Riset Penanganan | Transportasi Ikan Hidup Air Tawar | Transportasi Lobster Air Tawar

RISET PENANGANAN DAN TRANSPORTASI
IKAN HIDUP AIR TAWAR

    Budidaya Lobster air tawar yang mulai berkembang di beberapa daerah telah menyebabkan pergeseran usaha yang tadinya diperuntukan untuk ikan hias bergeser kearah konsumsi.  Hal ini disebabkan karena budidaya lobster cukup mudah, pertumbuhannya relatif cepat, cita rasanya yang spesifik, harganya yang mahal tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa tahun kedepan lobster air tawar menjadi produk unggulan.   Seperti halnya lobster air laut, lobster air   tawar diperdagangkan dalam keadaan hidup.  Selama ini lobster baru diperdagangkan antar daerah  di P. Jawa, namun apabila produksi lobster sudah melimpah tidak tertutup kemungkinan lobster tersebut akan di ekspor.  Negara yang sudah berhasil membudidayakan lobster air tawar secara intensif dan mengekpornya  adalah Australia dengan tujuan pasar Eropa dan Amerika.
    Dalam rangka mendapatkan teknologi transportasi lobster air tawar dan gurami telah dilakukan serangkaian penelitian yang terdiri dari   kajian fisiologis lobster air tawar pada suhu dingin sebagai dasar untuk transportasi sistem kering, kajian sistem penampungan lobster air tawar dan gurami, kajian pengaruh pemberokan pra transportasi dan pembugaran pasca transportasi lobster air tawar dan gurami, kajian kemasan media kering serta ujitransportasi lobster air tawar dan gurami. 
    Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dingin dapat menyebabkan menurunnya aktifitas dan metabolime lobster, yang diperlukan dalam transportasi lobster hidup.  Suhu terbaik yang dapat digunakan sebagai suhu shock dalam transportasi lobster hidup adalah suhu 12oC.  Shock pada suhu ini menghasilkan kondisi aktivitas lobster yang diam (imotil) lebih lama, sehingga memiliki peluang yang lebih baik dibandingkan suhu 15oC.  Shock suhu 12oC secara langsung selama 45 menit menghasilkan kelulusan hidup 100%  setelah lobster dikemas selama 6 hari dan tetap sehat setelah pembugaran kembali. 
    Penampungan lobster dengan menggunakan rak penampung bertingkat dengan sistem aliran tertutup dapat menampung lobster lebih dari  2 minggu tanpa mengganti air.  Kualitas air selama penampungan masih menujukkan mutu air yang baik, yaitu pH, oksigen terlarut, amonia, nitrit dan CO2 masih dibawah ambang batas yang ditetapkan dalam sistem penampngan.  Pada Gurami Ikan mampu bertahan dalam sistem penampungan rak bertingkat dengan media air yang telah diberi NaCl 0.8% hingga 1 minggu masa penampungan. Selama penampungan ikan tetap bugar dan mau makan walaupun mutu air menurun.  Perlakuan dengan kepadatan 1 : 25 memberikan hasil lebih baik terhadap kondisi ikan bila dibandingkan dengan perlakuan kepadatan 1 : 17
Pada lobster air pemberokan justru menyebabkan penurunan kelulusan hidup air tawar.  Lobster air tawar yang ditransportasi tanpa perlakuan pemberokan menghasilkan tingkat kelulusan samapi 100%., sedangkan lobster yang diberi perlakuan 2 dan 3 hari kelulusan hidupnya turun menjadi 96 dan 98%.   Pada Gurami pemberokan 1 hari pra transportasi menghasilkan mortalitas  paling rendah dibandingkan ikan gurami yang tidak diberok dan yang diberok selama 2 dan 3 hari.  Namun pembugaran 24 jam pasca transportasi menghasilkan tingkat mortalitas hingga 85%
    Dalam transportasi lobster  sistem kering media merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat kelulusan hidup lobster.  Media tersebut harus memiliki daya serap air yang besar, mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu relatif lama serta kondisi media yang stabil. Hasil penelitian terhadap beberapa jenis media spon, sabut kelapa dan  batang pisang kering, sponsmerupakan media yang paling baik.  Uji transportasi lobster hidup sistem kering dengan media spon busa selama 72 jam, kelulusanhidup lobster  sebesar 100% dengan kondisi lobster yang masih aktif saat dibugarkan  sedangkansabut kelapa dan batang pisang  menghasilkan kelulusanhidup 95%. 
Uji transportasi lobster dengan menggunakan metode shock langsung pada suhu shock 12oC, waktu shock 45 menit, lobster tanpa diberok  dan dikemas dengan menggunakan  media spons  lobster air tawar dapat ditransportasikan selama 7  hari dengan kepadatan 6 ekor/mika, dengan kelulusan hidup 88% atau selama 6 hari dengan kelulusan hidup 97% dan tetap sehat setelah dibugarkan kembali.  Dengan demikian apabila teknologi ini diterapkan untuk transportasi lobster hidup, maka lobster dapat diekspor ke Eropa atau amerika dengan kelulusan hidup yang tinggi. Pada ikan gurami uji transportasi selama 18 jam dengan menggunakan media larutan NaCl 0.8% dengan perlakuan pemberokan 1 hari menghasilkan kelulusan hidup 100%  dengan kondisi ikan masih sehat.

KATA PENGANTAR


    Penelitian Transportasi Hidup Ikan Air Tawar ini merupakan penelitian lanjutan dari tahun sebelumnya (Tahun ke 2)  yang biayanya dibebankan pada DIPA No 0657.0?032-11.0/XI/2006 tanggal 31 Desember 2005.  Ada 2 kegiatan dalam penelitian ini yaitu penanganan dan transportasi hidup lobster air tawar  serta  penanganan dan transportasi hidup gurami.  Untuk memperoleh paket teknologi transportasi lobster air tawar hidup beberapa penelitian telah dilakukan antara lain kajian fisiologis suhu dingin untuk memperoleh metode shock, suhu dan waktu shock terbaik untuk penanganan lobster sebelum ditransportasi, kajian  penampungan lobster  untuk memperoleh informasi sistem penampungan terbaik,   pemberokan lobster serta kajian media kering sehingga diperoleh informasi waktu pemberokan dan media pengisi terbaik yang dapat digunakan untuk transportasi lobster hidup.  Dari hasil percobaan sebelumnya kemudian dilakukan uji transportasi untuk mendapatkan informasi  tingkat kepadatan dan waktu transportasi.  Sedangkan pada gurami penelitian dilakukan dengan sistem basah untuk melihat pengaruh pemberokan, penampungan dan uji trasnportasinya.  Walaupun pada awalnya  penelitian ini berjalan agak tersendat, karena langkanya bahan baku untuk lobster air tawar  (ukurannya masih terlalu kecil), namun pada akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan.  Kekompakan  dan kerja keras tim peneliti merupakan kunci dalam penyelesaian penelitian ini.  Dari hasil penelitian  ini nantinya akan disusun paket teknologi transportasi hidup terutama untuk lobster air tawar yang sekarang ini budidayanya sedang berkembang dengan pesat.  Budidaya lobster air tawar ini perlu mendapat perhatian  dari pemerintah  khususnya Dirjan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.  Lobster air tawar dapat dijadikan produk unggulan,  mengingat budidayanya mudah, pertumbuhannya relatif cepat, citarasanya yang spesifik, harganya yang mahal serta pasarnya masih sangat terbuka.   Untuk itu dorongan  kearah pengembangan yang lebih besar perlu dilakukan.  Dengan adanya paket teknologi lobster air tawar diharapkan lobster air tawar bisa diekspor ke berbagai negara seperti halnya Australia sehingga  dapat menghasilkan devisa.   Laporan teknis ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya.