Views :487 Times |
Selasa, 31 Januari 2012 13:53 |
Mengetahui alasan mengapa orang mulai berbisnis dan bagaimana mereka berbeda dari mereka yang tidak memulai bisnis (atau dari mereka yang mulai bisnis yang kurang sukses) mungkin bisa membantu menjelaskan mengapa motivasi yang ditunjukkan entrepreneur saat tahap awal mendirikan bisnis berhubungan dengan perilaku selanjutnya. Lanny Herron dan Harry J. Spienza menjelaskan, “Karena motivasi memainkan peran penting dalam pendirian bisnis baru, teori-teori pendirian organisasi yang gagal memecahkan isu ini kurang lengkap”. Seorang peneliti dalam ulasannya mengenai motivasi prestasi dan entrepreneur yang dimaksud pun berkata, ”Mempelajari peran individu, termasuk profil psikologisnya, merupakan sesuatu yang masih perlu dilakukan. Individu merupakan elemen pemberi energi dalam proses entepreneurial”. Maka dari itu, meskipun penelitian mengenai karakteristik psikologis entrepreneur belum memberikan profil entrepreneur ideal yang disepakati bersama, pengakuan kontribusi faktor psikologis terhadap proses entrepreneurial masih dianggap penting. Pada kenyataannya, pendirian usaha baru dan tekad untuk mempertahankan bisnis tersebut berhubungan langsung dengan motivasi seorang entrepreneur. Satu penelitian meneliti pentingnya kepuasan bagi tekad seorang entrepreneur untuk tetap menjalankan bisnis. Tujuan, sikap dan latar belakang tertentu merupakan penentu-penentu kepuasan akhir seorang entrepreneur. Dalam lingkup tersebut, sebuah pendekatan penelitian menguji proses motivasi yang dialami oleh seorang entrepreneur. Keputusan untuk berperilaku secara entrepreneurial ialah hasil dari interaksi beberapa faktor. Salah satu rangkaian faktor meliputi karakteristik pribadi, lingkungan pribadi individu, lingkungan bisnis yang bertalian erat, tujuan pribadi individu yang sudah ditetapkan, dan kehadiran ide bisnis yang visible. Di samping itu, individu mempertimbangkan persepsinya mengenai hasil yang memungkinkan dengan ekspektasi pribadi yang dimiliki dalam benak individu itu. Selanjutnya, seorang individu memandanga hubungan antara perilaku entrepreneurial yang ia implementasikan dan hasil yang diharapkan. Ekspektasi entrepreneur akhirnya dibandingkan dengan hasil perusahaan yang dipersepsikan atau yang sebenarnya. Perilaku entrepreneurial masa depan didasarkan pada hasil semua perbandingan ini. Saat hasil bertemu atau melebihi harapan, perilaku entrepreneurial akan ditegakkan secara positif dan individu tersebut termotivasi untuk melanjutkan perilaku entrepreneurialnya, entah dalam bisnis yang sudah dijalankan sekarang atau mugnkin melalui didirikannya usaha lainnya , tergantung pada tujuan entrepreneurial yang ditetapkan sebelumnya. Saat hasil gagal memnuhi harapan, motivasi entrepreneur akan menjadi lebih rendah dan akan memiliki lebih banyak dampak terhadap keputusan untuk melanjutkan tindakan entrepreneurial. Persepsi-persepsi ini juga mempengaruhi strategi yang sukses, implementasi strategi dan manajemen perusahaan. *) Douglas W. Naffziger, Jeffrey S. Hornsby, dan Donald F. Kuratko, “A Proposed Research Model of Entrepreneurial Motivation, “Entreprepreneurship Theory and Practice” |
Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/pendidikan/serba-serbi/165-entrepreneurship/14791-motivasi-entrepreneurial.html