SMK Kelautan Belum Diperhatikan

Sukabumi - Indonesia merupakan negara bahari. Namun, pendidikan yang terkait dengan kelautan belum mendapat perhatian maksimal.
Ade Santana, Kepala SMKN 1 Palabuhanratu, Kabupaten Suklabumi, Jumat (23/3/2012), mengatakan penguatan pendidikan untuk memanfaatkan potensi laut dapat mengurangi kemiskinan.

"Ya, pendidikan di daerah pesisir, terutama buat anak-anak nelayan itu perlu," kata Ade. SMKN 1 Palabuhanratu merupakan sekolah dengan program keahlian pelayaran/kelautan. Di sekolah ini hanya ada sekitar 380 siswa.

"Padahal, di sekitar Palabuhanratu ada 10 SMK swasta lainnya. Tapi yang minat ke kelautan/pelayaran belum banyak," ujar Ade.

Padahal, lulusan siswa program keahlian nautika kapal penangkap ikan, nautika kapal niaga, teknika perikanan laut (bagian mesin), dan pengolahan hasil laut dari sekolah ini diminati perusahaan dari luar negeri. Tawaran kerja buat alumni sebagai nahkoda, anak buah kapal, teknisi kapal, dan pengolahan ikan datang dari Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.

Namun, sarana dan prasarana di sekolah ini minim. Alat-alat praktek belum memadai, apalagi memenuhi standar industri. Kapal kayu yang dipakai sebagai kapal latih siswa selama tujuh tahun belakangan sudah rusak berat.

Para siswa baru dapat mempelajari soal perkapan yang sesuai standar industri saat praktek industri. Bengkel kerja yang dibutuhkkan siswa teknik kapal juga memprihatinkan. Ruang kelas disulap jadi bengkel dengan mesin-mesin yang jauh dari standar industri.

"Walaupun sarana dan prasarana praktek terbatas, para guru tetap mengajarkan keahlian dasar yang dibutuhkan untuk bekerja," kata Saepul Hidayat, Kepala Program Keahlian Teknika Perikanan Laut.

Saepul mengatakan dirinya yang pernah kerja selama tiga tahun sebagai teknisi kapal ikan di Jepang membagi pengalaman kerjanya kepada siswa. Dia sudah mengetahui banyak soal kapal ikan di laut dalam, berbagi ilmu pada siswa sehingga pembelajaran jadi lebih kontekstual.

Sekolah kelautan/pelayaran juga mengalami nasib yang hampir sama seperti pertanian, mulai tidak dilirik anak-anak muda. Ditambah lagi, keberpihakan pemerintah terhadap kelautan yang tidak maksimal, membuat peluang kerja justru terbuka lebar di negeri orang lain, bukan di negeri sendiri.

Ade mengatakan pemerintah perlu memperhatikan pendidikan SMK kelautan supaya terus berkembang. Hal ini berguna untuk mengembangkan potensi laut Indonesia yang belum tergarap maksimal.

"Sekarang ini, sekitar 70 persen lowongan kerja ada dari luar negeri. Ini karena permintaan tenaga kerja di dalam negeri memang minim. Yah,kami siapkan siswa sebaik-baiknya untuk kerja di luar negeri," kata Ade.[Kompas]