Cupang adu
Click Here!
Cupang adu (Betta splendens) yang terkenal dengan nama dagang Siammese Fighting Fish berasal dari Sumatera, Jawa, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Ikan ini bersifat karnivora dan sangat agresif, terutama jantan, sehingga sering dijadikan ikan aduan. Satu sama lainnya akan saling menyerang bila dicampurkan.
Di pasaran cupang ada dua jenis, yaitu cupang adu dan cupang hias. Cupang hias yang juga disebut cupang slayer memiliki sirip yang panjang, tetapi sifatnya tidak agresif atau tenang- Sementara Cupang adu memiliki sirip yang pendek, tetapi sangat agresif.
Ukuran tubuh maksimal Cupang adu",hanya mencapai sekitar 6 cm. Warnanya sangat menarik dan bermacam-macam, di antaranya ialah biru, merah tua, kehijauan, dan albino atau putih Ikan ini dapat mengambil oksigen dari udara sehingga dalam pemeliharaan tidak membutuhkan aerasi.
Suhu optimal agak hangat, sekitar 28-30 derajat C. Keasaman airnya netral sekitar 6,8-7,0 dan kekerasan 9-10° dH'. Setiap, daerah asalnya mempunyai ciri tersendiri, terutama dalam bentuk tubuh. Misalnya, cupang dari Sumatera agak gemuk, sedangkan dari Singapura lebih kecil dan langsing.
Saat ini sangat banyak varietas baru di pasaran sebagai basil budi daya yang berpenampilan menarik. Hobiis menyilang-nyilangkan berbagai jenis sehingga muncul banyak jenis baru.
Misalnya, persilangan antara Betta spiendens dan Betta embelis menghasilkan jenis cupang adu yang konon sangat kuat.
Induk cupang adu jantan dan betina sangat mudah dibedakan.
cupang jantan memiliki warna tubuh yang jauh lebih menarik, sirip lebih panjang, dan tubuh lebih langsing daripada betina.
Induk cupang adu akan mulai memijah pada umur 5-6 bulan. Wadah pemijahannya dapat berupa akuarium, bak, atau stoples. pemijahannya terjadi dalam pasangan. Untuk pemijahan dalam bak, umumnya tiap pasang induk dibuatkan sekat-sekat dari kayu. Sesudah memijah, sekat-sekat dikeluarkan atau diangkat sehingga larva dari sejumlah pasangan dalam bak dapat dipelihara bersama.
pada saat pemijahan, induk jantan dimasukkan dahulu dalam wadah pemijahan. Bila jantan sudah membuat busa yang banyak, barulah induk betina matang telur atau siap memijah dicampurkan. Biasanya induk jantan akan menyerang betina. Kalau menjadi akur setelah beberapa menit diserang jantan maka pasangan induk tersebut sudah cocok. Namun, kalau jantan menyerang betina dengan ganas dan terus-menerus hingga lama, sebaiknya betinanya diganti.
Telur yang dikeluarkan induk betina akan dibuahi dan diambil induk jantan dengan mulutnya untuk disusun pada sarang busa. Setelah memijah, betina segera dipisahkan. Tanda sudah selesai memijah ialah betina menepi di pojok wadah pemijahan.
Telur yang sudah dibuahi akan menetas 2-3 hari kemudian. Walaupun telurnya sudah menetas, induk jantan tetap dibiarkan sampai tiga hari atau sampai busanya hilang. Bila busa sudah hilang, induk jantan dapat diambil karena larvanya sudah bebas berenang.
Setelah mulai berenang, larva dapat diberi pakan berupa infusoria, rotifera, atau kutu air saring. Tiga hingga empat hari kemudian, larva dapat diberi kutu air besar dan cacing. Selama perawatan larva ini dapat diberi aerasi kecil, terutama bila kepadatan larva tinggi. Menurut para pakar, labirin baru terbentuk setelah larva berumur 12 hari. Oleh karenanya, larva yang kecil belum bisa mengambil oksigen dari udara.
Pemeliharaan sampai dewasa dapat dilakukan di kolam yang diberi cukup tanaman air. Pakannya berupa kutu air dan jentik nyamuk. Pemberian cacing sutera dipercaya kurang memberikan warna pada ikan ini.
Pemeliharaan selanjutnya sesudah dewasa, terutama jantan, sebaiknya dilakukan satu per satu dalam botol agar fisiknya tetap bagus. Ini disebabkan ikan ini senang berkelahi sehingga siripnya
akan rusak. Ikan yang siripnya rusak tidak akan laku dijual. Namun, kalau terpaksa harus dipelihara bersama dalam jumlah banyak, tanaman air dalam wadah harus cukup rimbun agar kesempatan untuk beradu berkurang. Ukuran 1,5 cm atau berumur sekitar tiga bulan sudah dapat dijual.
Sebelum digunakan, sebaiknya air untuk pemeliharaan diendapkan selama dua hari. Agar diperoleh warna ikan yang mengkilat, air daun ketapang sangat bagus untuk digunakan. Air ini berwarna agak kekuningan. Sebanyak satu lembar daun ketapang kering sudah cukup untuk satu akuarium.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006
Click Here!
Cupang adu (Betta splendens) yang terkenal dengan nama dagang Siammese Fighting Fish berasal dari Sumatera, Jawa, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Ikan ini bersifat karnivora dan sangat agresif, terutama jantan, sehingga sering dijadikan ikan aduan. Satu sama lainnya akan saling menyerang bila dicampurkan.
Di pasaran cupang ada dua jenis, yaitu cupang adu dan cupang hias. Cupang hias yang juga disebut cupang slayer memiliki sirip yang panjang, tetapi sifatnya tidak agresif atau tenang- Sementara Cupang adu memiliki sirip yang pendek, tetapi sangat agresif.
Ukuran tubuh maksimal Cupang adu",hanya mencapai sekitar 6 cm. Warnanya sangat menarik dan bermacam-macam, di antaranya ialah biru, merah tua, kehijauan, dan albino atau putih Ikan ini dapat mengambil oksigen dari udara sehingga dalam pemeliharaan tidak membutuhkan aerasi.
Suhu optimal agak hangat, sekitar 28-30 derajat C. Keasaman airnya netral sekitar 6,8-7,0 dan kekerasan 9-10° dH'. Setiap, daerah asalnya mempunyai ciri tersendiri, terutama dalam bentuk tubuh. Misalnya, cupang dari Sumatera agak gemuk, sedangkan dari Singapura lebih kecil dan langsing.
Saat ini sangat banyak varietas baru di pasaran sebagai basil budi daya yang berpenampilan menarik. Hobiis menyilang-nyilangkan berbagai jenis sehingga muncul banyak jenis baru.
Misalnya, persilangan antara Betta spiendens dan Betta embelis menghasilkan jenis cupang adu yang konon sangat kuat.
Induk cupang adu jantan dan betina sangat mudah dibedakan.
cupang jantan memiliki warna tubuh yang jauh lebih menarik, sirip lebih panjang, dan tubuh lebih langsing daripada betina.
Induk cupang adu akan mulai memijah pada umur 5-6 bulan. Wadah pemijahannya dapat berupa akuarium, bak, atau stoples. pemijahannya terjadi dalam pasangan. Untuk pemijahan dalam bak, umumnya tiap pasang induk dibuatkan sekat-sekat dari kayu. Sesudah memijah, sekat-sekat dikeluarkan atau diangkat sehingga larva dari sejumlah pasangan dalam bak dapat dipelihara bersama.
pada saat pemijahan, induk jantan dimasukkan dahulu dalam wadah pemijahan. Bila jantan sudah membuat busa yang banyak, barulah induk betina matang telur atau siap memijah dicampurkan. Biasanya induk jantan akan menyerang betina. Kalau menjadi akur setelah beberapa menit diserang jantan maka pasangan induk tersebut sudah cocok. Namun, kalau jantan menyerang betina dengan ganas dan terus-menerus hingga lama, sebaiknya betinanya diganti.
Telur yang dikeluarkan induk betina akan dibuahi dan diambil induk jantan dengan mulutnya untuk disusun pada sarang busa. Setelah memijah, betina segera dipisahkan. Tanda sudah selesai memijah ialah betina menepi di pojok wadah pemijahan.
Telur yang sudah dibuahi akan menetas 2-3 hari kemudian. Walaupun telurnya sudah menetas, induk jantan tetap dibiarkan sampai tiga hari atau sampai busanya hilang. Bila busa sudah hilang, induk jantan dapat diambil karena larvanya sudah bebas berenang.
Setelah mulai berenang, larva dapat diberi pakan berupa infusoria, rotifera, atau kutu air saring. Tiga hingga empat hari kemudian, larva dapat diberi kutu air besar dan cacing. Selama perawatan larva ini dapat diberi aerasi kecil, terutama bila kepadatan larva tinggi. Menurut para pakar, labirin baru terbentuk setelah larva berumur 12 hari. Oleh karenanya, larva yang kecil belum bisa mengambil oksigen dari udara.
Pemeliharaan sampai dewasa dapat dilakukan di kolam yang diberi cukup tanaman air. Pakannya berupa kutu air dan jentik nyamuk. Pemberian cacing sutera dipercaya kurang memberikan warna pada ikan ini.
Pemeliharaan selanjutnya sesudah dewasa, terutama jantan, sebaiknya dilakukan satu per satu dalam botol agar fisiknya tetap bagus. Ini disebabkan ikan ini senang berkelahi sehingga siripnya
akan rusak. Ikan yang siripnya rusak tidak akan laku dijual. Namun, kalau terpaksa harus dipelihara bersama dalam jumlah banyak, tanaman air dalam wadah harus cukup rimbun agar kesempatan untuk beradu berkurang. Ukuran 1,5 cm atau berumur sekitar tiga bulan sudah dapat dijual.
Sebelum digunakan, sebaiknya air untuk pemeliharaan diendapkan selama dua hari. Agar diperoleh warna ikan yang mengkilat, air daun ketapang sangat bagus untuk digunakan. Air ini berwarna agak kekuningan. Sebanyak satu lembar daun ketapang kering sudah cukup untuk satu akuarium.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006