Tak ada pilihan lain bagi petani tambak di Indramayu selain mencari aman dari ancaman kerugian. Barangkali istilah itu pantas terlontar petani tambak di sejumlah kecamatan di Indramayu yang mengaku tak lagi "ngoyo" untuk meraih untung besar dalam budidaya udang windu atau paname yang sebelumnya menjadi primadona pendulang dolar.
Era 90-an merupakan masa keemasan bagi petambak udang windu di Indramayu. Dihasilkan ratusan bahkan miliaran rupiah setiap kali panen. Namun semua itu saat ini hanya kenangan. "Bagi kami tinggal kenangan. Dugaan menurunnya kualitas air laut pantai utara Indramayu akibat pencemaran, menyebabkan kini budidaya udang nyaris hanya tinggal kenangan,tutur Drs Nono Sudarsono tokoh pengusaha tambak Desa Babadan kepada Pelita.
Berbagai cara telah dilakukan petambak udang di Indramayu untuk kembali memperoleh untung dari usaha udang windu atau paname. Namun seolah kontra produktif masih berusaha meraih untung justru malah buntung. Pasalnya, biaya besar untuk perlakukan intensifikasi tambak, berakhir dengan kematian udang secara dini. "Petambak sekarang sebagian besar memilih budidaya bandeng, dirasa jauh lebih aman meski keuntungannya tak seperti udang windu," tandasnya.
Berdasarkan pemantauan Pelita saat ini ribuan hektar lahan budidaya bandeng di Indramayu cukup bertahan di tengah lonjakan harga pakan maupun persaingan komoditas perikanan lainnya. "Lumayan kalau kita serius dalam satu hektar kita bisa menghasilkan hingga 5 ton bandeng, meski selisih keuntungan tidak terlalu besar," tutur Ahmad Sujai salah seorang petambak yang kini beralih budidaya bandeng.
Tercatat lebih dari 15.000 hektar lahan budidaya perikanan yang tersebar di empat kecamatan di Indramayu meliputi Kecamatan Indramayu, Losa-rang, Pasekan, Sindang menjadi wilayah sentra budaya pertambakan di Indramayu. Bagi petani tambak, lesunya bisnis sibungkuk udang windu belakangan ini tak menyurutkan petani tambak untuk tetap memanfaatkan kawasan pesisir pantai utara Indramayu untuk dijadikan lahan mencari nafkah, (ek-105)
Sumber : Pelita 5 Maret 2012 Hal 11