alat perekat seperti jari-jari cecak yang berfungsi untuk memudahkannya meniti di kayu atau benda lainnya.
5) Perbandingan ukuran badan, yaitu panjang dan lebar, kira-kira 4 : 1.
6) Memiliki mulut yang lebar dan kepala berbentuk segitiga meruncing ke depan atau ke ujung mulutnya.
7) Kodok tidak jelas terlihat memiliki gigi; makanan biasanya langsung ditelan.
8) Memiliki sepasang mata berukuran sedang dan posisinya di kepala, mirip dua gundukan di kiri-kanan kepalanya.
9) Badannya berkulit licin, warna pada punggung gelap dan pada bagian perut lebih terang.
10) Tubuh kodok hijau dan kodok cokelat semakin mengecil ke arah anus. Jenis kodok macan memiliki warna loreng mirip tanah liat dan di bagian punggungnya terdapat tonjolan mirip punggung onta.
Adapun sifat-sifat biologis kodok adalah sebagai berikut :
1) Menghabiskan masa hidupnya di dalam air sejak dari telur hingga menjadi kecebong, lalu tumbuh kaki, selanjutnya tumbuh tangan dan menjadi katak muda. Kehidupan selanjutnya lebih banyak di darat meskipun sekali-kali ia masih mampu berada di dalam air.
2) Memiliki kemampuan berenang dan melompat secara sempurna yang didukung oleh bentuk morfologi kaki, tangan, dan jari-jarinya. Suka bersembunyi pada rumput-rumputan atau lobang-lobang pematang kolam atau
bertengger pada benda apa saja yang bisa ia naiki untuk mengintai mangsanya.
Memangsa benih ikan dengan cara menyergap secepat kilat dengan memanfaatkan mulutnya
yang lebar. Tangannya jarang berfungsi untuk memegang benih yang baru dicaploknya.
Memiliki sifat menyendiri dan tidak memiliki
sifat membunuh atau memakan sesama jenis.
6) Suka menyambar serangga yang beterbangan
di sekitarnya, baik yang di permukaan tanah maupun di udara. Lebih sering aktif pada malam hari (nokturnal).
Kodok mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Sekali bertelur bisa menghasilkan 5.000-20.000 butir—tergantung kualitas induk dan berlangsung tiga kali dalam setahun.
Telur-telur kodok menetas menjadi berudu atau kecebong (tadpole), yang bertubuh mirip ikan gendut, bernapas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahanlahan kaki belakang tumbuh, yang kemudian diikuti dengan kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah itu, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok kecil.
Kodok kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi untuk memanggil sang betina, dari tepian atau tengah perairan. beberapa jenis, kerap membentuk 'grup nyanyi', di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan.
Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.
Pembuahan pada kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat bersamaan, kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.
Jenis kodok hijau lebih banyak menempati daerah rawa-rawa, genangan air, dan kolam. la lebih suka bertengger di sekitar tanaman air yang terapung. Sedangkan kodok macan lebih banyak mendiami daerah persawahan. Kodok ini lebih suka berdiam di celah-celah pematang sawah atau pematang kolam. Keberadaan kodok biasanya memang tidak jauh dari genangan air, karena air merupakan media dan habitat yang dilaluinya pada tahap perkembang biakannya.
Untuk menjamin kelangsungan hidup telur, induk kodok akan meletakkan telur-telurnya di air yang dianggapnya aman dan tidak tercemar racun yang mematikan. Di area persawahan, perkolaman, genangan air dan selokan dangkal biasa ditemukan kecebong tersebut. Di lingkungan perkolaman, jumlah populasi kodok dipengaruhi oleh jenis prasarana kolam yang ada. Misalnya, kodok akan lebih banyak berkembang pada kolam-kolam tanah, dibanding pada kolam-kolam beton.
Di areal perkolaman dan persawahan, khususnya pada malam hari, tidaklah sulit untuk menemui beberapa kodok. Induk atau kodok dewasa aktif pada malam hari. Pada masa perkawinannya, sering terlihat kodok jantan berada di atas punggung induk betina. Hal ini lebih sering terjadi pada malam hari dan menjelang fajar tiba, layaknya seperti proses pemijahan induk ikan.
sumber : Khairul Amri dan Toguan Sihombing, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008