Prospek Pasar ikan lele dumbo
Peluang pasar lele dumbo tidak hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar konvensional seperti konsumen rumah tangga, restoran, atau rumah makan yang membutuhkan pasokan lele dumbo ukuran konsumsi. Setiap subsistem dalam budi dayanya juga memiliki pasar yang membutuhkan pasokan lele dumbo dari berbagai jenis ukuran, tergantung pada subsistem usaha budi daya lele dumbo yang dilakukan
Kondisi di atas menunjukkan bahwa pembudidayaan lele dumbo tidak harus dilakukan secara integreted (terpadu) mulai dari pembenihan, pendederan dan pembesaran dalam satu unit usaha. Namun, bisa dipecah-pecah menjadi beberapa subsistem secara terpisah. Kenyataan inilah yang terjadi di lapangan. Dari sekian banyak peternak yang terjun dalam usaha budi daya lele dumbo, hanya sebagian kecil yang membudidayakannya secara integreted di dalam satu unit usaha.Sebagian besar peternak justru hanya mernbudidayakan lele dumbo dalam satu atau duasubsistem.
ItU berarti ada peternak yang hanya bertindak sebagai pembenih dan ada peternak yang hanya bertindak sebagai pendeder. Selebihnya ada peternak yang bergerak hanya di biding usaha pembesaran.
Dengan demikian peluang usaha budi daya di setiap subsistem sangat terbuka lebar; karena semua subsistem ini saling berkaitan satu sama lain.
Satu hal terpenting, peluang pasar lele dumbo tidak hanya ada di dalam negeri. Lele dumbo berukuran besar juga berpeluang untuk di ekspor ke beberapa negara, sebagaimana yang pernah diminta olel negara Korea Selatan beberapa waktu lalu. Namun permintaan tersebut belum dapat terpenuhi akibat produksi yang belum kontinu, sehinggai peluang tersebut belum termanfaatkan dengan baik
Sumber : Khairuman Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, Agromedia Pustaka, 2008.
jenis tanah untuk kolam ikan
Keadaan jenis tanah penting diperhatikan karena akan berpengaruh langsung terhadap kemiringan dan besar kecilnya pematang.
Pemeliharaan ikan di kolam sangat tergantung pada pematang untuk menahan volume air. Ketinggian air kolam baru dapat dipertahankan ketika tanah dasar dan pematang dapat menahan air dan tidak porous. Tanah liat berpasir atau lempung liat cukup
berpasir biasanya memiliki plastisitas tinggi dan tidak poros.
Ciri tanah dengan plastisitas tinggi biasanya tidak mudah terputus ketika dibentuk memanjang seperti pencil, tetapi mudah pecah bila dibentuk lempengan dan dipijat dengan jari. Tanah dengan plastisitas tinggi juga ditandai dengan tidak terlalu menciut kalau kering dan tidak terlalu lengket kalau basah. Tanah sawah biasanya ditandai dengan retak-retak kalau kering, dikenal dengan nama selo (tanah yang retak-retak) dan lengket ketika basah.
Jenis tanah yang paling baik untuk pembuatan kolam adalah jenis tanah liat atau lempung yang sedikit berpasir (sandy loom). tanah liat atau lempung dengan kadar liat antara 35-55% biasanya bersifat hidup dan mudah dibentuk. Untuk mengetahuinya ada cara yang sangat sangat efektif, yaitu dengan cara menggenggam tanah tersebut. Jika tanah tersebut mudah dibentuk dalam arti kata tidak pecah, tetapi juga tidak melekat di tangan kita bisa disimpulkan hahwa tanah tersebut merupakan tanah liat dengan sedikit berpasir.
Jenis tanah kedua yang dianjurkan adalah jenis tanah lempung liat berpasir, terapan atau beranjangan dengan kadar liat sekitar 20 - 35%. Kedua jenis tanah ini sangat kuat untuk menahan air, sehingga sangat cocok untuk dibuat pematang yang kokoh.
Jenis tanah ketiga yang boleh dipergunakan untuk membuat kolam adalah jenis tanah lempung berpasir yang berfraksi kasar dengan kadar liat hanya sekitar 30%. Jenis tanah ini awalnya memang akan sulit menahan air. Namun lama-kelamaan dengan pengolahan tanah yang baik dan terus menerus, ditambah adanya sedimen atau endapan tanah yang terbawa air sungai maka akan timbul daya tahan terhadap air. Kolam di daerah pegunungan biasanya tergolong jenis ini, mengandung banyak pasir tetapi masih cukup layak dibuat pematang.
Tanah dengan kandungan pasir yang banyak (lebih dari 70%) terutama yang berbatu tidak cocok untuk dibuat kolam karena tidak bisa menahan air dan sulit dibentuk. Jenis tanah yang demikian masih memungkinkan apabila keseluruhannya dibeton atau ditembok.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009
Persyaratan teknik topografi kolam ikan
Selain keenam syarat sosial ekonomi tersebut di atas, persyaratan teknik juga penting untuk diperhatikan. Persyaratan teknik ini meliputi topografi, tanah, dan air.
1. Topografi
Topografi adalah bentuk keseluruhan dari permukaan tanah (datar, bergelombang atau curam). Topografi merupakan sorotan kita yang pertama kali karena akan menentukan tipe, luas, jumlah, dan kedalaman kolam yang akan dibuat.
Tanah yang miring sekali, tidak bisa dibangun unit perkolaman karena nantinya bentuk kolamnya akan kecil dan pematangnya lebar. Pematang yang lebar ini berfungsi agar kuat menahan massa air yang besar yang terkumpul di bawahnya. Begitu juga apabila tanahnya terlalu datar, akan memakan biaya yang besar untuk menggali tanahnya. Selain itu juga akan menyulitkan pembuangan airnya (drainase).
Ada enam tipe tempat yang mempunyai sifat dan kegunaan khusus untuk pembuatan kolam, yaitu lembah yang berbentuk V dan lembah yang dasarnya mendatar'
a. Lembah yang berbentuk V tajam
Jangan pernah membuat kolam ikan di lembah ini karena harus membuat pematang yang tinggi untuk mendapatkan kolam yang ukurannya kecil. Hal ini tidak efisien karena hanya membuang biaya dan tenaga dengan percuma, sedangkan usaha yang dilakukan tidak tepat pada sasaran.
b. Lembah yang dasarnya berbentuk V tidak begitu tajam
Lembah yang berbentuk demikian masih memungkinkan untuk dibuat kolam. Hanya saja kolam yang dibuat berukuran kecil-kecil karena dasar lembahnya sempit. Lembah yang berbentuk seperti ini lebih baik jika dibanding lembah yang pertama, karena pematang yang dibuat tidak terlalu lebar.
c. Lembah yang dasarnya berbentuk V membulat
Lembah ini dapat dibuat kolam yang lebih lebar dibandingkan dengan lembah yang berbentuk V tidak begitu tajam. Kesulitan utamanya adalah pada saat diadakan pengeringan, karena sistem pengairan yang terpaksa dibuat secara seri.
d. Lembah yang dasarnya mendatar di salah satu lerengnya dengan sungai yang mengalir di dasar lereng yang lain
Daerah semacam ini relatif lebih mudah dibangun komplek perkolaman yang luas meskipun terpaksa disusun secara seri. Caranya dengan menggali saluran di kaki lereng yang pertama tadi dan membelokkan arus sungai seperlunya sehingga sungai bercabang di suatu tempat yang tinggi. Saluran buatan ini berfungsi memberikan suplai air ke kolam yang dibangun di antara kedua saluran.
e. Lembah yang dasarnya mendatar di kaki kedua lereng dengan saluran sungai di tengah dataran Daerah ini paling ideal untuk dibangun unit perkolaman. Kolam biasanya dibangun dengan ukuran yang lebih luas di kedua sisi aliran sungai tadi. Dengan demikian selain ukuran kolamnya bisa luas, jumlahnya pun bisa banyak. Sumber air bisa diperoleh dengan jalan membendung sungai tadi dan membuat saluran air pemasukan di kedua lereng lembah tadi. Sungai berfungsi sebagai saluran pelimpahan air apabila terjadi banjir besar atau debitnya bertambah sehingga kolam terbebas dari bahaya banjir yang tidak diinginkan.
f.Lembah yang dasarnya terlalu datar
Lembah dengan topografi datar tidak cocok untuk dibangun unit perkolaman. Selain biaya penggalian tanahnya besar, pemilik akan kesulitan untuk membuang atau mengalirkan air setelah unit perkolaman tersebut jadi. Sedangkan syarat kolam yang baik selain mudah diairijuga harus mudah dikeringkan.
Lembah yang terlalu datar akan mengalami masalah ketika hujan deras datang. karena areal perkolaman akan tergenangi air dari sekitar lembah.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009
Pengumuman Pengadaan CPNS Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Tahun 2009
Departemen Kelautan dan Perikanan dalam Tahun 2009 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 254 Tahun 2009
mendapat Tambahan Formasi Calon Pegawai Negeri Sipil ( CPNS ) untuk pelamar umum sejumlah 629 orang, yang akan ditempatkan/ditugaskan untuk mengisi kekosongan jabatan pada Kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut :
A. PERSYARATAN
- Warga Negara Indonesia;
- Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;
- Tidak pernah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, pegawai perusahaan atau pegawai swasta;
- Tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS atau Calon/Anggota TNI/Polri serta tidak sedang menjalani ikatan kerja dengan perusahaan atau suatu anggota profesi lainnya;
- Tidak sedang menjalankan pendidikan formal;
- Berkelakuan baik;
- Sehat jasmani dan rohani;
- Tidak menjadi anggota dan atau pengurus partai politik;
- Usia pada tanggal 1 Desember 2009, serendah-rendahnya 18 tahun dan setinggi-tingginya 35 tahun;
- Pendidikan:
- Pasca sarjana (S2), dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,00;
- Sarjana (S1)/Diploma IV, dan Diploma III, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,50;
- Status akreditasi program studi pada point a dan b minimal B (apabila di dalam ijazah tidak tertera atau mencantumkan status akreditasi maka dibuktikan dengan Surat Keterangan Akreditasi dari Perguruan Tinggi);
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri;
- Khusus yang melamar Jabatan Peneliti, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal = 3,00.
sumber : http://www.ropeg.dkp.go.id
6 (enam) hal pokok yang penting kita perhatikan dalam pemilihan lokasi perkolaman bila dilihat dari segi sosial ekonomi
Ada banyak kasus yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila kita mengetahui persyaratan lokasi kolam yang baik. Contoh dari kasus ini adalah: kolam yang selesai dibangun tidak bisa berproduksi, kolam tidak bisa diairi, sulit mendapatkan makanan atau sulit mendapatkan tenaga kerja. Lokasi perkolaman bisa juga terpaksa ditutup karena airnya tercemar, akan dibangun perumahan, dan lain-lain.
Lokasi yang baik untuk dibangun suatu unit perlombaan harus memenuhi persyaratan dari segi sosial ekonomi maupun teknik.
Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis, langkah yang perlu dilakukan selanjutnya sebelum di mulai tahap pembangunan unit perkolaman adalah perencanaan.
A. Segi Sosial Ekonomi
Lokasi untuk unit perkolaman harus menguntungkan secara ekonomi. Artinya, penilaian lokasi didasarkan atas efisiensi dan
pemasaran. Yang ditekankan di sini, lokasi perkolaman sebaiknya memperhatikan hal berikut.
1. Dekat dengan jalan umum
Dalam usaha perkolaman, akses jalan mempunyai peranan yang sangat penting. Apabila lokasi perkolaman agak jauh dari Jalan umum sebaiknya perlu dibuatkan jalan khusus. Adanya jalan yang baik akan memudahkan transportasi untuk bahan bangunan pembuatan kolam, transportasi sarana produksi pada masa pemeliharaan, maupun transportasi produksi ikan nantinya. Apabila jalan umum ini tidak ada atau jelek maka akan menaikkan biaya eksploitasi. Akibatnya ongkos produksi akan naik, sehingga hasilnya panen hanya cukup untuk menutup ongkos produksi. Namun, jika prasarana jalan ini baik maka para pedagang ikan atau tengkulak pun tidak akan segan untuk datang dan membeli hasil ikan tersebut. Jadi, prasarana jalan jelas sangat penting.
2. Dekat dengan rumah
Usaha perikanan tidak sama dengan usaha pertokoan di pasar yang barang-barangnya bisa ditinggalkan di toko pada malam hari kemudian dibuka lagi keesokan harinya. Usaha perikanan menuntut pengorbanan kita untuk bisa berkembang dan berhasil. Kita tidak bisa meninggalkan usaha ini meskipun kita telah mempunyai pekerja yang mengurus kolam kita. Disini kita dituntut agar selalu mengawasinya. Oleh karena itu, untuk memudahkan pengawasan usaha ini maka lokasi perkolaman harus dekat dengan rumah. Pengawasan ini sangat penting terutama pada saat musim hujan dimana saluran air atau sungai meluap. Pengawasan yang kurang akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Apabila kita akan membangun suatu unit perkolaman yang jauh dari tempat tinggal kita maka harus dibuat rumah jaga dengan mempekerjakan beberapa tenaga kerja yang terampil dan bisa dipercaya. Artinya, lokasi perkolaman yang jauh dengan rumah tinggal akan memerlukan tambahan biaya untuk membuat rumah jaga, membayar gaji parapekerja, ditambah lagi biaya transportasi pemilik kolam pada saat melakukan monitoring.
3. Daerah pengembangan budi days ikan
Tempat yang akan dibangun perkolaman diusahakan merupakan daerah pengembangan budidaya ikan. Ini dimaksudkan agar memudahkan dan memasarkan hasil panen. Selain itu juga harus diingat ikan yang akan dipelihara adalah jenis ikan yang sangat disukai masyarakat setempat, misalnya ikan karper, tawes, lele, gurame, dan lain sebagainya. Kalau usaha perikanan kita sudah besar maka pemilihan jenis ikan yang dipelihara adalah jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan disukai masyarakat luas, sehingga akan memudahkanjuga dalam hal pemasarannya.
4. Keamanan terjamin
Segi keamanan juga harus benar-banar diperhatikan. Daerah yang akan dijadikan tempat usaha haruslah aman dari segala macam
gangguan, baik gangguan dari manusia jahil, maupun dari gangguan hewan-hewan pemangsa ikan, misalnya anjing air, burung, ular dan lain sebagainya. Untuk menjaga keamanan yang disebabkan manusia kita haruslah bisa menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar kita, sehingga mereka turut memiliki dan menjaga. Kita harus Ingat bahwa usaha perikanan yang luas pun bisa bangkrut hanya dengan perbuatan anak kecil yang iseng membuang kaleng bekas Baygon ataupun obat serangga lainnya. Oleh karena itu membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar perkolaman sangatlah penting. Sedangkan untuk menjaga keselamatan ikan dari hewan pemangsa (predator) bisa diatasi dengan teknik pengolahan yang baik.
5. Perkembangan kota dan industri
Hal penting selain keempat syarat tersebut diatas adalah kita harus mengetahui rencana pembangunan pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini sangat penting untuk kelangsungan usaha yang akan dijalankan. Jangan sampai usaha yang sudah mulai berjalan dan menghasilkan sudah harus ditutup karena adanya pemekaran kota, atau akan didirikan pabrik. Atau mungkin juga pabrik yang dibangun jauh dari lokasi perkolaman tetapi pembuangan limbah pabrik tersebut mencemarkan air yang masuk ke kolam yang sudah di bangun. Oleh karena itu, lokasi perkolaman harus tidak terkena pemekaran kota dan pengaruh kurang baik dari industri paling sedikit dalam jangka waktu 15-20 tahun.
6. Mudah mendapatkan tenaga kerja
Yang terakhir adalah masalah tenaga kerja yang mudah didapatkan dengan imbalan yang wajar, terutama tenaga kerja yang telah terampil dalam memelihara ikan. Jika lokasi perkolaman terletak di daerah pengembangan budidaya ikan maka tenaga kerja di daerah tersebut diharapkan telah menguasai teknik perikanan.
Itulah enam hal pokok yang penting kita perhatikan dalam pemilihan lokasi perkolaman bila dilihat dari segi sosial ekonomi.
Keenam hal pokok tersebut saling berhubungan dan tidak boleh terpisah satu sama lain.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009
Jenis Kolam Ikan Menurut Aliran Airnya
Berdasarkan aliran air yang masuk, kolam dibedakan menjadi 2 macam.
1. Kolam air tergenang (stagnant water pond)
Kolam air tergenang biasanya ditandai dengan luasnya yang relatif besar. Meskipun dikatakan kolam air tergenang, bukan berarti tidak ada aliran air sama sekali. Aliran air biasanya dimaksudkan untuk mengganti kebocoran dan penguapan. Jadi aliran air ini tidak begitu berpengaruh pada kehidupan jasad renik di kolam tersebut.
2. Kolam air mengalir (running water pond)
Berbeda dengan jenis yang pertama, kolam air mengalir (ruining water pond) biasanya berukuran kecil. Aliran air yang deras
menyebabkan kolam miskin jasad hidup. Dengan aliran air yang deras diharapkan air kolam kaya oksigen. Dasar kolam biasanya gersang.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009
Pembesaran Lele Dumbo
Pembesaran adalah pemeliharaan lele dumbo yang berasal dal pendederan (I dan II) untuk dipelihara dalam jangka waktu tertentu hingga mencapai ukuran yang siap dipasarkan ke konsumen. Ukurannya 6-12 ekor per kg. Pembesaran lele dumbo ini dapat dilakukan di kolam tanah, kolam tembok, atau di jaring apung.
Bentuk kolam yang ideal untuk memelihara lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2 dengan kedalaman 1-1,5 m dan kemiringan kolam dari lubang pemasukan air ke lubang pengeluaran air 0,5%. Di bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang melintang dari lubang pemasukan air ke pengeluaran air.
Parit dibuat selebar 30 -50 cm dengan kedalaman 10-15 cm. Sementara itu, jika
menggunakan jaring apung dapat menggunakan konstruksi jaring apung yang umum digunakan pembudidaya ikan. Hanya saja, ukuran mata jaringnya harus lebih kecil dari ukuran tubuh ikan yang ditebar agar ikan yang dipelihara tidak lolos atau melarikan diri.
lubang pemasukan dan pengeluaran air dibuat dengan ukuran 15 - 20 cm. Lubang pengeluaran air dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian,yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat yang terdiri dari dua lapis, satu di antaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki.
Sementara itu, bentuk lubang pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana. Hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang di bawah kolam dengan tambahan pipa berbentuk "L" yang mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam. Di lubang pemasukan dan pengeluaran air dapat dipasang saringan untuk mencegah keluarnya ikan.
Selain pakan alami, untuk mempercepat pertumbuhan, lele perlu diberi pakan tambahan. Jumlah pakan tambahan yang diberikan sebanyak 2-5% per hari dari berat total ikan yang ditebar ke kolam. Pemberian pakan tambahan ini dilakukan 3-4 kali setiap hari. Komposisi pakan tambahan yang diberikan dapat berupa campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1 : 9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, dan cincangan bekicot dengan perbandingan 2 : 1 : 1 campuran tersebut dapat dibuat dalam bentuk pelet.
Lele dumbo akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200-250 gram dan panjang 15-20 cm per ekor. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam agar ikan berkumpul di kamalir, sehingga. mudah ditangkap menggunakan waring atau lambit. Cara lain memanen lele adalah dengan
menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon yang diletakkan d dasar kolam. Saat air kolam disurutkan, lele akan masuk ke dalam ruas bambu atau paralon tersebut.
Lele hasil tangkapan dikumpulkan di wadah berupa ayakan (happa) yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir. Hal ini dilakukan untuk mengistirahatkan ikan sebelum diangkut untuk dipasarkan*.
Pengangkutan lele dapat dilakukan menggunakan karamba, pikulan ikan, atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya. Perlu diingat, jangan menggunakan media pengangkut berupa kantong plastik karena akan mudah bocor terkena patil lele.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Jenis - jenis Kolam Ikan Menurut Fungsinya
Adapun pembagian kolam menurut fungsinya dibedakan sebagai berikut.
1. Kolam pemeliharaan induk
Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai tempat penyimpanan induk ikan yang akan dikawinkan atau dipijahkan, dan tempat pemeliharaan induk ikan yang telah selesai dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk biasanya ada dua buah, satu untuk induk
jantan dan lainnya untuk induk betina.
Sistem pemasukan air yang ideal adalah secara paralel. Jadi kolam induk jantan dan betina bisa mendapatkan air dari pintu air masing-masing. Jika terpaksa, sistem pemasukan airnya boleh seri. Namun, harus diingat, kolam induk betina harus berada di atas, supaya induk betina tidak terangsang oleh sperma jantan yang keluar secara tidak sengaja.
2. Kolam pemijahan/perkawinan
Kolam pemijahan berfungsi untuk mempertemukan induk jantan dan betina yang telah matang telurnya, dengan melakukan manipulasi lingkungan terlebih dulu agar pemijahan berhasil dengan baik. Untuk itu, kolam induk dan kolam pemijahan ikan Cyprinus dan Puntius (ikan karper dan tawes) berada pada tempat yang terpisah. Namun untuk ikan lele, gurami, arwana, dan nila kolam pemeliharaan induk dan kolam pemijahannya bisa menjadi satu.
3. Kolam penetasan telur
Kolam penetasan telur ini tidak terlalu mutlak dalam satu unit kolam. penetasan telur biasanya dilakukan di kolam pemijahan. Beberapa pengusaha menggantikan kolam penetasan telur ini
dengan akuarium yang ditempatkan dalam bangunan khusus yang disebut hatchery (tempat penetasan).
4. Kolam pendederan
Fungsi kolam pendederan adalah untuk mendederkan atau membesarkan larva ikan menjadi bibit ikan yang siap untuk dibesarkan. Kolam pendederan biasanya berukuran antara 250-600 m2. Kolam pendederan biasanya terdiri lebih dari satu kolam. Ada kolam pendederan I, kolam pendederan II, dan lain sebagainya. Pada usaha budidaya ikan arwana, setelah telur dimuntahkan dari mulut induk betina, penetasan sekaligus pendederannya dilakukan di dalam akuarium. Mengingat telur ikan arwana berukuran besar, larva arwana yang telah habis kuning telurnya pun memiliki ukuran yang luar biasa yaitu sekitar 10-12 cm. Oleh karena itu, burayak arwana relatif lebih mudah dirawat karena sudah bisa makan ikan kecil dan udang kecil, tidak seperti larva ikan lainnya yang biasanya relatif kecil bukaan mulutnya sehingga harus makan rotifera.
5. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran ikan tradisional biasanya berukuran sama atau lebih besar dibandingkan kolam pendederan. Namun, dalam kurun waktu 30 tahun ini, di daerah Jawa Barat telah dikembangkan pemeliharaan ikan di kolam air deras yang lahannya sempit tetapi dengan kepadatan yang sangat tinggi. Untuk pemeliharaan ikan secara intensif ini, debit air harus cukup besar yaitu berkisar antara 10-15 liter/detik. Dan makanan tambahannya harus bergizi tinggi, misalnya pelet yang mempunyai kandungan protein tidak kurang dari 40%.
Selain itu, sekarang sudah berkembang pemeliharaan ikan di jaring terapung yang bisa ditebarkan benih ikan dengan kepadatan tinggi dan pemberian makanan tambahan. Selain itu ada bentuk 'kolam' alternatif untuk pembesaran ikan. Di daerah Sumatera Selatan ada 'kolam' pembesaran yang dikenal dengan nama hampang (pen culture), di Jawa Timur ada sawah tambak, di Kalimantan Selatan ada keramba yang panjangnya mencapai
puluhan kilometer. Di Jakarta sudah sering dikenal pemeliharaan lele di kolam comberan, di Bekasi ada kolam karpet dan lain sebagainya.
6. Kolam penumbuhan makanan alami
Kolam ini tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kolam yang telah disebutkan terdahulu. Biasanya kolam ini dibuat dengan sengaja untuk persediaan makanan bagi benih yang masih lemah, atau benih ikan yang dirawat secara intensif misalnya benih ikan lele, benih udang, benih ikan gurame, dan lain-lainnya.
7. Kolam pengendapan
Areal perkolaman yang airnya berasal dari sungai yang banyak mengandung endapan lumpur biasanya dilengkapi dengan kolam pengendapan. Kolam ini dimaksudkan untuk mengendapkan lumpur, padatan anorganik maupun sampah organik yang terikut air. Bila tidak ada kolam ini maka lumpur dan sampah lainnya dapat mengakibatkan pendangkalan kolam. Selain kolam pengendapan, biasanya dibangun juga bak filter (penyaring). Biasanya air hasil
penyaringan dari bak filter ini dipakai untuk pemijahan ikan dan penetasan telur. Sedangkan untuk kolam pendederan dan pembesaran, airnya cukup dari bak pengendapan saja.
8. Kolam penampungan hasil
Kolam ini berfungsi untuk menampung hasil benih maupun Ikan konsumsi yang telah di panen dari kolam. Biasanya kolam ini tidak begitu luas. Terkadang kolam ini berfungsi untuk pemberokan Ikan yang akan diangkutjauh.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009
Pendederan Lele Dumbo
Pendederan adalah pemeliharaan benih lele dumbo yang berasal dari
hasil pemijahan untuk dipelihara dalam jangka waktu tertentu hingga siap dibesarkan di kolam pembesaran. Pendederan dapat dilakukan di bak tembok, kolam tanah, atau jaring apung. Kegiatan pendederan meliputi persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan, pengontrolan, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan hasil. Pendederan lele dumbo dilakukan dalam dua tahap yaitu pendederan I dan pendederan II.
Pendederan I adalah pemeliharaan benih berukuran 1-3 cm selama 30-45 hari untuk memperoleh lele dumbo berukuran 5-8 cm per ekor. Pada pendederan 1, benih diberi pakan berupa pelet dalam bentuk tepung sebanyak 3-5% dari berat total benih yang dipelihara.
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, pada pagi, sore, dan malam hari. Pakan disebar merata ke kolam agar semua benih mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.
P
endederan II adalah pemeliharaan hasil panen pendederan I (ukuran 5-8 cm per ekor) selama 30 hari sehingga diperoleh lele dumbo berukuran 8-12 cm per ekor. Pada pendederan II, pakan yang diberikan berupa pelet hancuran (crumble), sebanyak 3-5% dari berat total benih yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari pada pagi, sore, dan malam hari. Pakan disebar merata agar semua benih mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Pemijahan Lele Dumbo
Selain dapat dilakukan melalui perkawinan secara alami, pemijahan lele dumbo juga bisa dilakukan secara semi-intensif dan intensif melalui proses perangsangan dengan kawin suntik. Pembenihan secara intensif dan semi-intensif dilakukan dengan merangsang induk lele dumbo agar mau memijah melalui penyuntikan zat perangsang berupa kelenjar hyphofisa atau HCG (human chlorionic gonadotropin). Kelenjar hyphofisa, ini dapat diperoleh dari ikan donor seperti lele dumbo atau ikan mas yang telah matang kelamin dan minimum telah berumur 12 bulan.
Sementara, itu, HCG dapat dibeli di pasaran dengan merek jual ovaprime. jumlah dosis penyuntikan kelenjar hyphofisa cukup I dosis. Artinya, berat ikan donor yang akan diambil kelenjar hyphofisanya harus sama dengan berat; induk lele dumbo yang akan disuntik. Sementara itu, dosis penyuntikan ovaprime adalah 0,5 cc per kilogram berat induk yang akan dipijahkan. Selama pemijahan, induk lele dumbo diberi pakan pelet sebanyak 3-5% per hari dari berat induk yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan 2-3 Kali sehari pada pagi, sore, dan malam hari.
Sementara itu, benih lele dumbo yang baru menetas sampai berumur 3, hari belum diberi pakan tambahan, karena cadangan makanan di dalam tubuhnya masih tersedia berupa kuning telur. Pada hari keempat, benih, diberi pakan tambahan yang sesuai dengan bukaan mulutnya.
Pakan tambahan yang paling cocok berupa pakan alami atau pakan hidup berupa plankton. Salah satunya adalah kutu air atau yang lebih dikenal dengan sebut Daphnia sp. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan (sekenyangnya). Sebaiknya pakan diberikan dua Kali sehari, pada pagi dan sore hari. selain kutu air pakan alami yang juga cocok untuk benih lele dumbo adalah cacing sutera.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
karakteristik Daging Lele Dumbo
Lele dumbo termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang menurut penggemarnya memiliki rasa daging enak dan gurih dengan tekstur, empuk. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang kurang menyukainya karena menganggap daging lele dumbo terlalu banyak mengandung lemak.
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena memang ada sebagian dagingnya yang hancur menjadi serpihan saat digoreng. Hal ini terjadi terutama pada lele dumbo yang berukuran besar.
Berdasarkan hasil penelitian, lele dumbo memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram dagingnya mengandung 18,2 gram protein. Dengan begitu, 500 gram lele dumbo berukuran kecil (kira-kira 4 ekor) mengandung 12 gram protein, energi 149 kalori, lemak 8,4 gram, dan karbohidrat 6,4 gram. Komposisi gizi sebesar ini jarang dimiliki oleh daging-daging sumber protein lainnya. Saat ini, olahan lele dumbo juga sudah banyak dijual di rumah makan, restoran, hotel, dan warung kaki lima dalam bentuk, pecel, gulai, atau dibumbu asam pedas.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Jenis Kolam Menurut Bentuknya
Bentuk kolam yang lazim dikenal masyarakat ada 4 macam, yaitu persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran, dan segitiga.
1. Bentuk persegi panjang
Kolam berbentuk persegi panjang sering kita temukan di masyarakat sebagai kolam pemeliharaaan ikan tradisional. Mungkin pada mulanya masyarakat hanya melihat se "pantas" nya saja. Namun, ternyata dari hasil penelitian dan pengalaman, kolam berbentuk persegi panjang ini memang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kolam yang berbentuk bujur sangkar.
Kelebihannya ada dalam hal sirkulasi air dan penyediaan makanan alami ikan. Hal ini disebabkan oleh kolam berbentuk persegi panjang mempunyai sisi atau pinggiran yang lebih banyak dibandingkan dengan kolam berbentuk bujur sangkar. Dari pengalaman penulis di lapangan, makanan alami ikan (moina, daphnia) lebih banyak tumbuh di pinggiran kolam yang dangkal dibandingkan di tengah kolam yang relatif lebih dalam. Misalnya saja sebuah kolam yang luasnya 600 m2 dengan ukuran 15 m x 40 m akan memiliki tepian sepanjang 110 m. Jadi potensi makanan alami yang tumbuh di sepanjang 110 m tepian kolam itu akan lebih besar dibandingkan jika kolam dengan luas yang sama dengan ukuran 25 m x 24 m yang hanya memiliki panjang tepian 98 m.
Ada perbedaan panjang tepian 12 m atau plus minus 12%, suatu jumlah yang lumayan besar apalagi jika terdapat puluhan kolam.
2. Bentuk bujur sangkar
Seperti telah dikemukakan di atas, kolam berbentuk bujur sangkar mempunyai kelemahan dalam hal sirkulasi air dan penyediaan makanan alami ikan. Kolam berbentuk bujUr sangkar biasanya dipilih sebagai alternatif terakhir karena adanya kelebihan tanah.
3. Bentuk lingkaran/bulat
tiga puluh tahun yang lalu, kolam berbentuk bulat tidak lazim dibuat. Namun dengan adanya perkembangan budidaya ikan, di daerah Jawa Barat telah dikembangkan kolam air deras yang berbentuk bulat. Kolam ini mempunyai pembuangan air di bagian poros (tengah).
Kolam berbentuk bulat ini dapat ditemukan di Balai benih Ikan di Leuwisari, Tasikmalaya. Menurut pengalaman dan pengamatan, kapasitas kolam ini lebih banyak dengan sirkulasi air dan pembuangan kotorannya lebih terjamin. Model kolam semacam ini seluruhnya terbentuk dari pasangan batu kali.
4. Bentuk segitiga
Bentuk kolam segitiga lebih fleksibel dibandingkan kolam yang berbentuk persegi panjang maupun bujur sangkar. Kolam ini biasanya merupakan bentuk umum dari kolam air deras yang disarankan. Dengan bentuk tersebut, kotoran air (sampah dan lumpur) tidak akan mengendap di dasar kolam. Kualitas air tetap baik karena sirkulasi air yang sempurna. Selain itu, makanan ikan yang tidak habis termakan akan hanyut sehingga tidak menyebabkan racun bagi ikan. Sama seperti bentuk kolam lingkaran, kolam berbentuk segitiga juga biasanya terbuat dari pasangan batu kali.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009
Jenis Kolam Ikan Menurut Sumber Airnya
Bila ditinjau dari sumber airnya, ada 4 jenis kolam, yaitu kolam tadah hujan, kolam mata air, kolam berpengairan setengah teknis, dan kolam berpengairan teknis.
1. Kolam tadah hujan
Kolam tadah hujan yaitu kolam yang sumber airnya hanya diperoleh dari air hujan. Contohnya adalah kolam galian pasir dan kolam bekas galian batu bata. Ciri-ciri dari kolam ini adalah:
• Tidak ada pintu pemasukan dan pengeluaran air sehingga sirkulasi air tidak ada.
• Mengalami banjir pada saat hujan besar dan kekeringan pada saat musim kemarau panjang terutama bagi kolam yang dangkal.
• Pematang kolam sangat lebar atau tidak ada sama sekali.
2. Kolam mata air
Sumber air kolam ini adalah mata air (tuk, Jawa). Mata air ini biasanya berada di dekat kolam, tetapi terkadang menjadi satu dengan kolam. Jenis kolam ini biasanya lebih terjamin kontinuitas, airnya dibandingkan dengan kolam tadah hujan. Namun, kualitas air biasanya kurang baik karena miskin unsur hara dan pH nya rendah. Kolam mata air biasanya banyak ditemukan di daerah pegunungan seperti di Ngrajeg, Muntilan (Jawa Tengah), Sukabumi, Cianjur, Bogor (Jawa Barat).
Kolam mata air terancam keberadaannya karena industri air minum kemasan dan industri air minum isi ulang yang terus berkembang. Kepentingan ekonomi menjadikan air dari mata air tersebut menjadi air minum kemasan yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Penulis pernah melakukan survey ke sebuah lahan dekat mata air yang ternyata kemudian penulis ketahui bahwa calon investor bukan hendak membangun kolam ikan melainkan mengincar sumber airnya untuk dibuat sebagai bahan baku air minum kemasan.
3. Kolam berpengairan setengah teknis
Kolam berpengairan setengah teknis yaitu kolam yang mendapatkan pengairan dari saluran irigasi setengah teknis. Maksud dari setengah teknis adalah sebagian besar saluran airnya masih merupakan tanah biasa dan hanya sedikit yang ditembok. Pengaturan air tentu saja lebih teratur dibandingkan kedua jenis kolam sebelumnya.
Ketika musim hujan kolam ini tidak terkena banjir karena pemasukan dan pengeluaran airnya bisa diatur dan pematangnya pun cukup kuat dan lebar. Namun apabila musim kemarau panjang, kolam ini kemungkinan masih akan mengalami kekurangan air, karena sebagian besar airnya dimanfaatkan untuk tanah pertanian sehingga kolam ini tidak mendapat suplai air.
4. Kolam berpengairan teknis
Kolam berpengairan teknis adalah kolam yang mendapatkan air yang cukup sepanjang tahun dari saluran irigasi tersier. saluran
pembagi air yang menuju komplek perkolaman sebagian besar atau seluruhnya sudah ditembok sehingga pengaturan airnya lebih mudah.
Bentuk kolamnya pun biasanya telah memenuhi kriteria teknik. Kolam yang tersebut dapat ditemukan pada instansi pemerintah yang bergerak di bidang Penelitian dan Pengembangan Budidaya lkan, misalnya : Balai Benih Ikan baik lokal maupun central, Balai Budidaya Air Tawar, Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Sekolah Usaha Perikanan Menengah Jurusan Budidaya Air Tawar, dan lain sebagainya. Kolam berpengairan teknis ada juga yang dimiliki oleh masyarakat umum, namun biasanya tidak begitu luas dan merupakan kolam air deras (Running Water Pond). Kolam air deras banyak ditemukan di daerah Jawa Barat seperti : Bogor, Bandung, Sukabumi, Cianjur, sedangkan seluruh ikan yang dipelihara adalah ikan mas (Cyprinus carpio).
Karena selama ini hanya ikan mas yang memberikan respon positif terhadap pemberian makanan tambahan. Artinya, semakin berkualitas makanan yang diberikan dalam kuantitas yang cukup dan secara kontinyu, akan memberikan pertumbuhan badan yang sebanding. Itulah yang menyebabkan Ikan mas menjadi komoditi yang paling dominan pada pemeliharaan ikan jaring terapung di peraian umum yang diberikan makanan tambahan. Sedangkan ikan nila (Tilapia nilotica) menempati jaring kedua, yang dipelihara hanya dengan memanfaatkan sisa makanan lkan mas dan lumut yang tumbuh di jaring.
sumber : Heru Susanto, Penebar Swadaya, 2009
Kebiasaan hidup lele dumbo
Di habitat aslinya, lele dumbo berpijah pada awal musim hujan. Hal ini disebabkan pada musim hujan ikan mengalami rangsangan untuk memijah akibat terjadinya peningkatan kedalaman air. Peningkatan kedalaman air inilah yang dapat ditiru di kolam budi daya untuk merangsang lele dumbo agar memijah di luar musim hujan.
Proses pemijahan alami di alam terjadi dalam beberapa tahapan. Awalnya, ketika musim hujan datang, induk dumbo yang sudah siap memijah (matang kelamin dan matang gonad) akan mencari lokasi yang sesuai. Setelah itu, lele dumbo betina meletakkan telur-telurnya di pinggir perairan lokasi pemijahan. Pada saat bersarmaan, lele jantan menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut. Selanjutnya, telur-telur yang telah dibuahi akan menempel di bebatuan atau di tanaman air-yang ada di sekitar.
Telur-telur ini akan menetas dalam waktu sekitar 48 jam atau 2-3 hari, tergantung dari suhu perairan. Semakin tinggi suhu perairan, semakin cepat telur menetas.
Namun,jumlah benih yang dihasilkan dari pemijahan alami biasanya sangat sedikit. Hal ini disebabkan sebagian besar benih yang baru menetas mengalami kematian akibat tidak tahan dengan kondisi perairan yang sangat ekstrim.
sebagian benih yang masih hidup akan menjadi mangsa hewan predator. Bahkan, tidak jarang hewan predator tersebut sudah memangsa telur yang baru dibuahi.
Pakan alami lele dumbo adalah binatang-binatang renik seperti kutu air dari kelompok daphnia, cladocera, atau copepoda. Berbeda dengan lele lokal, lele dumbo tidak memakan larva jentik nyamuk, serangga, atau siput (keong kecil). Dengan pola makan seperti itu, para ahli ikan menggolongkan lele dumbo sebagai ikan pemakan daging (carnivore).
Ketika dipelihara atau dibudidayakan di kolam, lele dumbo juga dapat diberi pakan bangkai dari limbah peternakan atau diberi pakan buatan seperti pelet.
Lele dumbo merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan. Artinya, hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini menjadi cepat besar (bongsor) dalam masa pemeliharaan yang singkat. Keunggulan ini dimanfaatkan para pembudidaya lele dumbo dengan memberikan pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk mengenjot laju pertumbuhannya. harapannya dalam waktu pemeliharaan yang relatif singkat lele dumbo sudah bisa dipanen dan dipasarkan sebagai ikan konsumsi.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Syarat Hidup lingkungan bagi lele dumbo
Lele dumbo memiliki insang tambahan yang sering disebut dengan arborescent atau labirin. Insang tambahan ini memungkinkannya dapat hidup di dalam lumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Lele dumbo juga mampu hidup di luar air (darat) selama beberapa jam, asalkan udara di sekitarnya cukup lembab.
Semua kelebihan tersebut membuat ikan ini tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau air mengalir ketika dipelihara di dalam kolam. Karena itu, lele dumbo dapat juga dipelihara di perairan yang kualitas airnya sangat buruk, seperti comberan atau tempat pembuangan air limbah rumah tangga yang terdapat di belakang rumah.
Walaupun begitu, para ahli perikanan tetap memberi syarat dari kualitas air (kimia maupun secara fisika) yang harus dipenuhi jika ingin sukses membudidayakan lele dumbo. Berikut ini uraiannya.
- Suhu yang cocok untuk memelihara lele dumbo adalah 20-30° C.
- Suhu optimum untuk kehidupan lele dumbo adalah 27° C.
- Kandungan oksigen terlarut di dalam air minimum sebanyak 3 ppm (miligram per liter).
- Tingkat keasaman tanah (pH) yang ditoleransi lele dumbo adalah 6,5-8.
- Kandungan karbondioksida (CO2) di bawah 15 ppm, NH3 sebesar 0,05 ppm, NO2 sebesar 0,25 ppm. dan NO3 sebesar 250 ppm.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Klasifikasi lele dumbo
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Ostariophysi
Subordo: Silaroidae
Famili: Clariidae
Genus : Clarias
Species: Clarias gariepinus
nama asing : african catfish
nama Lokal:lele dumbo, dumbo
Kolam Menurut Asal Terjadinya
Terjadinya kolam dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Kolam yang sengaja dibuat untuk memelihara ikan
Pada jenis kolam ini ada unsur kesengajaan dari pemiliknya untuk membuat media hidup ikan, mulai dari ukuran yang kecil sampai ukuran besar, dari satu kolam sampai satu unit perkolaman. Jika kolam ini kurang memenuhi persyaratan teknis, hal ini bisa disebabkan oleh 2 faktor yang telah disebutkan di atas, yaitu:
• tidak menguasai teknik pembuatan kolam.
• lokasi yang kurang memenuhi syarat.
2. Kolam yang terjadi tanpa disengaja
Kolam ini banyak terdapat di DKI Jakarta khususnya ada di Jakarta Barat yaitu di Kampung Rawa Kompeni, Kelurahan Kamal dan mungkin juga di daerah lain. Di Kampung Rawa Kompeni banyak ditemukan kolam yang populer dengan sebutan "Kolam-kolam Bekas Galian Pasir" Disebut demikian karena pada mulanya orang hanya mengambil pasirnya.
Pasir ini untuk dijual kepada pemborong yang banyak membutuhkan pasir untuk bangunan di DKI Jakarta dan sekitarnya. Namun, sekarang telah dilarang oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta karena dianggap merusak lingkungan. luas rata-rata Kolam di Kampung Rawa Kompeni antara 500-1000 m2. Bahkan ada yang lebih luas dengan kedalaman kolam antara 4-7m. Namun biasanya yang terisi air hanya 3-4 m saja- Sepintas kolam tersebut mirip danau kecil.
Kolam ini biasanya dimanfaatkan untuk kolam pemancingan oleh pemiliknya.
Selain kolam bekas galian pasir tersebut, terdapat jenis kolam yang lain yaitu kolam yang terjadi sebagai akibat dari bekas galian batu bata atau galian tanah untuk menimbun proyek perumahan.
sumber : Heru Susanto, "Kolam Ikan" Penebar Swadaya, 2009
Kolam Ikan
Pada kenyataannya banyak kita temukan kolam yang tidak memenuhi kriteria tersebut. Misalnya, kolam yang tidak bisa dikeringkan kecuali dengan mempergunakan pompa, mengalami kebanjiran pada saat hujan lebat dan kekeringan pada saat kemarau panjang, serta tidak mempunyai pematang (hanya merupakan galian tanah saja) sehingga sirkulasi airnya sulit.
Kolam yang hanya berupa galian tanah. kurang memenuhi persyaratan teknis karena tidak ada pematang, saluran pemasukan dan pengeluaran air.
Kolam dengan kondisi demikian kurang memenuhi persyaratan teknis. Akibatnya produksi dan produktifitas menurun karena pertumbuhan ikan terganggu dan biasanya mengalami berbagai hambatan dalam masa pemeliharaan. hambatan ini misalnya
pada saat ikan akan dipanen kena banjir besar atau karena musim kemarau panjang airnya kering sehingga tidak bisa dipergunakan terus-menerus. Bisa juga karena selama masa pemeliharaan tidak ada pergantian air yang kontinu.
Terbentuknya kolam tersebut disebabkan oleh 3 faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Kolam tersebut terjadi dengan tidak disengaja, mungkin merupakan bekas galian pasir, galian tanah untuk bahan baku batu bata atau galian tanah untuk menimbun, galian bahan tambang dan lain sebagainya. Galian itu kemudian dimanfaatkan untuk memelihara ikan.
2. Lokasinya kurang memenuhi persyaratan teknis untuk dibuat kolam tetapi dipaksakan dibuat kolam.
3. Pembuat kolam tidak mengetahui atau menguasai teknik pembuatan kolam sehingga membuat kolam yang asal jadi.
Melihat kenyataan tersebut, maka penting bagi kita untuk mengetahui, mempelajari, dan menguasai teknik pembuatan kolam.
sumber : Heru Susanto, "Kolam Ikan" Penebar Swadaya, 2009
Ciri Morfologi Lele Dumbo
Seperti umumnya ikan lele-lelean, lele dumbo memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tetapi tidak bersisik.Warna tubuhnya akan berubah menjadi pucat saat terkena sinar matahari dan berubah menjadi loreng seperti mozaik hitam putih jika terkejut atau kaget. Bentuk mulutnya relatif lebar, mencapai seperempat dari panjang total tubuhnya. Ciri khas lainnya adalah terdapat delapan buah kumis di sekitar mulutnya. Kumis ini berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau saat mencari makan.
Sebagai alat bantu berenang, lele dumbo memiliki tiga buah sirip tunggal, yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Lele dumbo juga memiliki dua buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip dada clan sirip perut. Di bagian sirip dada terdapat sirip yang keras dan runcing (patil) yang berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
LELE DUMBO
Lele dumbo merupakan jenis lele yang ukuran tubuhnya besar
Ukuran tubuh inilah yang membuatnya disebut dengan lele dumbo. Kata dumbo sendiri diduga berasal dari kata "jumbo" yang berarti berukuran raksasa. Menurut beberapa informasi, lele dumbo merupakan hasil persilangan lele lokal yang berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias gariepinus x Clarias fuscus). pertama Kali masuk ke tanah air pada tahun 1986.
Tidak banyak petani yang langsung membudidayakan lele jenis ini. Pasalnya beredar rumor bahwa lele dumbo sulit diterima pasar karena dagingnya rapuh dan mudah hancur sehingga tidak senikmat rasa daging lele lokal. Selain itu,teknologi pembenihan dan pembudidayaannya pada saat itu masih sangat rumit karena harus dilakukan melalui kawin suntik. Akibatnya, budi dayanya hanya dapat dilakukan oleh pengusaha dan peternak beemodal besar.
Namun dalam perkembangannya beberapa tahun kemudian, lidah penggemar lele sudah terbiasa dengan cita rasa lele dumbo. Selain itu, teknologi pembenihan dan pembudidayaan lele dumbo yang awalnya rumit menjadi lebih mudah dan praktis karena sudah dapat diakali untuk memijah secara alami. Keadaan tersebut membuat pembudidayaan lele dumbo semakin berkembang dan menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
IKAN
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)[1] yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
EKOLOGI IKAN
Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium.
Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton.
Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan penangkapan ikan secara berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan. Pada tanggal 15 Mei 2003, jurnal Nature melaporkan bahwa semua spesies ikan laut yang berukuran besar telah ditangkap berlebihan secara sistematis hingga jumlahnya kurang dari 10% jumlah yang ada pada tahun 1950. Penulis artikel pada jurnal tersebut menyarankan pengurangan penangkapan ikan secara drastis dan reservasi habitat laut di seluruh dunia.
Source : Wikipedia.org
Beberapa Departemen sudah membuka lowongan CPNS 2009
Beberapa Departemen sudah membuka lowongan CPNS.
CPNS Sekretariat Negara (6-9 Oktober 2009) KLIK DISINI
CPNS Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (15-28 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Badan Pertanahan Nasional (daftar online 14 September – 5 Oktober 2009) KLIK DISINI
CPNS Badan SAR Nasional (15-29 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Departemen Pendidikan Nasional seluruh unit kerja (SetJen, Dikti, PNFI, DitJenMandikdasmen) pendaftaran 14 September – 6 Oktober 2009 KLIK DISINI
CPNS Departemen Perhubungan (daftar online 10-24 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Polri dari sumber pelamar umum (17 September – 8 Oktober 2009) KLIK DISINI
CPNS Badan Kepegawaian Negara alias BKN (15-30 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Departemen Dalam Negeri (daftar online 13-17 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika alias BMKG (14 Sep-5 Okt 2009) KLIK DISINI
CPNS Departemen Perdagangan (daftar online 8-12 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Bappenas (daftar online 9-17 September 2009) KLIK DISINI
CPNS LIPI (daftar online 3-25 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Departemen Pekerjaan Umum (daftar online 3-30 September 2009) KLIK DISINI
CPNS Departemen Kehutanan (expired 30-09-2009) KLIK DISINI
CPNS Kejaksaan (28-30 September 2009) KLIK DISINI
sumber : http://creativesimo.wordpress.com
Lowongan CPNS 2009 Departemen Perhubungan bulan agustus sampai desember 2009
PEMBERITAHUAN
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan dalam waktu dekat akan memberi kesempatan kepada Putra/Putri terbaik untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Ditjen Hubla melalui seleksi pengadaan CPNS Tahun Anggaran 2009 untuk ditempatkan di Seluruh Wilayah NKRI, dengan kualifikasi Pendidikan sebagai berikut:
- S1/Diploma IV atau ANT/ATT I usia maksimal 35 tahun
- S1/Diploma IV atau ANT/ATT II usia sda
- Diploma III atau ANT/ATT III usia sda
- Diploma III atau Pelayaran/KTK usia sda
Seleksi direncanakan antara bulan Agustus – September 2009. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Bagian Kepegawaian dan Umum, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui kontak person, Eidy Sutrisno, Fauzi Effendi telepon 021-3504829. 021-3811308 Ext 4234, 4235
SB : www.dephub.go.id
Ikan Buas Mirip Buaya Muncul di Sungai Ular
Ikan Buas Mirip Buaya Muncul di Sungai Ular |
Written by Edi Saputra |
Monday, 14 September 2009 09:36 |
Ikan dengan bentuk menyerupai ikan gabus (badau) dan kepala mirip buaya menghebohkan warga Lingkungan Pasiran, Kelurahan Pekan Simpang Tiga Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai (Sergai), Minggu (13/9).
Edi Saputra | Global | Sergai sumber : http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&task=view&id=17912&Itemid=53 |
Peluang Pasar Ikan Koan
Sebagaimana umumnya kelompok ikan karper, koan memiliki peluang pasar yang sama baiknya. Peluang pasar yang paling menjanjikan adalah permintaan benih karena umumnya pemenuhan benih koan baru dihasilkan oleh instansi pemerintah, dalam hal ini Balai Benih Ikan (BBI). Jadi boleh dikatakan belum ada unit pembenihan rakyat (masyarakat)
yang dapat menyuplai kenutuhan benih. bahkan pada waktu-waktu sebelumnya, benih ikan ini masih diimpor dari beberapa negara, seperti Taiwan dan Thailand.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Pembesaran ikan Koan
Teknik pembesaran ikan koan tidak berbeda jauh dengan teknik pembesaran ikan mas. Sebagai masukan, media pemeliharaan yang digunakan untuk pembesaran ikan koan sebaiknya berupa kolam tanah. Pasalnya, ikan ini terkenal sangat sensitif {sering kaget), sehingga penggunaan kolam tanah dapat meminimalkan terjadinya luka saat ikan menabrak dinding kolam ketika kaget.
Ukuran kolam tanah yang digunakan umumnya 500-1000 m2, tergantung ketersediaan luas lahan. Karena ikan koan tergolong ikan herbivora, di dalam kolam sebaiknya terdapat tanaman air sebagai pakan alaminya. Selain itu, dapat diberi pakan dari tanaman darat seperti daun talas, pepaya, dan rumput - rumputan.
Pakan tambahan berupa pelet dengan kadar protein rendah, yang diberikan 3 kali sehari dengan dosis 3% dari berat badan ikan yang dipelihara. Dalam waktu 3-4 bulan pemeliharaan, ikan koan sudah mencapai ukuran konsumsi (minimum 400 gram per ekor) dan dapat dipanen. Perlu dicatat, karena merupakan jenis ikan herbivore yang responsif, cepat lambatnya pertumbuhan koan sangat tergantung dari ketersediaan pakan berupa dedaunan atau tumbuh-tumbuhan yang ada di dalam kolam.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Pendederan Ikan Koan (Grasscarp)
Pendederan dilakukan setelah larva berumur tiga. hari (menjelang kuning telurnya habis). Pendederan dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan kolam pendederan berukuran 100-500 M2 yang telah dikeringkan, diperbaiki pematangnya, dan dipasang saringan di pintu pemasukan. Setelah diperbaiki, kolam dipupuk dengan 500 gram M2 pupuk kandang (kotoran ayam kering). Kemudian, kolam diisi air sedalam 40 cm dan dibiarkan sampai pakan alami berupa plankton mulai tumbuh, ditandai dengan air- kolam berwarna kehijauan.
Penebaran larva dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah dan relatif stabil. jika persediaan pakan alami diyakini kurang, bisa diberi pakan tambahan berupa hancuran pelet atau dedak halus dengan dosis 3% dari berat tubuh, per hari. Pemberian pakan ini dilakukan 3 Kali sehari. Setelah dipelihara selama 45 hari, larva akan menjadi gelondongan (fingerling) dan siap dipindahkan ke kolam pembesaran.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Pembenihan Ikan Koan
Saat ini, teknologi budi daya koan sepenuhnya sudah dikuasai dengan baik dan informasinya sudah tersebar ke para peternak ikan Di Indonesia, ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Karena itu, pembenihannya masih sepenuhnya mengandalkan pemijahan buatan (induceed breeding atau induceed spawning) menggunakan hormon perangsang berupa kelenjar hipofisa.
Pembenihan dimulai dengan kegiatan pemeliharaan induk di dalam kolam pemeliharaan berukuran 100-500 m2, tergantung ketersediaan luas Iahan. Kedalaman air kolam pembenihan sekitar 1 meter. Padat tebar induk maksimal 0,5 kg/m2. Ukuran induk yang dipijahkan balk jantan maupun betina memiliki berat tubuh minimum 1 kg. Selama pemeliharaan induk diberi pakan berupa pelet sebanyak 3% dari total berat badan per hari. Pemberian pakan buatan ini dilakukan 3 kali sehari (pagi, Siang, dan sore hari) dan dihentikan sehari sebelum dilakukan penyuntikan.
Donor yang digunakan untuk hypofisasi adalah ikan mas dengan dosis 1 : 1 Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu antara penyuntikan pertama dengan kedua 4 jam. Dosis masing-masing penyuntikan 1 : 1 dan 1 : 1,5. Selain itu, penyuntikan juga dapat dilakukan menggunakan hormon ovaprim dengan perlakuan dan dosis yang sama dengan penyuntikan kelenjer hipofisa ikan mas. Setelah penyuntikan, induk jantan dan betina ditempatkan bersama di dalam satu hapa berukuran 2 x 1 x 1 m. Perbandingan jumlah induk jantan dan betina di dalam hapa adalah 2 : 1 (2 induk jantan dan 1 induk betina).
Pemijahan akan berlangsung dengan sendirinya di dalam hapa, 6-8 jam setelah penyuntikan. Telur yang sudah dibuahi sel sperma jantan, akan mengendap di dasar hapa. Selanjutnya, telur tersebut diangkat dan dipindahkan ke dalam baskom dan dimasukan ke dalam corong penetasan berdiameter 50 cm dan tinggi 30 cm.Telur ini akan menetas dalam waktu 48 jam kemudian.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
teknologi budidaya ikan koan
Koan memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat di perairan daerah tropic. Hal ini berdasarkan penelitian yang mengatakan bahwa pertumbuhan koan akan lebih baik jika dipelihara pada suhu air hangat (28 - 36 derajat celcius).
Penyebab cepatnya laju pertumbuhan adalah karena sistem metabolisme koan yang menjadi lebih cepat pada kisaran suhu tersebut.
Seperti ikan jenis karper lainnya, koan juga sulit hidup pada perairan dongan oksigen terlarut yang rendah. Karena itu, ikan ini memerlukan kandungan oksigen terlarut yang tinggi (> 5 ppm). Koan juga kurang menyukai air yang tenang, sehingga hanya akan tumbuh balk di kolam ynng airnya mengalir. Selain itu, koan juga masih bisa hidup di perairan yang agak payau dengan kadar garam mencapai 7 per mil.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Sipat Biologi Ikan Koan
Koan merupakan ikan herbivore murni. Pakannya berupa rerumputan dan berbagai jenis tanaman air seperti Hydrilla sp. dan Salvina. Saat dibudidayakan di kolam pemeliharaan, koan dapat diberi pakan buatan yang mengandung bahan hewani, misalnya tepung ikan. Pakan favorit lainnya adalah tanaman yang umum dimakan hewan mamalia darat seperti daun singkong, daun pepaya, daun lamtoro, dan daun–daun yang bertulang sejajar seperti umumnya kelompok rumput-rumputan.
Saat masih kecil, koan lebih banyak makan plankton seperti phytoplankton, zooplankton, dan detritus.
Di alam, koan berkembangbiak di aliran air sungai yang deras. Koan betina baru matang telur pada umur 4-7 tahun, sedangkan koan jantan matang telur pada umur 3-6 tahun. Dari basil penelitian diketahui bahwa di daerah Bogor, koan betina matang telur yang pertama pada umur 3 tahun dengan berat tubuh mencapai 3,6-7,6 kilogram.
Sementara ikan jantan matang gonad pada umur 2,5 tahun dengan berat tubuh mencapai 2,3-3,5 kilogram.
Kematangan telur koan dapat dicirikan dengan perut betina yang membesar mulai dari lubang genital ke arah dada dan sirip dada halus. lkan jantan yang. siap pijah (siap kawin) akan mengeluarkan sperma dari lubang genitalnya. Musim kematangan seperti ini biasanya terjadi pada bulan September sampai bulan April setiap tahunnya.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Morfologi ikan Koan / grasscarp
Koan merupakan kerabat dekat ikan mas atau karper sehingga ada juga yang menyebutnya sebagai karper cina. Bentuk tubuh koan memanjang agak pipih. Ukuran kepalanya relatif lebar dengan moncong membulat. Rahang atasnya yang lebih panjang daripada rahang bawah menandakan sifat makannya di dasar perairan.
Di rongga mulutnya terdapat dua baris gigi lunak (gigi parinx) berbentuk pipih. Tubuhnya ditutupi sisik berukuran sedang dengan warna bagian punggung kelabu
gelap. sedangkan bagian perutnya berwarna putih. Jumlah sisik pada garis rusuknya (linea literalis) berjumlah 42 buah.
di habitat aslinya, panjang tubuh koan bisa mencapai 2 meter dengan
berat mencapai 20-30 kg. Ikan ini termasuk banyak mengeluarkan telur, mencapai 45.000-65.000 butir per kilogram berat induk. Bahkan, jumlah telur dari induk yang mencapai berat 9-12 kilogram mencapai 1 - 1,3 juta butir. Sebagai ikan herbivore, panjang usus ikan ini bisa mencapai dua kali panjang badannya.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
klasifikasi ikan koan
Phyllum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Ctenophanyngodon
Species : Ctenopharyngodon idellus C.V
nama Asing:grasscarp
Nama Lokal : Koan, kowan, karper rumput, karper cina
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Sejarah ikan Koan (Grasscarp)
Koan pertama kali masuk ke Indonesia lewat daerah Aceh pada tahun 1915. Kemudian,didatangkan lagi ke Bogor oleh Jawatan Perikanan Darat pada tahun 1949,yang selanjutnya disebarluaskan ke jawa Barat dan Yogyakarta. Lembaga Penelitian Perikanan Darat (LPPD) mendatangkan kembali ikan ini dari Jepang pada Tahun 1964 dan dari Taiwan pada tahun 1969. Semenjak itu, koan berkembang biak dan menyebar di sebagian besar daerah sentra budi daya perikanan air tawar di Indonesia.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
Ikan Koan (Grasscarp)
Koan atau kowan adalah ikan introduksi yang merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dalam budi daya perikanan air tawar di Indonesia. ikan ini dikenal sebagai ikan herbivora pemakan rumput dan tanaman air yang rakus sehingga dijuluki juga sebagai "kambing air". Nama umumnya adalah grasscarp (ikan karper yang suka memakan rumput).
Ikan ini merupakan ikan asli perairan umum, banyak ditemukan di sungai—sungai di Tiongkok (Cina). Di daerah asalnya, Koan banyak ditemukan di Cina bagian timur dan utara, Siberia, dan Mancuna (kini wilayah Rusia).
Di Cina, ikan ini sering disebut dengan ikan hwan. Daerah penyebarannya terutama di daerah yang beriklim sedang hingga dingin, tetapi juga berkembang dengan baik di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Rasa daging koan tidak kalah lezat dengan ikan—ikan herbivora lainnya.
Dagingnya berwarna putih, sangat kenyal, dan tebal di seluruh bagian tubuh. Dengan tekstur - tubuh seperti itu, koan dapat dimasak dengan cara dipepes, dibakar, atau disup.
sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka, 2008
daftar harga ikan bulan Juli 2009
1 | Ikan Air Tawar | |
1. Mas | 18,000.00 | |
2. Lele | 13,500.00 | |
3. Nila | 13,000.00 | |
4. Mujair | 11,000.00 | |
5. Nilem | 16,000.00 | |
6. Tawes | 16,000.00 | |
7. Belut | 33,500.00 | |
8. Patin | 12,000.00 | |
9. Gurame | 32,000.00 | |
10. Tambakan | 16,500.00 | |
Jumlah 1 | ||
2 | Ikan Perairan Umum | |
1. Gabus | - | |
2. Betutu | - | |
3. Sidat | 55,000.00 | |
4. Sepat Siam | 12,000.00 | |
Jumlah 2 | ||
3 | Ikan Air Payau | - |
1. Bandeng | 19,000.00 | |
2. Kakap Putih | 30,000.00 | |
3. Jelawat | - | |
Jumlah 3 | - | |
4 | Ikan Laut | - |
1. Tuna | 19,500.00 | |
2. Cakalang | 18,000.00 | |
3. Tongkol | 20,500.00 | |
4. Kerapu | 16,000.00 | |
5. Bawal Putih | 60,000.00 | |
6. Bawal Hitam | 32,000.00 | |
7. Cumi - cumi | 33,000.00 | |
8. Tenggiri | 34,000.00 | |
9. Kakap Merah | 35,000.00 | |
10. Kuwe | 32,000.00 | |
11. Selar | 22,000.00 | |
12. Layang | 19,000.00 | |
13. Kembung | 22,000.00 | |
14. Layur | 20,000.00 | |
15. Lemuru | 15,000.00 | |
16. Manyung | 15,000.00 | |
17. Tembang | 12,000.00 | |
18. Cucut | 15,000.00 | |
19. Remang | 19,000.00 | |
20. Tiga Waja | 20,000.00 | |
21. Mujaer Laut | 20,000.00 | |
22. Pari | 16,000.00 | |
23. Telengek | - | |
24. Kapasan | 22,000.00 | |
25. Bangbangan | 16,000.00 | |
26. Lain-lain | - | |
Jumlah 4 | - | |
5 | Udang | - |
1. Windu | 59,000.00 | |
2. Putih | 45,000.00 | |
3. Dogol | 50,000.00 | |
4. Jerbung | 60,000.00 | |
5. Barong | 50,000.00 | |
6. Udang Galah | 75,000.00 | |
7. Api - api | - | |
8. Korosok | 25,000.00 | |
9. Lobster | 250,000.00 | |
10. Rebon | 20,000.00 | |
Jumlah 5 | - | |
6 | Ikan Olahan | - |
A. Ikan Asin | - | |
1. Cumi - cumi | 36,000.00 | |
2. Tenggiri | - | |
3. Peda | 16,000.00 | |
4. Selar | 11,000.00 | |
5. Jambal Roti | 25,500.00 | |
6. Rebon | 13,000.00 | |
7. Kakap | 20,000.00 | |
8. Cucut | 20,000.00 | |
9. Teri | 15,000.00 | |
10. Gabus | - | |
11. Sepat Siam | 36,000.00 | |
12. Tawes | 15,000.00 | |
13. Kolantang | - | |
14. Tambakan | - | |
15. Japuh | 16,000.00 | |
16. Mujair | 12,000.00 | |
17. Lemuru | 7,000.00 | |
18. Tongkol | 9,000.00 | |
19. Kakap | - | |
Jumlah 6 | - | |
7 | B. Pindang | - |
1. Bandeng | 14,000.00 | |
2. Tongkol | 18,000.00 | |
3. Selar | - | |
4. Lemuru | - | |
5. Nila | - | |
Jumlah 7 | - | |
8 | C. Kerupuk | - |
1. Udang | - | |
2. Ikan | - | |
3. Terasi | - | |
Jumlah 8 | - | |
9 | D. Ikan Kaleng | - |
1. Makarel | - | |
2. Tuna | - | |
3. Cakalang | - | |
4. Sardencis | - | |
Jumlah 9 | - | |
10 | Non Ikan | - |
1. Kepiting | 41,000.00 | |
2. Rajungan | 42,000.00 | |
3. Kodok | - | |
4. Siput | - | |
5. Remis | 16,000.00 | |
6. Kerang-kerangan | 20,000.00 | |
7. Rumput Laut | - |
harga per kg