Kawin Silang Untuk Kualitas Terbaik
Dalam berbudidaya, volume produksi yang besar tidak selalu menghasilkan nilai tinggi. Kualitas dari produk itu sendiri yang menetukan rendah dan tingginya nilai produk budidaya. Untuk meningkatkan nilai kualitas Udang Vaname bisa dilakukan dengan cara Cross Breeding (kawin silang).
Dalam konteks budidaya, Pemuliaan ini dilakukan agar nilai pengembangbiakan (breeding value) dari suatu populasi dapat meningkat melalui kawin silang dan seleksi, serta menghasilkan udang yang lebih baik (udang yang tumbuh lebih besar, lebih berat, lebih tahan penyakit, dan sebagainya).
"Tujuan akhir adalah agar induk udang yang terpilih dapat menurunkan sifat keunggulannya pada turunannya," kata Slamet Subyakto, Kepala Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Apabila hal ini terjadi, maka generasi berikutnya akan memiliki nilai lebih karena udang dapat tumbuh lebih cepat sehingga dapat meningkatkan hasil produksi, dan pertumbuhan udang akan lebih efisien.
Inilah yang dilakukan oleh BBAP Situbondo selama beberapa kurun waktu terakhir. Kegiatan broodstock center udang vanname di Situbondo telah dimulai sejak tahun 2003 akhir yang dimulai dengan upaya mengumpulkan sumberdaya genetik (SDG), diantaranya adalah SDG dari induk-induk keturunan SIS (Shrimp Improvement System) tahun 2004, OI (Oceanic Institut) tahun 2004, dan hasil budidaya lokal/masyarakat yang telah diseleksi (biologi, morfologi.dan patogennya) dan telah dinyatakan SPF (WSSV, TSV, IMNVdanlMNV).
Dari ketiga SDG tersebut selanjutnya dilakukan penyilangan (cross breeding) satu sama lain. "Induk-induk yang disilangkan telah melalui seleksi yang ketat terhadap morfologi, pathogen dan biologi sejak masa pemeliharaan benih di hatchery sampai di tambak pembesaran," ujar Slamet.
Hasil penyilangan akan didapatkan 6 populasi dan dipelihara sampai menjadi calon induk, Kemudian keenam populasi tersebut diseleksi untuk mencari performa yang terbaik. Dimana, diantara induk-induk yang terbaik tersebut disilangkan kembali dan dari hasil penyilangan tersebut dipelihara menjadi calon induk dan disilang balik (back cross) dengan keturunan induk Impor sebagai SDG baru.
"Tujuan dari penyilangan-penyilangan tersebut adalah untuk pengembangan (improvment) genetik, sehingga breeding value meningkat," kata Slamet. Setelah dilakukan improvement genetik terhadap populasi calon induk, kemudian dilakukan seleksi individu yaitu salah satu metode dalam selektif breeding, dengan tujuan hanya mengambil calon-calon induk yang unggul yang diharapkan nantinya dapat menurunkan sifat-sifat yang unggul pada keturunannya.
Dari hasil perekayasaan yang dikumpulkan pada Broodstock Center Udang vaname BBAP Situbondo dari tahun 2005 sampai dengan Januari 2009 telah menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan calon induk udang vaname dari tahun ke tahun.
Pada periode tahun 2005-2006 untuk mencapai produksi calon induk yang berukuran rata-rata 40 gram diperlukan waktu selama 12 bulan, pada periode 2007-2008 untuk mencapai ukuran yang sama diperlukan waktu 9 bulan, pada periode tahun 2008 dapat dicapai dalam waktu 8 bulan dan sekarang tahun 2009 untuk mencapai ukuran yang sama rata-rata 40 gram dapat dicapai hanya dalam waktu 6 bulan saja.
Data dari hasil perekayasaan pada bagian induk di maturasi menunjukkan bahwa produksi nauplius rata-rata perspowner berkisar antara 145.000-256.000 ekor dan daya tetas telur (HR) rata-rata sebesar 79,64%.
Setelah sekian tahun perekayaan berlangsung, telah terjadi peningkatan penggunaan induk hasil Pemuliaan BBAP Situbondo di masyarakat, pada tahun 2008 tercatat hatchery swasta yang telah memanfaatkan induk udang vanname BBAP Situbondo tersebut sebanyak 30.299 ekor dan tahun 2009 dari bulan Januari-April/Mei telah terserap 17.860 ekor dan sampai bulan Juli pemesanan sudah cukup banyak.
Demikian juga dengan distribusi induk yang semakin meluas. Pada awal tahun 2008 yang menggunakan masih terbatas di Pulau Jawa (Situbondo, Banyuwangi Jawa Timur, Rembang Jawa Tengah, Serang Banten) namun pada akhir tahun 2008 sampai bulan April 2009 disamping distribusi induk di pulau Jawa juga telah meluas sampai ke luar Jawa (Suppa, Barm Sulawesi Selatan, Pangkal Pinang Propinsi Bangka Belitung dan NTB).
"Dengan semakin banyaknya hatchery di masyarakat yang menggunakan induk BBAP Situbondo maka penggunaan benih hasil Pemuliaan juga semakin banyak," jelas Slamet. Sedangkan distribusi benih dan nauplius telah meluas sampai ke Propinsi Jawa Timur, Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tmur, dan Kalimantan Selatan.
Sumber : Majalah Samudera Edisi 81-Thn VIII-Januari 2010
cetak halaman ini