Pemerintah Proteksi Benih Ikan Sidat
Ikan sidat atau yang dikenal di Jepang sebagai unagi, mulai menjadi incaran investor asing. Pasalnya, beberapa pengusaha dari Vietnam, Jepang, maupun Korea Selatan juga mulai mengembangkan budidaya ikan ini. Makanya, Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai memperketat ekspor benih ikan sidat agar tidak beredar luas ke luar Indonesia.
Tujuan proteksi tersebut adalah meningkatkan nilai tambah pembiakan ikan sidat di dalam negeri. Uniknya, "Pembudidaya ikan sidat di Jepang itu sendiri ternyata adalah orang Indonesia," jelas Made Suita, Kepala Balai Pelayanan Usaha (BLU) Tambak Pandu, Karawang, Jawa Barat akhir pekan lalu. Ia mengindikasikan, benih-benih ikan sidat yang jamak dikembangbiakkan di Korea maupun Vietnam berasal dari Indonesia.
Jepang adalah salah satu negara yang meminati ikan sidat dari Indonesia. Tapi, bila ingin mengekspor ikan sidat ke Jepang, para pembudidaya harus memenuhi persyaratan khusus menyangkut proses budidayanya. "Makanya, pembudidaya ikan sidat sulit ekspor ikan sidat ke Jepang," kata Nurdin, Kepala Bagian Budidaya BLU Pandu Karawang.
Nah, untuk menembus pasar Jepang, salah satu langkah yang jamak dilakukan pebudidaya Indonesia adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan Jepang. Itu sebabnya, pemerintah mengembangkan ikan sidat di BLU Tambak Pandu dengan menggandeng PT Suri Tani Pemuka dan mitranya di Jepang, yaitu Asama Industry Co. Ltd. Ketiganya bekerjasama memproduksi ikan sidat di BLU Tambak Pandu Karawang dengan tujuan untuk diekspor ke Jepang.
Pemerintah juga mendorong pembudidaya ikan sidat lokal bekerjasama dengan mereka yang biasa memasok ikan sidat di pasar dunia. Menurut Made, beberapa negara di luar Jepang merupakan pasar yang sangat menarik dan belum banyak disentuh. "Yang mengkonsumsi itu tidak hanya Jepang. Taiwan, Korea Selatan, dan China juga sangat menyukai ikan ini," ujarnya.
Saat ini, benih ikan sidat sudah mulai dikomersilkan oleh sejumlah nelayan di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Mereka menjual benih ikan sidat per kilogram yang berisi sekitar 5.000 benih seharga Rp 150.000. Pembelinya kebanyakan datang dari Taiwan, Korea Selatan, China, Vietnam dan Jepang.
Sumber : Harian Kontan Hal : 15