Bila Benih Kerapu Terinfeksi
Terinfeksi
Salam hormat,
Beberapa waktu yang lalu saya mengalami permasalahan, hampir semua benih ikan kerapu macan yang saya pelihara di bak indoor
sejak umur 20 hari mengalami kematian dengan gejala-gejala sbb :
• ikan tidak bergerak normal, ikan yang sehat biasanya pergerakannya aktif berputar
• warna ikan gelap
• sebagian ikan kehilangan kemampuan renang dan keseiimbangannya, kemudian bergerak hanya di dasar bak, dan akhirnya mati dengan tutup insang membuka lebar.
• pertumbuhan terlihat sangat lambat, padahal suhu air sudah saya upayakan >_30°C
• nafsu makan ikan terlihat sangat kurang
Saya sudah mengupayakan untuk mengobati ikan, misalnya dengan elbaju (obat ikan) bahkan dengan OTC (oxytetracycline) tetapi belum menunjukkan hasil yang bagus.
Apakah kira-kira penyakit yang menyerang benih kerapu yang saya pelihara, bagaimana cara mengatasinya ?
Muksin, Lampung
Dalam budidaya ikan atau udang, hal pertama yang harus diperhatikan adalah lingkungan/ media. Jika lingkungan hidup atau media aman dan nyaman bagi ikan, bisa dipastikan ikan akan tumbuh dengan optimal, sebaliknya jika media hidupnya kurang nyaman, ikan akan mudah stres dan berupaya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang buruk.
Selain faktor lingkungan, patogen merupakan laktor yang harus kita perhatikan sebab jika sudah masuk ke dalam lingkungan pemeliharaan ikan, akan mudah sekali menginfeksi ikan terutama pada saat lingkungan memburuk atau jika ikan mengalami stres.
Hampir semua patogen bersifat oportunis, yaitu menyerang pada saat lingkungan memburuk.
Jika dilihat dari gejala, besar kemungkinan benih kerapu yang bapak pelihara terinfeksi suatu penyakit. Tapi diperlukan pemeriksaan dan analisa yang tepat sehingga benar - benar diketahui penyakit yang menginfeksi ikan.
Bapak bisa mengirimkan sampel ikan yang sakit ke balai-balai perikanan untuk memastikan agen penyakit.
Beberapa ilustrasi penyakit yang mungkin menginfeksi diantaranya :
• parasit monogenean, seperti Neobenedenia sp. Biasanya dicirikan dengan turunnya nafsu makan ikan disertai pergerakan yang abnormal. Beberapa menimbulkan 'pop eye' (mata menonjol), biasanya berasosiasi dengan penyakit bakterial. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah merendam dengan air tawar selama 15-30 menit sehingga parasit akan terlepas dari tubuh ikan. Jika terkena air tawar, warna parasit akan berubah dari bening menjadi putih susu sehingga mudah dilihat
dengan mata telanjang.
• Parasit darijenis Oodinium sp, dicirikan dengan timbulnya lapisan seperti bludru (velvet) pada permukaan tubuh ikan, serta warna insang berubah pucat. Ikan biasanya cenderung diam di dasar bak. Infeksi Oodinium lebih sudah diamati pada ikan yang masih berukuran kecil, tetapi biasanya infeksi Oodinium ini menyebabkan kematian yang signifikan. Jika terserang Oodinium. ikan bisa di dipping (celup) dengan larutan formalin 100-200 ppm selama 1 jam dengan aerasi kuat.
• Penyakit bakterial, salah satunya vibriosis. Gejala warna ikan cenderung gelap, jika dibedah gelembung renang membesar (tampak seperti kembung), kadang-kadang disertai luka/borok. Jika terbukti terinfeksi bakteri, antibiotik bisa digunakan dengan dosis tepat sesuai yang dianjurkan. Kepadatan ikan dikurangi dan perbaikan kualitas air.
• Virus VNN, banyak menyerang benih kerapu dengan gejala kehilangan nafsu makan, ikan yang lemah berenang dekat permukaan air. Ikan yang terinfeksi akan banyak berada di dasar bak, dan akhirnya akan mati. Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi virus, kecuali langkah-langkah pencegahan seperti pergantian air yang cukup banyak dan sering, serta penambahan imunostimulan. VNN mudah menular sehingga jika teridentifikasi dan kematian semakin meningkat, disarankan untuk memusnahkan dan melakukan sterilisasi terhadap bak dan alat-alat.
Demikian, semoga bisa memberikan gambaran dan bermanfaat. Selamat berbudidaya.
sumber : TROBOS, 2008
Ice- ice ancam budidaya rumput laut
Kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai 90%, bahkan bisa series pada kasus kronis
akan meningkatnya suhu permukaan air laut karena pengaruh global warming pada akhir-akhir ini tak hanya berdampak pada musnahnya ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove, tetapi juga mengancam eksistensi budidaya rumput laut. Khususnya untuk jenis rumput laut Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum.
Prof Jana T Anggadiredja, Deputi
Kepala bidang Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Alam, BPPT menjelaskan, meningkatnya suhu permukaan air laut akan mengakibatkan turunnya kandungan nutrisi di suatu perairan. Kondisi tersebut akan memacu munculnya penyakit pada rumput laut yang lazim dikenal dengan sebutan ice-ice.
Jika telah terserang penyakit ini beberapa bagian thalus (batang) rumput laut akan memucat dan timbul bercak putih, yang kemudian meluas pada semua bagian thalus. Setelah itu, thalus membusuk dan akhirnya mati.
"Celakanya, kerusakan tanaman rumput laut akibat serangan penyakit ice-ice ini dapat mencapai 90%, bahkan bisa 100% bila kondisi serangan telah berlangsung lama (kronis)," ujar Jana yang pakar rumput laut ini. Kerugian besar sudah pasti ditanggung oleh pembudidaya.
Mereka pun terpaksa membeli bibit rumput laut yang baru jika ingin memulai kembali usahanya.
Kejamnya serangan penyakit ice-ice ini juga pernah dirasakan oleh Ketut Sriyana, pembudidaya rumput laut jenis kotoni asal Pulau Nusa Lembongan, Bali. "Jika sedang datang musim penyakit ice-ice, dari seribu ris rumput yang ditanam, paling banter diperoleh hasil panen sebanyak 100 kg kering. Bahkan ada juga yang pulang hanya dengan membawa tali ris saja ke darat, karena rumput lautnya sudah habis," ujar Sriyana kepada TROBOS beberapa waktu lalu. Padahal, dalam kondisi normal dari seribu ris rumput laut yang ditanam, para pembudidaya dapat memperoleh hasil panen antara 600-700 kg rumput laut kering.
Menurut Jana, penyakit ice-ice biasanya akan muncul pada saat awal musim kemarau. Meski demikian, dia juga tak menampik, jika pada akhirakhir ini kemunculannya sulit diprediksi. "Masalahnya sekarang ini musim menjadi tidak menentu. Terutama sejak tahun lalu (2007-red)," imbuhnya. Kondisi ini juga diakui oleh Sriyana, "Sepanjang 2007 lalu, kemunculan penyakit ice-ice ini sulit diprediksi." Jana pun menguatkan, sepanjang tahun lalu penyakit ice-ice ini cukup banyak muncul di Indonesia. "Setidaknya itu laporan yangsaya peroleh dari para pembudidaya."
Kondisi perairan, Faktor Penyebab
penyakit ice-ice yang menyerang rumput lautjenis Eucheuma sp murni disebabkan oleh adanya tekanan lingkungan yang ekstrim, terutama karena adanya penurunan nutrisi di perairan secara tiba-tiba. Dan perubahan suhu perairan, salinitas dan pH juga menjadi faktor pemicunya. "Jadi, bukan disebabkan oleh bakteri atau virus.
Kita sudah melakukan penelitian ini sejak lama dan kesimpulan serupa juga diberikan para peneliti dari Filiphina," ujar Jana. Penurunan kandungan nutrisi di perairan akan menyebabkan proses fotosintesa yang dilakukan oleh rumput laut menjadi tak optimal Alhasil, energi yang dihasilkan
pun akan berkurang, sehingga kekuatan tanaman untuk
menghadapi kondisi ring yang kurang bersahabatjuga
akan berkurang.
sumber : trobos,2008
Kepiting cangkang lunak akan menjadi tren budidaya kepiting di masa depan
seribu satu rintang masih menghadang usaha budidaya kepiting. Tetapi, ini bukan pertanda bisnis kepiting bisnis yang merugi. Sebaliknya, bisnis ini menawarkan berlembar-lembar dolar yang bisa menggemukkan tabungan. Dan usaha budidaya kepiting yang diramal bakal jadi tren masa depan adalah budidaya kepiting soka/lunak (soft shell).
Kepiting soka adalah kepiting yang memiliki cangkang (karapas) lunak. Inilah jawaban atas keengganan sebagian orang mengkonsurnsi kepiting karena harus berjuang mendapatkan daging di bawah kulitnya yang keras. Dengan sedikit perlakuan khusus kulit kepiting bisa dibuat lunak sehingga bisa ikut dimakan.
Permintaan Naik
Usaha ini terbilang masih baru sehingga belum banyak yang menggelutinya. Satu di antara segelintir orang yang mengusahakan kepiting soka adalah Waryoto. Lelaki 45
tahun asal Purwokerto tersebut sejak lebih dari 3 bulan lalu memulai usaha budidaya kepiting soka yang dikerjasamakan dengar pengelola Tambak Pandu Karawang (TPK), Jawa Barat dan seorang pengusaha dari Batam.
Meski baru seumur jagung, namun usaha budidaya kepiting soka Waryoto sudah membuahkan hasil lumayan. Betapa tidak, harga kepiting Waryoto mencapai Rp 60 ribu per kg. Harga ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kepiting soka di Sulawesi Selatan yang berada pada kisaran Rp 40 sampai Rp 42 ribu per, kg. "Biaya produksinya juga mahal, sekitar Rp 20
ribu per kg," kata Waryoto yang mengaku menentukan sendiri harga jual kepitingnya.
Walau demikian, kepiting soka Waryoto selalu habis diborong eksportir. Bahkan mereka terus meningkatkan jumlah permintaannya karena kebutuhan untuk ekspor terus naik. Jika di awal usahanya Waryoto mencari-cari pasar, kini justru dia yang diuber pembeli. Permintaan terbanyak datang dari Amerika Serikat dan Jepang yaitu mencapai 3 ton per bulan. "Tapi saya baru bisa memproduksi sekitar 20 sampai 30 kg per hari," ujar Waryoto. Karena hal ini, bapak dua anak ini mengatakan belum berani menandatangani kontrak dengan eksportir. "Lahan dan pasokan belum pasti."
Lebih Menguntungkan
Prinsip budidaya kepiting soka ala Waryoto sangat sederhana. Yakni dari bahan baku kepiting bakau ukuran 10 - 12 (10 sampai 12 ekor per kg) diadaptasikan dulu selama satu hari, kemudian dipotong kedua capitnya. Demikian pula dengan keenam kaki jalannya juga dipotong dan hanya disisakan satu bagian yang dekat dengan kaki renangnya. Sementara kedua kaki renang tetap dibiarkan utuh. Setelah pemotongan itu lalu dipelihara lagi di tambak (kolam tanah) selama 15 hari atau sampai mengalami ganti kulit (molting). Saat molting inilah, kepiting akan menghasilkan cangkang baru yang lunak dan siap dipanen. Ukuran kepiting akan bertambah sekitar 2 size.
Fungsi pemotongan capit dan kaki
jalan kepiting adalah untuk membuat stres
kepiting sehingga proses moltingnya juga akan lebih cepat," Waryoto berbagi ilmu. Menurut dia, budidaya kepiting soka jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengar budidaya kepiting biasa di keramba. Tingkat kematiannya paling banter hanya 20%. Sementara budidaya kepiting di keramba mortalitasnya mencapai 40%, Selain itu rasa kepiting soka yang dipanen dari kolam lumpur juga lebih manis dibandingkan dengan kepiting yang dipelihara di keramba.
Kepiting yang dipelihara di keramba, kalau panas tak ada tempat berlindung sehingga mempengaruhi kondisi tubuhnya dan tak jarang berujung pada kematian.
Sedangkan kepiting yang dipelihara di kolam lumpur (tambak) akan masuk dan bersembunyi di dalam lumpur ketika panas. Dia juga akan mengambil nutrisi dari lumpur sehingga rasanya menjadi manis, Dan biaya produksi kepiting soka di tambak 30% lebih irit daripada biaya produksi di keramba. Waryoto mengaku, ia khusus mempelajari teknik produksi kepiting soka ini dari sebuah perusahaan pengolahan
sumber : Trobos, september 2008
Catfish Fillet:
To change the Fate of - Bapukan" Catfish
By fillet processing, the catfish which is commonly called as "bapukan" and generally is not saleable in the market, now it is able to give a huge profit. This happens to H. Carmin Iswahyudi, one of the farmers and the biggest catfish trader in Losarang - Indramayu. Wet Java.
The catfish market is very specific, mostly only marketed to fulfill the demand of "PECEL LELE" (Chilly Fried Catfish) and "WARUNG TEGAC booths. They usually require the size of catfish between 6-12 /kg. Consequently, the oversize catfish is not saleable. Even so, the price is far below the BEP. "Fillet processing is the perfect solution to all catfish farmers," says Carmin who has been processing "bapukan" catfish into fillet for one year.
AccordinP, to him, the amount of "bapukan" catfish is more than
enough, able to reach 10% in each production cycle. We can imagine how much the total loss has to be burdened by the farmer if the "bapukan" catfish is not saleable. The catfish production at Losarang district is able to achieve 700 tons/month. Equally, at least there is about 70 tons of "bapukan'* catfish which can be processed into fillet form.
source : Trobos, 2008
Cara Pembenihan Ikan Yang Baik ( CPIB )
I. Persyaratan Pembenihan Ikan
Lokasi
Mudah dijangkau, tersedia sarana dan prasarana penunjang, bebas banjir, terhindar dari polusi, memiliki sarana pengolahan dan sterilisasi air.
Sumber air
Kualitas air layak untuk kebutuhan hidup dan pertumbuhan ikan, sumber air tersedia sepanjang tahun, bebas dari cemaran pathogen dan bahan kimia.
Tenaga kerja
Berkompeten, berdedikasi tinggi dan jumlah sesuai kebutuhan.
Kelayakan fasilitas
• Bangunan ( kantor, laboratorium, ruang mesin, bangsal panen, gudang pakan dan peralatan )
• Sarana filtrasi, pengendapan dan bak Tandon
• Bak/kolam pemeliharaan induk
II. Prosedur Produksi
Manajemen Induk
Tujuannya untuk menghasilkan benih ikan yang bermutu.
• Pemilihan Induk umur dan ukuran siap pijah sesuai SNI, bebas
penyakit dan tidak cacat, induk unggul, ada kejelasan asal usul induk )
• Karantina Induk ( melakukan pengamatan terhadap kondisi dan kesehatan induk yang berasal dari tempat lain )
• Pemeliharaan induk ( penanganan dan pemeliharaan induk hares sesuai dengan persyaratan teknis )
Manajemen Benih
• Pemeliharaan benih, kualitas air, pakan, pengobatan dan monitoring kesehatan ikan dilakukan sesuai dengan persyaratan teknis.
Manajemen Air
Panen, Pengemasan dan distribusi benih
III. Penerapan Biosecurity
Pengatur tata letak :
*Pengaturan berdasarkan alur produksi
• Pemagaran dan penyekatan
• Penyimpanan
Pengaturan akses masuk ke lokasi
Sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan
• Desinfeksi wadah pemeliharaan
• Desinfeksi peralatan dan sarana produksi
• Sterilisasi ruangan produksi
Sanitasi lingkungan Pembenihan
Pengolahan limbah
Pengaturan personil / karyawan
• Pakaian dan perlengkapan kerja
IV. Manajemen personil
Pimpinan unit / ketua kelompok
Pengendali mutu produksi
Pelaksana Produksi
Pelaksana Administrasi
Pelaksana Pemasaran
V. Dokumen dan Rekaman
A Proses pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan informasi
Standar Prosedur Operasional ( SPO ) untuk petunjuk baku tentang operasional proses kerja
Formulir untuk pendataan dan perekaman hasil untuk menunjukan kesesuaian dari proses, produk dan persyaratan CPIB
JENIS -JENIS ALAT TANGKAP RUMPON
Rumpon merupakan salah satu alat penangkapan yang banyak digunakan oleh nelayan di Jawa Barat. Istilah lain rumpon dikenal dengan nama FAD (Fish Agregation Device) sedangkan fungsi dari rumpon ini untuk memikat ikan agar berkumpul di satu daerah penangkapan.
Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja (1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia. Beberapa alasan mengapa ikan sering ditemukan disekitar rumpon:
I . Banyak ikan- ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana ikan dan plankton tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan besar.
2. Ada beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadikan rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk menangkapnya.
Nelayan dapat mengetahui banyak ikan di daerah rumpon dengan beberapa ciri yang khas yaitu :
1. Banyaknya buih - buih atau gelembung udara dipermukaan air.
2. Warna air akan terlihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya karena banyak ikan yang bergerombol.
4.1.1. Bahan dan Komponen Rumpon
Setiap rumpon terdiri dari beberapa komponen seperti pada Tabel 4.1 di bawah ini. Di Indonesia rumpon masih menggunakan bahan alami seperti daun kelapa, tali plastik yang sudah pasti kekuatannya sangat terbatas.
Tabel 4.1.
Komponen Pokok dan Bahan dari Sebuah Rumpon
1. Float bahannya Bambu, Plastik
2. Tali Tambang (mooring line), bahannya Tali,Wi re, Rantai, Swiwel
3. Pemikat ikat (atractor) bahannya Daun Kelapa, Jaring Bekas
4. Pemberat (bottom sinker) bahannya Batu, Beton
Jenis- jenis Ikan yang Banyak Ditemukan di Sekitar Rumpon
Tidak semua ikan ditemukan disekitar rumpon. Ikan jenis pelagis merupakan ikan dominan yang sering ditemukan didalam rumpon. Dalam Table 4.2., di bawah dapat kita lihat ikan apa saja yang sering berada disekitar rumpon.
4.1.3. Konstruksi Rumpon
Di Jawa Barat konstruksi rumpon masih sederhana sekali, pada umumnya pelampungnya dari bambu dan tali temalinya dari bahan plastik atau rotan, pemberatnya dari batu gunung atau batu karang sedangkan atraktornya menggunakan daun kelapa. Rumpon jenis ini banyak dioperasikan di laut yang dangkal dengan tujuan untuk rnengumpulkan ikan pelagis yang kecil - kecil. Untuk perairan yang mempunyai kedalaman sampai ribuan meter digunakan tali
Tabel 4.2.
jenis-jenis Ikan yang Sering Berasosiasi dengan Rumpon
(Monintia, 1993)
1. Cakatang - Skipjack- (Katsowonus pelamis)
2. Tongkol - Frigate Tuna- (Auxis thazard )
3. Tongkol Pisang-Frigate Tuna- Euthynnus affinis
4. Tenggiri- King Mackeret- Scomberomorus sp
5. Madidihang -Yellow Fin Tuna- Thunnus albacares
6. Tembang -Frigate Sardin - Sardinella firnbriato
7. Japuh Rainbow -Sardin -Dussumeria hosselti
sintetis dan biasanya jenis ikan yang berkumpul di situ adalah ikan layang, tuna dan cakalang.
Di negara maju seperti Jepang dan Philipina rumpon yang dipasang selalu dilengkapi alat penditeksi ikan yang dapat memonitor dari kapal penangkapannya.
Konstruksi berbagai jenis rumpon yang terdapat di perairan Indonesia dapat dilihat pada gambar 4. 1, antara lain :
Agar kepemilikkan rumpon tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya dengan bendera, pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya. Gambar 4.21.1 memperlihatkan contoh jenis -jenis tanda yang dipasang dirumpon.
yang Penelitian tentang rumpon terus dilakukan oleh peneliti-peneliti kita. Pada tahun 1999 Arsyad telah melakukan penelitian atraktor rumpon, dia telah mengganti daun kelapa dengan daun lontar dengan asumsi daun lontar jauh lebih tahan dari daun kelapa dan hasilnya sangat berbeda nyata (Gambar 4.3). Rumpon dari daun lontar memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi, Jabar, 2008
Jenis -jenis alat Tangkap yang Menggunakan Alat Bantu Cahaya
Berbagai jenis alat tangkap mulai dari yang tradisional sampai alat tangkap modern telah memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu. Jenis-jenis alat tangkap berupa bagan tancap di Perairan Sulawesi Selatan menggunakan lampu strong, kin (pressure lamp) sebagai sumber cahaya. Begitu pula alat tangkap purse seine yang beroperasi pada malam hari tersebar luas di Perairan Indonesia merupakan alat tangkap yang memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu (lihat gambar 3.4), Sedangkan bagaimana cara kerja pressure lamp dapat di lihat pada gambar 3.5.
Begitu pula bagan raksasa yang, sifat mobilenya menggunakan lampu mercury sebagai alat bantu. Di Rusia kita kenal perikanan Kilka, sedangkan di Philipina dikenal perikanan basnig dan di Jepang dikenal dengan perikanan Sanno (pacific saucy) (Ayodhyoa, 1981) semuanya menggunakan alat bantu cahaya.
Dengan demikian, cahaya telah memberikan andil yang besar datam pemanfaatan sumber daya perikanan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknotogi diharapkan dapat membantu pengembangan light fishing ke arah yang lebih maju tagi.
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008
Budidaya Ikan Gurame
Gurame merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih lebar,
bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarnakekuningkuningan/
keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae,
keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici. Ikan gurami berasal dari
perairan daerah Sunda (Jawa Barat, Indonesia), dan menyebar ke Malaysia,
Thailands, Ceylon dan Australia. Pertumbuhan ikan gurame agak lambat
dibanding ikan air tawar jenis lain.
Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya gurami, Gurameh, orang Sumatra ikan
kalau, kala, kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris
menyebutnya “Giant Gouramy”, karena ukurannya yang besar sampai
mencapai berat 5 kg.
2. SENTRA PERIKANAN
Daerah di Indonesia yang menjadi sentra perikanan yaitu: Sumatera, NTB dan
Jawa. Sedangkan di luar negeri yaitu: Thailand, Jepang dan Filipina.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
3. JENIS
Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut:
Klas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy (Lacepede)
Jenis gurami yang sudah dikenal masyarakat diantaranya: gurami angsa,
gurami jepun, blausafir, paris, bastar dan porselen. Empat terakhir banyak
dikembangkan di Jawa Barat, khususnya Bogor. Dibanding gurame jenis lain,
porselen lebih unggul dalam menghasilkan telur. Jika induk bastar dalam tiap
sarangnya hanya mampu menghasilkan 2000-3000 butir telur, porselen mampu
10.000 butir. Karena itu masyarakat menyebutnya sebagai top of the pop, dan
paling banyak diunggulkan.
4. MANFAAT
Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat
menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian 50-400 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam
tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia
beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5) Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang
mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan
gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air
yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan
secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.
6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.
7) Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara
lain:
a. Kolam penyimpanan induk
Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan
kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam
tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm
dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.
b. Kolam pemijahan
Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan
kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi
(tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan
adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100
cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur
berupa injuk atau ranting-ranting.
c. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam
antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu,
pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
d. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam
pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah
penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
e. Kolam/tempat pemberokan
Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan
Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:
a. Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m2).
b. Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian
bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.
c. Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air.
Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan
air.
d. Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi.
Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan
tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam
dibuat miring ke arah pintu keluar air.
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
e. Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu
masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.
f. Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang
disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu,
agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta
menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame
diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu
untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg),
cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan
gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan
panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk
mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur
yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara
terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),
seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
6.2. Pembibitan
1) Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
b. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
c. Ukuran kepala relatif kecil
d. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
e. Gerakan normal dan lincah.
f. Bentuk bibir indah sepertipisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
g. Berumur antara 2-5 tahun.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah
sebagai berikut:
a. Betina
- Dahi meninjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecoklatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Jantan
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2) Pemeliharaan Induk
Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m2) disimpan dalam
kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan.
Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan
sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa
dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan
takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.
3) Pembenihan
Bila proses pematangan gonada (kandung telur dan sperma) di kolam
penampungan sudah mencapai puncaknya, induk segera dimasukkan dalam
kolam pemijahan. Adapun cara pemijjahan ikan gurame adalah sebagai
berikut:
a. Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari, perbaiki tanggul dan
dasar kolam.
b. Lakukan pengapuran dan pemupukan. Pemupukan dasar dengan pupuk
kandang dosis 7,5 kg/100 meter persegi dan biarkan selama 3 hari.
c. Tanami dasar kolam dengan tanaman ganggang buntut anjng
d. Isikan air yang telah dicampur dengan pupuk buatan TSP sebantak 500
gram/100 meter persegi, biarkan selama 1 minggu kemudian isikan air
hingga kedalaman 75 cm.
e. Untuk kolam seluas 100 meter persegi bisa disebar induk sebanyak 30
ekor betina dan 10 ekor jantan. Setelah pemijahan berlangsung, 1-2 hari
induk betina akan melepaskan telur-telurnya ke dalam sarang yang
kemudian disemproti sperma oleh si jantan sehingga terjadi pembuahan
sel telur. 20-30 hari kemudian, induk-induk yang terpelihara baik akan
berpijah lagi dan beberapa hari kemudian telur akan menetas.
4) Pemeliharaan Bibit
Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan
pada kolam pendederan atau disawah sebagai penyelang. Dalam
pelaksanaan pendederan adalah melakukan pengeringan kolam atau sawah,
pemupukan, perbaikan pematang dan pemasangan saringan atau perbaikan
pipa-pipa pada pintu pemasukan atau pengeluaran air.
Setelah persiapan selesai, benih ditebarkan dengan kepadatan 30
ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam pendederan.
Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau
daun-daunan yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan ratarata.
Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas
diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak tanah untuk 100
ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun
monokultur.
a) Polikultur
Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau
lele. Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame
yang cukup lambat.
b) Monokultur
Pada pemeliharaan gurame tersendiri, bibit yang disebar minimal harus
berumur 2 bulan. Penebaran bibit sejumlah 500 ekor (ukuran 10-15 cm)
diperlukan luas kolam sekitar 1500 meter persegi
2) Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk kandang. Pada
umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan,
dengan maksud untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan.
Tahap pertama pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada
saat ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk
tiap 100 m2 kolam, air disisakan sedikit demi sedikit sampai mencapai
ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari.
Pada tahap berikutnya pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk
buatan seperti TSP atau pupuk Urea sebanyak 500 gram untuk setiap 100
m2 kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan merata ke setiap
dasar dan sudut kolam.
3) Pemberian Pakan
Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya, namun
di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan
alternatif yang sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun
pepaya, keladi, ketela pohon, genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun,
labu dan dadap.
Pemberian makanan yang teratur dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi
dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk-induk
gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali
setahun berturut-turut selama 5 tahun.
4) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan
pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih
disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang
disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit.
Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya
gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat
penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya
adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut.
Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk
mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban
gerakannya.
Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri,
virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit
yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:
1) Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama
di bagian dada, perut dan pangkal sirip.
2) Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi
pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu
3) Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri.
Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan
dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala
stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan
pinset.
Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya,
dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:
1) Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK)
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
a. Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak
penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.
b. Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air.
c. Rendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut selama 30-60
menit dengan diawasi terus menerus.
d. Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari
kemudian.
2) Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan
2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan
tersebut dilarutkan dalam air hingga konsentrasi 0,1% Neguvon lalu
disiramkan ke dalam kolam yang telah dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.
3) Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang sulit
mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya: (1) siapkan wadah yang diisi air
bersih. setiap 100 cc air bersih dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai
rata; (2) ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat
ini berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja. (3) Setelah itu
segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk selanjutnya
dipindahkan kembali ke dalam kolam; (4) pengobatan ulang dapat dilakukan
3-4 hari kemudian dengan cara yang sama.
7.2. Hama
Bagi benih gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari ikan
liar/pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan
sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung
pemangsa.
8. PANEN
8.1. Penangkapan
Pemanenan benih dapat dilakukan setelah benih berumur 1 bulan. Caranya
dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air masuk
diperkecil. Pasanglah jaring lembut di pintu pengeluaran untuk menampung
benih atau bisa juga dengan membuat parit di tengah kolam menuju ke lubang
pengeluaran. Bibit yang terawat baik bisa mencapai bobot 0,3 gram/ekor pada
saat dipanen.
Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame sangat tersantung dari ukuran yang
diminta konsumen. Umumnya pemanenan dilakukan setelah ikan berumur 2-3
tahun, ikan yang berumur 2 tahun mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berat
0,3 kg/ekor, sedangkan untuk ikan yang berumur 3 tahun panjangnya sekitar 35
cm dan berat badan 0,7 kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat
mencapai 40 cm dan berat 1.5 kg/ekor. Adapun cara penangkapan: air
disurutkan sedikit demi sedikit, penangkapan dilakukan pada pagi hari. Hindari
cara penangkapan yang dapat menyebabkan ikan terluka.
8.2. Pembersihan
Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil. Kemudian diserok
dan dimasukkan ke dalam keranjang panen. Biasanya waktu panen tidak hanya
gurame saja yang tertangkap, sehingga sebelum ikan dimasukkan ke kolam
pemberokan, harus diseleksi dan dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan
benih dilakukan selama 1 hari. tujuannya agar ikan tidak mabuk sewaktu
diangkut ke pasar. Lamanya pembersihan disesuaikan dengan besarnya benih.
9. PASCAPANEN
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
C.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
3) Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan pascapanen
benih adalah sebagai berikut:
1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan
penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air
sumur yang telah diaerasi semalam.
3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan
aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m
atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat
menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5
cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran
benihnya.
4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap
keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar
5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
b. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu
lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang
diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan
ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos
yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat
diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut:
1) Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam
10 liter air bersih).
2) Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik
terjadi perlahan-lahan.
3) Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2
menit.
4) Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan
benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat
juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin
sebanyak 4% selama 3-5 menit.
5) Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya ikan gurame untuk 6 empang selama 1 bulan di
daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
a. Sewa lahan 6 empang @ Rp. 80.000,-/bulan Rp. 480.000,-
b. Benih per empang 4000 ekor @Rp 150,- Rp. 3.600.000,-
c. Pakan
- Postal per empang 7 karung @ Rp 10.000,- Rp. 420.000,-
- Rambo per empang 5 karung @ Rp 2.500,- Rp. 75.000,-
d. Obat
- Super tetra per empang 2 tablet @ Rp 1.000,- Rp 12.000,-
e. Tenaga kerja 2 OH @ Rp 20.000,- Rp. 40.000,-
f. Lain-lain (pemeliharaan) Rp. 460.700,-
Jumlah biaya produksi Rp. 5.089.700,-
2) Penerimaan per empang 4000 ekor @ Rp. 400,- Rp. 9.600.000,-
3) Keuntungan Rp. 4.510.300,-
4) Parameter kelayakan usaha
B/C Rasio = 1,89
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan gurame, mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi.
disamping rasanya yang lezat dan empuk, ikan ini pun digemari banyak orang.
Sudah menjadi tradisi dalam setiap kendurian, ikan gurame selalu menjadi
syarat utama hidangan. Disamping rasanya itu, perawatannya pun tidak terlalu
sulit dan tidak memakan banyak biaya, sehingga banyak petani ikan yang mulai
menggemari, membudidayakan ikan ini, karena harga dari setiap bibitnya yang
murah dapat menghasilkan keuntungan 3 kali lipat dari harga bibit. Harga dari
ikan gurame di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bobot ikan tersebut.
Ikan gurame dengan berat 1,5 kg dapat mencapai harga Rp 6.000-Rp 8.000
tergantung keadaan pada saat itu.
TIPS………
Saya ambil dari Trubus. Konon ini berasal dari petani gurami desa Kemranjen, Purwokerto. Kalau dirasakan produksi telur gurami menurun sampai 50%, bahkan yang seharusnya 1500-2000 ekor per sarang (saya mengalami 75 butir persarang), maka pertanda ikan gurami anda perlu makanan ceplok telor bebek. Pertama, dedak dicampur dengan telur bebek sebanyak 2 butir per sarang. Tapi jangan lupa, dedak sekalipun dicampur putih telor bebek plus kuning telor bebek tidak akan menjadi sekeras adonan semen tembok kraton Yogyakarta, yang konon waktu pembuatannya pakai telor (atau malahan para tukang-bangunannya harus punya dua telor). Uups!
Untuk itu, menurut saya sebaiknya dedak diseduh dengan air mendidih supaya mengental, baru setelah dingin di campur dengan 2 telor bebek.
Lalu, anda cari karung plastik bekas penjual sayur membungkus cabe, jadi yang ada bolong-bolongnya. Bentangkan karung plastik di tengah kolam dengan cara menarik ke empat sisinya dengan 4 buah tonggak bambu. Jadi ketika anda meletakkan adonan tadi, sang ikan akan menyedot ramuannya dari bawah karung plastik. Sedroot, sedroot.
Bau amis telur bebek tadi memang merangsang berahi gurami.
Dan menurut saya dan pengalaman beberapa peternak gurami, saat ikan anda bertelur, jangan diberi pelet terlalu banyak. Pelet dibuat untuk menggemukkan ikan, bukan untuk menyehatkan kandungan. Dan ikan INDUKAN lebih suka kalau anda berikan daun Alocasia macrohiza murah, dan mudah didapat
Teknologi Hapa Tingkatkan SR Benih Gurami 96%
Senyum sumringah menghias wajah Akhmad Munajat, peternak gurami di Singasari, Karanglewas, Banyumas. Keuntungan Rp15-juta dari sebuah kolam pembenihan sudah terbayang di depan mata. Gemerincing rupiah itu hadir berkat teknologi hapa. Teknik baru itu terbukti sukses meningkatkan kelulusan hidup (SR) larva umur 7 hari, hingga 80—95%.
Selama ini kematian larva umur 7 hari hingga 50% menjadi momok bagi Munajat. Musababnya kehadiran predator seperti katak, bibis, dan uncit sulit terelakkan. Perubahan suhu juga menjadi gangguan. Belum lagi ketika hujan, gurami-gurami kecil terbawa arus dan hilang. â€Å“Dari 5.000 benih, paling banyak 2.000—2.500 ekor selamat,â€� ujar kelahiran 11 Agustus 1961 itu. Enggan terus-menerus merugi, pensiunan guru Islamic School itu melakukan terobosan: memakai teknologi hapa di kolam pendederan.
Meski tergolong sederhana, teknologi hapa terbukti efektif. Bahan yang diperlukan cuma hapa atau strimin plastik ukuran lubang 1 mm, tali rafi a, batu, eceng gondok, dan media kultur plankton. Total biaya Rp200.000 untuk hapa ukuran 3 m x 5 m yang menampung 5.000 benih.
Efisiensi lahan
Sistem hapa memberi keuntungan lebih lantaran bahan dan alat bisa digunakan berkali-kali. Umur strimin mencapai 5 tahun. Bila setahun dilakukan 6 kali pendederan, berarti selama 5 tahun hapa bisa dipakai 30 kali. Efisiensi lahan pun dapat dilakukan. Dengan teknologi itu, kolam tak perlu dikeringkan layaknya cara konvensional. Satu kolam berfungsi ganda. Seluruh kolam tetap digenangi air; sebagian untuk pendederan dalam hapa, sebagian lagi dimanfaatkan untuk budidaya ikan lain.
Kelebihan lain, teknologi hapa efektif mengisolasi predator. Katak, uncit, dan bibis bakal kesulitan menembus hapa yang berukuran kecil. Alhasil burayak pun aman di dalamnya sehingga panen seragam. â€Å“Jumlah makan tak berkurang karena hewan kompetitor tidak ada,â€� ungkap ketua Kelompok Tani Mina Mandiri itu. Panen di kolam berlangsung singkat karena cukup mengangkat seluruh hapa. Menurut Dr Triyanto, M.Sc., ketua Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM, teknologi hapa tergolong terobosan baru. Sistem itu meningkatkan produksi karena menekan tingkat mortalitas larva. â€Å“Hewan kompetitor bisa dikurangi sehingga tingkat keberhasilan pendederan gurami meningkat,â€� ujar Triyanto.
Ancaman air
Menurut Munajat, ide memakai hapa itu muncul setelah ia kerap menggunakan strimin sebagai penampung gurami ukuran konsumsi sebelum dijual. â€Å“Agar tak sulit menangkapnya saat pengepul datang,â€� tutur alumnus Universitas Islam Assyafi ah itu. Kemudahan itu pula yang kemudian dicoba saat pendederan. Akhir 2003, sebuah kolam 200 m2 tepinya dipasang hapa berukuran 3 m x 5 m. Agar posisi hapa kuat, setiap sudut hapa diberi tali yang diikatkan dengan pasak di tepi kolam. â€Å“Tidak seluruh hapa terendam air, tapi disisakan setinggi 40—50 cm di permukaan air,â€� ujar ketua Forum Gurami Banyumas itu. Luasan itu dapat menampung 5.000 benih.
Sebelum benih ditebar, masukkan campuran dedak, tepung ikan, dan kotoran hewan ke dalam hapa. Berselang seminggu daphnia, moina, dan fitoplankton lain bakal membanjiri hapa. â€Å“Benih akan tumbuh optimal bila lingkungan sekitarnya banyak pakan alami,â€� ungkap Triyanto.
Setelah benih ditebar, di atas hapa ditanami eceng gondok sebagai penahan air hujan. Selain itu akar Eichornia crassipes itu berguna sebagai sarang dan tempat bergelantungan burayak. â€Å“Hanya saja tanaman air jangan sampai melebihi sepertiga hapa,â€� tutur Munajat. Itu agar sinar matahari tetap masuk dan sirkulasi cahaya lancar. Sebulan berselang, benih ukuran biji oyong siap dituai. Jumlah panen mencapai 4.500— 4.800 ekor. Artinya tingkat keberhasilan sistem hapa mencapai 96%.
Kelemahan hapa, larva mati bila bila lubang strimin tersumbat lumut. Untuk mengurangi risiko itu, bagian tepi hapa mesti dibersihkan dengan sikat atau cukup di-kucek perlahan dengan kedua tangan seminggu sekali. (Hanni Sofia/)
11. DAFTAR PUSTAKA
1) RUSDI, Taufiq. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek, 1987
2) SITANGGANG, M. Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya, 1999
3) ____________. Kumpulan Gurame Kliping Ikan. Jakarta : trubus, 1997
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman
Sumber : http://sutanmuda.wordpress.com/2007/10/22/budidaya-ikan-gurame/
FISH Nila Nirwana
(Management and Selection Process)
Nila fish in West Java is the introduction of fish that come from the first time in Taiwan. 1969 (Hardjamulia & Djajadireja 1977).
1975
Nila shipped. Hybrid (mix of T. nilotica and T. mossambica) from Taiwan. Nila. Appear in red. 1981
introduced from the Philippines. Then in the year 1988 - 1989 Parent Stock shipped Nila Chitralada from Thailand, but not developed.
Nila GIFT fish is a new variety of fish species that Nila was developed by ICLARAM in the Philippines. Nila GIFT fish is introduced from the Philippines. 1995 - 1997. On. 2002 BPBI Wanayasa obtain family Nila Fish GET (Genetically Enhanched of Tilapia). GET Nila fish are introduced from the Philippines by the Fisheries Office at West Java Province through the BFAR (Bureau of Fisheries and Aquatic Research).
Since first shipped, since it also. Nila Fish cultivation. started. Nila Fish capability in adapting to new environment makes this easy fish spread and become excellent in the cultivation of water, especially fresh water.
Nila is the distribution of fish very quickly supported the new kecepat reproduce the development of the fish is not controlled. Negative impact is that many occur in the cross (inbreeding), which result in decreased genetic quality of fish, will cause further decline in the performance of the fish is good growth, resistance to disease, and the ability to adapt to environmental changes.
To decrease the genetic quality of fish is Nila, Ariyanto (2004) states there any steps that can be implemented is implementing the program with the objective end pemuliaan get lkan parent Nila winner. Excellence is expected to be inherited in the offspring, resulting in superior seed (high quality). One such alternative program improvement in the parent program is through superior selection arrest (Selective breeding).
FISH Nirwana Nila (Nila Wanayasa Ras)
Efforts that lead to the selective Fish penangkaran Nila has been started by the Central Development Fish seed (BPBI) West Java Province is located in the Wanayasa to collect 18 Nila Fish family. GIFT generation-6 and 24 family Nila Fish GET from the Philippines. Then in 2003, BPBI Wanayasa do with the cooperation. fisheries experts from the Expert Team Tilapia Broodstock Center, to prepare and implement management and program selection Nila Fish with the aim to maintain or even improve its quality.
Source of genetic selection is a GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) and GET (Genetically Enhanched Tilapia). Currently in production during the period of three (3) years, have gained BPBI Wanayasa genus (Great Grand Parent Stock / GGPS), which is named Nila Fish Nirwana. (Nila. Ras Wanayasa) that, the provision and dissemination supervised by the government.
Activities undertaken in the selection of seed Fish Center (BPBI) Wanayasa, Purwakarta Regency, West Java Province. Implementation of kin selection to begin on sunday 3-month in July 2003 and still held up with at this time.
IMPLEMENTATION PROCEDURES RESULTS selection and reached
Penangkaran selective program that is implemented family selection "(Figure 1), refer to the SPO Nila Fish pemuliaan issued by the Center for Parent National Fish Nila (PPIIN) 2004 in accordance with the modified field conditions.
Phases of activity for each generation is done with the work as follows:
1. Setting up of a number of families who have a collection;
2. Up condition Nila Fish are to be to be able to memijah simultaneously;
3. breeding as many as five (5) Up to attach their salty relatives of the new crossing;
4. Observed periodically to mark the pair-pair memijah
5. Pair of fish seed from each family that memijah on the same day and merged taken randomly of 500 chickens kept for further;
6. maintenance is done on fish seed hapa measuring 5 x 2 x 1.5 M3 in swimming can be distinguished between the male and female in Morfologis (age 4 months);
7. Fish groups and male groups Nila Nila Fish Betina be pondered and measured (standard length, height and body length of the head) one by one.;
8. Later. elected female head 10 largest and 10 largest male tails than and Tagging and recording is done
9. Each family kept a selection of separately between male and female breeding until ready to form the next generation.
Up to now in operation during the period of three (3) years, three generations have been obtained Master (F1, F2 and F3). With the details of the number of families, as follows:
• F1 produce 33 families;
• F2 produce 34 families;
• F3 produce 44 families;
Develop and PRODUCTION PLAN
A. Development Plan.
Resume activities until the selection process. can produce lnduk Nila Nirwana the next generation.
B. Production Plan.
Reproduce and distribute. derivative Induk Nila Nirwana to farmers / UPR.
5. THE RESULTS HAVE BEEN OBTAINED
Fish Penjenis (GGPS) from Fish Nirwana Nila (Nila Ras Wanayasa) will be achieved in the generation-3 or about 3 years since the beginning of 2004. During the process, the fish are kept in controlled, sufficient feed and a low density so that the characteristics genetik caan tereksploitasi.
Periodically the fish are in the process of selection is monitored and morphology morfometriknya. Genetic Gain of each generation. comparison with the measured rate and population control (Figure 2).
Fish will then be present or Nirwana Nila Nila Wanayasa Ras-1, Wanayasa-2 dstnya which is the genetic improvement of the previous generation.
Program arrest selective Nila Fish Wanayasa this is done entirely by staff BPBI-skilled staff with the assistance of the expert "Tilapia Broodstock Center".
source: Fisheries Department of West Java, 2008
Pangasius hypothalmus
Size can reach 75 cm or with a weight about 8 kg. Black body and white bellies. There is also a type of albino-colored form, such as shark's body movements and very frisky. Siam Jambal this there are many species with a difference that is not too light.
Mother can start breeding secelah the age of 2.5 years with a weight of about 2.5 kg. Usually, production of eggs from the mother of a lot of 2.5 kg, approximately 70,000 grains. Then the parent has a greater number of the more eggs. The breeding is done by injection or artificial hormones hipofisa. Artificial hormone level is quite high, about 0.9 ml / kg parent given twice, the first and the second 0.3 ml 0.6 ml. While the degree of female hipofisa for 4 doses given twice, the first dose of 1.5 and 2.5 second dose.
needle on the male just as much as once dose 2.
Needle treatment, the eggs, incubation, and treatment flyblow fish is almost the same as the breeding Jelawat. Only difference lies in the form of a mother feeding snail meat or chopped fish rucah because it does karnivora.
Feed to maintain the good quality eggs. While flyblow jambal Siam can be artemia began swimming at the larger size.
Vessel enlargement seed can be a pond or dam. Feed seed pelet form. Seed ditebar the zoom for this size of about 5 cm. However, the size of Siam as jambal selling ornamental fish about 2-5 cm.
source: Darti S.L and D. Iwan PenebarSwadaya, 2006
Prinsip Tertariknya Ikan Pada Cahaya
Menurut Ayodhyoa (1981), tertariknya ikan pada cahaya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
• Tertarik secara langsung oleh cahaya contohnya Ikan Sardinella Kembung dan Layang.
• Tertarik secara tidak tangsung : Jika ada cahaya, maka plankton, ikan-ikan kecil dan sebagainya akan berkumpul dengan tujuan "Feeding", seperti Ikan Tenggiri, Cendro dll.
Letak Cahaya
Dilihat dari letak cahaya maka kita dapat membedakan antara lampu yang diletakan di atas permukaan air (Surface lamp) dan lampu yang yang diletakan di dalam air (Under water lamp) dengan perbedaan sebagai berikut :
Lampu Yang Diletakan Diatas Permukaan Air:
■ Memerlukan waktu yang lama untuk mengajak ikan berkumpul;
• Kurang efisien dalam penggunaanya, hal ini dikarenakan sebagian cahaya diserap oleh udara, terpantul oleh gelombang yang berubah-ubah, kemudian diserap oleh air sebelum sampai ke kedalaman tertentu;
■ Waktu yang diperlukan oleh ikan untuk naik kepermukaan
lebih lama dan saat ikan menuju ke cahaya ada kemungkinan
ikan berenang kemana-mana (berserakan), sehingga sulit untuk menangkapnya;
• Ikan sukar berada dalam gerakan tenang karena lampu dikapal bergerak akibat gerakan gelombang dengan demikian gelombang intensitas cahaya berubah - ubah.
lampu Yang Diletakan Di dalam air :
Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan ikan lebih sedikit, karena didekatkan dengan gerombolan ikan;
■ Penggunaan cahaya lebih efisien karena tidak ada penyerapan dan pemantulan;
▪ Ikan menghampiri cahaya dengan tenang karena tidak ada gelombang sehingga ikan yang ditangkap pun dalam keadaan tenang;
• Ikan yang telah berkumpul disekitar cahaya tidak akan berserakan lagi.
Persyaratan dalam menggunakan cahaya
Persyaratan Lingkungan
Persyaratan lingkungan yang harus diperhatikan terutama pada malam hari, haruslah gelap. Hal ini berhubungan dengan fase bulan, yaitu bulan terang, dan bulan gelap. Jadi cahaya hanya dapat digunakan saat bulan gelap dan malam hari, tidak dapat digunakan pada Siang hari. Persyaratan lainnya adalah air harus hening atau tidak terlalu keruh dan gelombang tidak terlalu besar.
Persyaratan penangkapan.
Selain lingkungan ada persyaratan lain agar hasil tangkapan maksimal, yaitu :
Cahaya harus mampu menarik perhatian ikan dari jarak jauh baik secara vertical maupun horizontal;
Ikan harus digiring kecahaya yang berada diareal penangkapan;
Menjaga ketenangan ikan selama berada didaerah penangkapan, sehingga ikan tidak berusaha melarikan diri.
Berbagai jenis lampu digunakan oleh nelayan pada light fishing. Mulai dari yang sederhana sampai yang lebih modern. Di Indonesia, nelayan tradisional menggunakan lampu strongkin
sumber : dinas Perikanan Provinsi Jabar, 2008
ALAT BANTU PADA PENANGKAPAN IKAN
ALAT BANTU PADA PENANGKAPAN IKAN
Mesin
Mesin yang digunakan untuk menggerakan kapal penangkapan. Mesin ini juga menentukan berapa besar kapal yang digunakan untuk menangkap ikan, satuannya adalah GT. Kita mengenal dua jenis mesin yaitu mesin untuk menggerakan kapal dan mesin untuk mengoperasikan alat.
Palka merupakan tempat untuk menyimpan ikan hasil tangkapan. Ukurannya bermacam macam, tergantung dari kebutuhan dan besarnya kapal. Bahan dasarnya ada yang dari kayu,
yang ada juga yang dari fiber.
es batu
Es diperlukan untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan. Ada yang berbentuk balokan ada juga yang berbentuk curah.
Garam yang digunakan adalah garam kasar. Ada yang menyebutnya garam ikan ada juga yang menyebutnya garam pindang, namun garam ini jarang digunakan karena akan merubah tekstur dan rasa dari ikan.
Pelampung
Pelampung yang sering kita temukan dikapal penangkapan ada dua macam, yaitu pelampung untuk jaring tangkap dapat juga untuk tanda awal penebaran jaring ; yang kedua pelampung untuk penumpang/ nelayan. Pelampung untuk penumpang/nelayan ada yang berbentuk bulat seperti ban mobil, lonjong seperti botol, kotak kotak dan ada juga yang model rompi.
Pemberat
Pemberat diperlukan untuk untuk menenggelamkan alat penangkapan seperti pancing dan jaring, ada juga yang digunakan untuk menancapkan jangkar. Bahan pemberat hampir seluruhnya terbuat dari bahan logam namun ada juga yang terbuat dari semen/batu.
umpan
umpan yang dipasang dialat penangkapan gunanya untuk menarik ikan agar datang mendekati alat dengan kata lain umpan merupakan jebakan bagi ikan, Jumlah umpan yang dibutuhkan tergantung kebutuhan, jenis alat tangkap dan jenis ikan yang ditangkap. Ada umpan buatan, ada umpan hidup dan ada juga umpan palsu.
Cahaya Dilihat dari sumbernya cahaya ada dua, yang berasal dari listrik/batere atau yang langsung dari matahari. Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (matanya) dan rangsangan melalui otak (Lineal region pada otak). Dengan demikian ikan yang tertarik pada
cahaya hanya ikan-ikan fototaxis yaitu ikan jenis pelagis dan sedikit ikan demersal dan sebaliknya ikan yang tidak menyenangi cahaya disebut ikan fotophobi.
Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik pada cahaya, diantaranya :
sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2008
ornamental fish: Dwarf Gouramy (Colisa lalia)
Dwarf Gouramy (Colisa lalia) is a beautiful fish that come from India. Maximum body size of about 7 cm. Are omnivora. For the maintenance of optimal temperature between 26-28 ° C, pH 6,5-7,0; violence and 6-9 ° DH.
Interesting male blue indigo with a red line on the bottom or stomach. If it will flourish, in the stomach there are red lines diagonal. Red fin and back fin with the other orange dots blue. While female bright yellow fin and more rounded.
breeding how the fish are almost the same as the other fish sepat just need a lair foam plant water, float to stick. Male and female parent can be mixed and can spawn en masse comparison with 1: 1. Eggs are light so that male is not difficult to enter nest.
Female should be taken after flourish, while the male is taken when larva can already swim.
Eggs will hatch within a day and swim free at the age of one week. Larva feed infusoria can be given after swimming or out of the nest. Two or three days later, flyblow water bug can be filtered and further large water bug. For adult fish can be pelet or silk worms.
This will be a fish parent after the age of about six months. Size selling after reaching 2.5 cm or the age of four months.
source: Darti S.L and D. Iwan PenebarSwadaya, 2006
KLASIFIKASI TEKNIK PENANGKAPAN IKAN
Banyak alat tangkap yang digunakan untuk penangkap ikan di laut mulai dari yang sederhana sampai yang rumit pengoperasianya. Kemiripan bentuk juga kadang mempersulit kita untuk membedakan alat tersebut, namun jika kita lihat dari teknik penangkapannya maka dengan mudah kita menggunakannya.
Beberapa ahli telah membagi teknik penangkapan dengan melihat beberapa prinsip yang dipakai. Ada yang melihatnya dari titik pandang, tujuan dan kondisi perairan namun ada pula yang melihatnya dari keaktifan alatnya.
Klasifikasi Menurut Kamakichi Kishinouye
Kamakichi membagi teknik penangkapan ke dalam 10 (sepuluh) teknik , yaitu :
• Memaksa ikan dengan suatu kecepatan untuk memasuki daerah dimana alat tangkap beroperasi dengan menghadang air dari arah kiri dan kanan;
• Menghadang arah ikan renang (biasanya untuk jaring insang hanyut);
• Menyesatkan ikan kearah alat penangkap dengan cara menggiring ikan;
• Memudahkan ikan untuk masuk ke dalam alat penangkapan namun mempersulit jalan keluarnya (misalnya bubu);
• Menggarit (untuk kerang kerangan);
• Menjerat (misalnya jaring);
• Mengait (misalnya pancing);
• Mencemarkan lingkungan hidup ikan (ikan menjadi mabuk dan muda ditangkap);
• Membelit (misalnya jaring);
• Menjepit Lalu menangkapnya.
Klasifikasi Menurut Miyamoto Hideaki
Miyamoto membagi teknik penangkapan ke dalam 13 (tiga betas ) jenis :
• Menjerat atau membelit (jenis gillnet);
• Mengangkat keatas setelah ikan berada diatas alat;
• Menyungkup dari atas (jala);
• Melingkari (purse seine);
• Menyerok dari bawah (tangguk);
• Menyerok secara horizontal (trawl);
• Menusuk talu menangkap (tombak);
• Mengait (pancing);
• Menghadang dengan paksa;
• Menghadang dan mengarahkan ikan kealat penangkapan (sero);
• Mengundang untuk masuk alat namun mempersutit keluar (bubu);
• Menggaruk atau mengais (untuk yang terbenam dipasir);
• Menjepit latu memutir (untuk jenis kerang).
Klasifikasi Menurut Von Brandt
Von membagi klasifikasi penangkapan ikan menjadi 16 (enambelas), yaitu :
• Harvesting machines : Semua jenis alat penangkapan yang pengoperasiannya dengan mesin;
• Tangle nets : Penangkapan dengan menggunakan jaring seperti jaring klitik;
• Gill net : Semua jenis jaring insang;
• Penangkapan langsung tanpa menggunakan alat;
• Menggunakan atat untuk melukai seperti tombak;
• Menangkap dengan cara memabukan ikan seperti penggunakan bahan kimia portas;
• Menangkap dengan menggunakan pancing;
• Menangkap dengan menggunakan perangkap (bubu);
• Menangkap dengan menggunakan perangkap terapung (untuk menangkap ikan yang sedang melompat);
• Bagnets (menggunakan scope);
• Menangkap dengan cara menarik alat seperti jenis trawl;
• Seine nets (alat yang menggunakan sayap);
• Surrounding, nets (melingkarkan alat ke gerombolan ikan);
• Drive in nets (jaring yang ditarik dengan tangan);
• Lift nets (jaring angkat);
• Falling gear (Jaring yang ditempar dari atas kebawah (Jaring ta gear (Jaring lempar).
sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jabar, 2008
In the original eutroph lakes have characteristics as follows
• relatively shallow depth
• the beach in a relatively wide
•-There are many plants litoral
• are usually located on the lake where a flat, located in the mountains
• water green until green yellow color is caused by growth - growth in the lake water
• low water clarity
• N and P content higher
• not a lot of humus
• most rich in calcium
• Oxygen content difference between summer and winter is on the big termoklin
• Oxygen in the hypolimnion uterus is poor or there is no
• occur in the summer because of a reduction in Oxygen animal plankton
• on the lake in which, the spread of Oxygen in the lake, with the lake oligotroph
• there is a lot of detritus derived from the plankton
• basic mud lake, rich in organic materials that are currently experiencing autochtone decomposition
• the process of decomposition in the lake are usually strong Lumpur
• there are lots of phyto-plankton, often bloom
• Chlorophyceae few, Schizophyceae and Diatomae many, besides Chrysomonad and peridinium
source: H. Masyamsir, Ir, MS
Istilah Yang Biasa Ditemukan Dalam Penangkapan Ikan
Kapal Semua perahu, dengan nama apapun juga, kecuali jika ditentukan atau diperjanjikan lain, maka kapal itu dianggap meliputi segala alat pertengkapannya (UU Hukum Dagang, pasal 309).
Kapal Laut Biasa - Alat pengangkutan yang digunakan di laut (UU Hukum Dagang , pasal 310).
Kapal Niaga Setiap kapal yang digerakan secara mekanis yang digunakan untuk pengangkutan barang/manusia dengan pungutan biaya (Soekardono, 1981).
Pelabuhan Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang dilengkapi dengan fasilitas dan/atau pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan Pasang Pelabuhan baru dapat dipergunakan dalam waktu air pasang dan kapal dapat memasuki perairan tersebut dengan aman sebaliknya pada waktu air pasang turun tidak berfungsi lagi.
Pelabuhan buatan : Pelabuhan yang dibuat atas campur tangan manusia dan dapat dilakukan dengan menggali atau memperdalam perairan pelabuhan tersebut , contohnya pelabuhan Tanjung Priok - Jakarta dan Tanjung, Perak - Surabaya.
Pelabuhan Alam Pelabuhan yang dibentuk oleh alam tanpa campur tangan manusia sedikipun, contohnya petabuhan Makasar dan pelabuhan Ambon.
Pelabuhan Terbuka Pelabuhan laut yang ditunjuk oteh peraturan perundang - undangan pelayaran, perdagangan luar negeri artinya merupakan pelabuhan Samudera yaitu pelabuhan dimana kapal negara asing diperbolehkan masuk dan berlabuh serta melakukan bongkar muat lengkap dengan fasilitas-fasititas peralatan kepelabuhan kapal berbendera asing tanpa izin tertentu bebas masuk pelabuhan laut baik yang berfungsi sebagai kapal pembawa barang import maupun eksport dan kapal pesiar.
Dermaga (Jembatan Pendarat) - Tempat dimana kapal dapat bebas bersandar serta melakukan bongkar muat barang termasuk hewan dan manusia dengan tenang dan aman.
Pengusaha Kapal Seorang yang mengusahakan kapal untuk pelayaran dilaut dan mengemudikannya sendiri atau oleh orang lain yang biasa disebut nakhoda.
• Nakhoda Seorang tenaga kerja yang telah menandatangani perjanjian kerja laut dengan perusahaan pelayaran sebagai nakhoda, yang memenuhi syarat dan tercantum dalam Sijil Anak Buah Kapal sebagai nakhoda ditandai dengan mutasi dari perusahaan dan pencantuman namanya dalam Surat Laut.
• Nakhoda Sebagai Pemimpin Kapal Semua yang ada diatas kapal seperti ABK , penumpang dan pemilik kapalpun harus tunduk pada nakhoda selama pelayaran. ABK yang akan turun ke darat saat kapal berlabuh harus meminta izin pada nakhoda.
Nakhoda Sebagai Jaksa,. Nakhoda harus bisa mengatasi masalah, menanggulangi, menahan, mengamankan dan mengusut perkara yang dituangkan dalam Berita Acara.
• Nakhoda Sebagai Pegawai Catatan Sipil Nakhoda harus mencatat orang yang melahirkan, meninggal maupun menikah diatas kapal dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
Nakhoda sebagai Notaris : Nakhoda dapat diminta untuk menjadi notaries dalam pembuatan surat warisan yang ditandatangani oleh akhli waris dan disaksikan oleh dua orang saksi.
anak buah kapal Semua orang yang berada dan bekerja dikapal kecuali nakhoda, baik sebagai perwira bawahan (kelasi) yang tercantum dalam Sijil Anak Buah Kapal.
Fishing Suatu usuha penangkapan ikan / pengumpulan ikan dan jenis - jenis akuatik yang mempunyai nilai ekonomis.
Fishing Day Waktu (jumlah hari) yang digunakan untuk satu operasi penangkapan.
Fishing operation Operasi penangkapan ikan.
Trip Duration : Waktu yang digunakan dari mulai load sampai unload, termasuk lama waktu pelayaran dari danke fishing ground.
Actual Fishing Day Jumlah hari dimana usaha penangkapan betul-betul dilakukan, tidak termasuk hunting day (pelayaran menemukan fishing ground yang baru).
Fishing Trip Jumlah pelayaran untuk tujuan penangkapan dalam satu satuan waktu (bulan, tahun) sering disingkat Trip/Month, Trip/Year.
Fishing Technique Teknik yang digunakan untuk penangkapan seperti teknik mengemudi kapal, membuat dan mengoperasikan kapal.
Fishing Methods Cara yang digunakan untuk menangkap ikan.
Fishing Gears - Alat yang digunakan untuk menangkap ikan.
Fishing, Boat : Kapal yang digunakan untuk menangkap ikan.
fishing Tactics Cara pengoperasian jaring dan cara untuk memanfaatkan kebiasaan ikan bergerombol.
Bulk Fishing Alat tangkap yang mampu menangkap ikan dalam jumlah besar.
Fishing Ground Perairan tempat melakukan penangkapan ikan.
Fishing Port Pelabuhan tempat merapatnya kapal penangkapan.
catcable area Tempat dimana ikan dapat ditangkap.
sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jabar, 2008
ciri - ciri danau eutroph
• kedalaman relatif dangkal
• bagian pantai yang dalaml relatif lebar
• banyak- terdapat tumbuh-tumbuhan litoral
• biasanya danau terletak pada tempat yang datar, kadang-kadang terdapat di pegunungan
• air berwarna hijau sampai hijau kuning disebabkan oleh warna tumbuh - tumbuhan yang terkandung dalam air danau
• kecerahan air rendah
• kadar N dan P tinggi
• humus tidak banyak
• kebanyakan kaya akan kapur
• perbedaan kadar Oksigen antara musim panas dan musim dingin pada termoklin adalah besar
• kandungan Oksigen pada hypolimnion adalah miskin atau sama sekali tidak ada
• pada musim panas terjadi pengurangan Oksigen karena kegiatan plankton hewani
• pada danau yang dalam, penyebaran Oksigen dalam danau, sama dengan danau oligotroph
• banyakterdapat detritus yang berasal dari plankton
• Lumpur dasar danau, kaya akan bahan organik autochtone yang sedang mengalami dekomposisi
• proses dekomposisi pada Lumpur danau biasanya kuat
• banyak terdapat plankton nabati, sering terjadi bloom
• Chlorophyceae sedikit, Schizophyceae dan Diatomae banyak, disamping Chrysomonad dan peridinium
sumber : H. Masyamsir, Ir, MS
Danau Oligotroph
Danau tipe ini umumnya berpantai curam sinar matahari tidak dapat mencapai dasar danau. Produktivitas Perairan tergantung kepada air yang masuk ke danau tersebut, dan tumbuh - tumbuhan hanya berupa beberapa jenis plankton nabati dan alga benang yang mengapung saja.
Plankton nabati yang mati mengendap di dasar danau, kemudian didekomposisikan oleh bakteri aerob.
Ondara (1981) mengutip ciri-ciri umum danau oligotroph seperti berikut ini :
• airnya dalam
• hanya sedikit terdapat bagian-bagian pantai yang dangkal
• hypolimnion yang lebih besar dari epilimnion
• wama air biru sampai hijau
• kecerahan air besar
• kandungan elcktrolit bervariasi
• kandungan kapur bervariasi
• tidak terdapat humus
• kandungan oksigen sama sepanjang tahun
• tidak terdapat metalimnion
• detritus dalam suspensi sedikit
• lumpur dasar tidak banyak mengandung bahan organik
• pembusukan pada dasar danau sedikit sekali berlangsung
• pH -7 atau lebih kecil dari 7
• Jumlah plankton nabati sedikit sampai sedikit sekali
• Peristiwa "bloom" jarang sekali terjadi
• Chlorophyceae dan Diatomae terdapat lebih banyak dari pada Cyanophyceae
sumber : H.Masyamsir, Ir.Ms. 1998
Konsentrasi oksigen dalam air berkurang disebabkan oleh
- respirasi biota perairan, baik hewan maupun tumbuhan air. Proses ini terus menerus sepanjang hari
- Penguraian atau perombakan bahan organik. Oksigen terlarut digunakan dalam proses penguraian bahan organik yang terlarut maupun yang merupakan bahan-bahan kotoran yang mengendap di dasar perairan.
- reduksi yang disebabkan desakan gas lainya di dalam air
- pelepasan oksigen ke udara. hal ini terjadi dikarenakan konsentrasi oksigen terlarut dalam air kandunganny6a telah lewat jenuh
- Aliran air tanah kedalam perairan. air tanah biasanya kandungan oksigen terlarutnya sangat sedikit atau bahkan sekali tidak mengandung oksigen terlarut sama sekali
Nila Gesit, Ikan Bibit Unggul dari BPPT
Oleh
Merry Magdalena
JAKARTA - Jangan remehkan ikan, terutama ikan jenis unggul. Teknologi pangan yang dikembangkan ilmuwan Indonesia mampu menjawab masalah kurang gizi kita melalui ikan nila gesit.
”Kami punya sumber pangan unggulan, ikan nila gesit. Ini jenis ikan superjantan. Mengapa disebut superjantan, karena 98-100 persen telur yang dihasilkannya berjenis kelamin jantan,” ungkap Wahono Sumaryono Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kepada pers di Jakarta baru-baru ini.
Gesit sendiri adalah kepanjangan dari Genetically Supermale Indonesian Tilapia. Ikan nila (Oreochromis niloticus), merupakan spesies yang penting dalam perikanan budi daya yang saat ini telah berkembang pesat.
Selain sudah memasyarakat, pengembangbiakan ikan nila relatif mudah dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, seperti ikan mas dan gurame. Sayangnya perkembangan alami sering tidak terkontrol.
Dalam proses budi daya secara alami dihasilkan rasio jantan dan betina adalah 60:40, sehingga usaha budi daya ikan nila diarahkan pada produksi ikan berkelamin jantan alias monosex.
Konsisten
Ikan nila gesit dihasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institus Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).
Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus, akhirnya dapat dihasilkan ikan nila jantan super-YY yang telah dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15 Desember 2006 di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, dengan nama nila gesit.
Teknologi produksi ikan nila gesit merupakan inovasi teknologi perbaikan genetik untuk menghasilkan keturunan ikan nila yang berkelamin jantan melalui program pengembangbiakan yang menggabungkan teknik feminisasi dan uji progeni untuk nila jantan yang memiliki kromosom YY (YY genotypes).
Ikan nila jantan dengan kromosom YY atau ikan nila gesit apabila dikawinkan dengan betina normalnya (XX), akan menghasilkan keturunan yang seluruhnya berkelamin jantan XY (genetically male tilapia).
“Secara ilmiah, ikan nila gesit dengan kromosom YY memiliki keunggulan, yakni 98–100 persen turunannya berkelamin jantan, sedangkan keunggulan secara ekonomis,” ungkap Wahono.
Tumbuh Cepat
Nila gesit memiliki pertumbuhan yang cepat, yakni lima hingga enam bulan untuk mencapai berat 600 gram. Ekspor ikan nila menuntut ukuran lebih dari 600 gram per ekor, yang selama ini sangat sulit dipenuhi oleh para pembudi daya.
Hasil riset memperlihatkan bahwa ikan nila berkelamin jantan tumbuh lebih cepat dibanding betinanya. Dengan demikian, produksi ikan nila dapat diarahkan pada produksi ikan nila berkelamin jantan (monosex male) yang dapat tumbuh lebih cepat untuk meningkatkan efisiensi usaha guna memenuhi permintaan ekspor.
Saat ini ikan nila gesit telah diproduksi di Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar Sukabumi dan selanjutnya dapat dikembangkan oleh pihak pemerintah dan swasta.
Pengujian multilokasi dan multilingkungan masih perlu dilakukan untuk mengetahui performanya pada lokasi dan lingkungan yang berbeda, sebelum diproduksi secara massal untuk kemudian dikembangkan secara luas oleh masyarakat pembudidaya. n
sumber : http://www.sinarharapan.co.id
BUDIDAYA IKAN NILA GIFT (Oreochromis niloticus bleeker)
(Oreochromis niloticus bleeker)
1. PENDAHULUAN
Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus bleeker) merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakan dan toleransinya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya. Rasanya cukup gurih dan d i gemari masvarakat Indonesia.
jenis Ikan Nila diantaranya Citralada, tralada, lokal dan Nila GIFT yang masuk ke Indonesia pada tahun 1984 dan 1996 dari ICLARAM Philipina melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar).
Teknik pembesaran Ikan Nila terapannya sangat mudah dilakukan sekali, baik dilakukan. skala rumah tangga atau skala besar (perusahaan). Tempatnya pun dapat dilaksanakan pada kolam tanah, kolam tembok dan Keramba jaring Apung (KJA).
Untuk pemasarannya sangat luas baik dalam negeri maupun luar negeri (ekspor) seperti masyarakat Jepang dan Singapura, terutama ukuran yang berat badannya di atas 500 gram. Bagi konsumsi dalam negeri akan banyak menunjang usaha perbaikan gizi keluarga.
Dilihat dari prospeknya, baik dalam maupun luar negeri sangat menjanjikan, sehingga perlu langkah yang pasti untuk meningkatkan produksi agar kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri dapat terpenuhi.
PEMBESARAN IKAN NILA GIFT
Teknik pembesaran Ikan Nila GIFT terapannya ada. 3 (tiga) macam, yaitu :
A. Monoculture (Pemeliharaan Tunggal).
Luas lahan kolam pembesaran bervariasi, tergantung lahan yang tersedia. Dapat berupa kolam tanah, kolam. berdinding tembok, Kolam Air Deras (KAD) dan Keramba Jaring, Apung (KJA).
Air yang digunakan untuk pemeliharaan harus bebas polusi baik yang berasal dari limbah industri, pertanian maupun Limbah rumah tinggal. Debit air 1- 5 It/ detik untuk luas selahan 100 m2.
B. Polyculture (Pemeliharaan Campuran dengan Ikan lain).
Pemeliharaan Ikan Nila dapat juga dilakukan secara polyculture (campuran) dengan jenis ikan lain, syaratnya ikan yang dimasukkan tidak merupakan pesaing (kompetitor) atau pemangsa (predator) bagi ikan Nila. jenis serta prosentase masing-masing ikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
C. Terpadu Longyam(BalongAyam) dan Unggas lainnya.
Untuk meningkatkan produksi, pemeliharaan Ikan Nila dapat dilakukan bersama dengan pemeliharaan unggas. Berdasarkan dari pengalaman yang sudah banyak dilakukan, pemeliharaan Ikan Nila yang menguntungkan bila dipadukan dengan ayam petelur.
3. PERSIAPAN KOLAM
Persiapan Kolam pemeliharaan Ikan Nila meliputi :
a. Pengeringan kolam;
b. Perbaikan pematang, saluran pemasukkan dan pengeluaran;
c. Pengapuran dengan ukuran 25-1000 gram/m2;
d. Pemupukan dengan pupuk kandang 500 gram/ M2, urea 15 gram/ m2 dan TSP gram/ m2.;
e. Pengisian air kolam;
f. Dapat dilakukan penyemprotan dengan pestisida;
g. Untuk mencegah h.ewan/ ikan lain masuk, maka dapat dipasang saringan pada pintu masuk air;
h. Masukkan air sampai kedalaman 80 - 150 cm, kemudian tutup pintu pemasukkan dan pengeluarannya, biarkan air tergenang;
i. Penebaran Ikan Nila dilakukan setelah 5 - 7 hari pengisian air kolam.
4. PENEBARAN BENIN IKAN NILA
Ukuran benih Ikan Nila yang disebarkan berukuran 8 - 12 cm atau ukuran berat 30 gram/ ekor dengan padat tebar 5 - 10 ekor/ m2 serta lama pemeliharaan, 6 bulan hingga ukuran berat Ikan Nila mencapai 400 - 600 gram/ekor. Atau juga, untuk padat penebaran benih Ikan Nila dapat dilihat di bawah ini :
5. PEMBERIAN MAKANAN
Komposisi makanan yang diberikan untuk Ikan Nila selain makanan alami dapat diberikan makanan tambahan. yang diusahakan secara intensif, yaitu berupa dedak, ampas kelapa, pellet atau sisa-sisa makanan dapur.
• Pada dasarnya pemberian pakan terdiri dari:
• Protein 20-30%;
• Lemak 70% (maksimal.);
• Karbohidrat 63 - 73%.
• Pakanyaberupa hijau-hijauan diantaranya adalah :
• Kaliandra;
• Kalikina atau kecubung;
• Kipat,
• Kihujan.
6. PENYAKIT
Penyakit Ikan Nila yang, paling serius adalah yang disebabkan oleh lingkungan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang kurang baik dsb. Penanggulangan yang paling baik dan efektif dengan cara memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
Sekali kolam ikan terlanda penyakit yang, serius biasanya terlambat untuk melakukan tindakan apapun. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
Oleh karma itu melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.
7. PEMANENAN
Setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan, Ikan Nila dapat dipanen. Pada saat panen total ukuran ikan bervariasi di atas 50 gram/ ekor.
Sistem pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
Teknik memanen yang paling mudah dan murah dengan cara mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang.
Selama panen air segar perlu dialirkan ke dalam kolam untuk mencegah agar ikan tidak banyak yang mati. Ikan akan berkumpul di bak-bak (kubangan) penangkapan atau dalam saluran, kemudian diserok/ditangkap.
Setelah panen selesai, kolam pemeliharaan dikeringkan dan dilakukan persiapan kembali untuk pemeliharaan berikutnya.
sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jabar, 2008
cetak halaman ini