BUDIDAYA IKAN DENGAN PEMIJAHAN BUATAN
Dari banyaknya jenis ikan hias air tawar, ada kelompok ikan hias yang pemijahannya sangat sulit dikerjakan secara alami. jenis ikan pada kelompok ini biasanya merupakan ikan yang baru diambil dari alam sehingga lingkungan budi daya kurang memenuhi syarat untuk berkembang biak.
Secara fisiologis perubahan lingkungan memang menyebabkan kurangnya rangsangan organ-organ tertentu untuk dapat mengeluarkan hormon yang menyebabkan terjadinya pemijahan. Sementara kerja hormon itu sendiri pun akan lebih potensial pada kondisi lingkungan yang sesuai. Penyesuaian atau adaptasi lingkungan pada ikan-ikan tertentu terkadang membutuhkan waktu sangat lama, bisa sampai beberapa generasi.
Para pakar telah mengetahui bahwa hormon yang bertanggung jawab dalam pemijahan adalah hormon gonadotropin. Hormon ini dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa yang terdapat pada otak kecil ikan. Mekanisme kerja hormon memang sangat kompleks dan menyertakan hormon-hormon lain untuk proses pengeluarannya.
Namun, naiknya kadar hormon gonadotropin dalam darah sampai nilai tertentu dapat merangsang ikan memijah atau bertelur.
Kemajuan teknologi yang berkembang saat ini adalah dengan memberi rangsangan atau stimulasi agar kadar hormon gonadotropin dalam darah meningkat, yaitu dengan menyuntikkan substansi hormon.
Ternyata teknologi ini sangat efektif karena ikan dapat memijah dengan baik. Jenis substansi hormon bisa berbentuk hormon segar (hypofisa ikan mas) maupun hormon buatan. Saat ini banyak dijual hormon buatan dalam berbagai merek seperti Ovaprim dan LHRH-A.
Tahapan Perlakuan Pemijahan Buatan
Untuk pemijahan buatan ini, tahapan yang perlu dilakukan adalah menyiapkan induk ikan yang akan diberi suntikan hormon, persiapan hormon, pengambilan telur dan sperma, pencampuran telur dan sperma, penetasan telur, dan perawatan larva. Untuk perawatan larva ini tidak berbeda dengan perawatan larva pada berbagai jenis ikan hias lain.
Induk dipilih yang sudah bertelur atau matang telur. Semakin matang telurnya maka reaksi atau respon terhadap hormon akan semakin baik. Sementara substansi hormon yang akan digunakan dapat dipilih dari hypofisa ikan mas atau dari hormon buatan. Bila menggunakan hipofisa ikan mas maka menurut pengalaman peternak sebaiknya dipilih ikan mas yang poctnsial, beratnya 400-800 gram.
pengambilan hipofisa dilakukan dengan Cara memotong kepala ikan mas tepat di belakang tutup insang. Selanjutnya kepalanya dipotong lagi secara horisontal di atas mata ke bagian depan. Hipofisa akan tampak di rongga tulang kepala sebagai bulatan putih kecil. Hipofisa ini dapat diangkat dengan menggunakan pinset.
Sesudah diambil, hipofisa dapat digerus dalam tabung kaca atau mortar kecil menggunakan penggerus kaca- Lalu, tambahkan larutan garam 0,7% atau 0,5-1,0 ml akuabidest dan aduk merata. Biarkan campuran tersebut hingga mengendap.
Bila alatnya tersedia, campuran tersebut dapat disentrifugasikan. Setelah mengendap, ambil larutan bagian atas yang bening dengan menggunakan suntikan atau spuit (syringe). Cairan tersebut merupakan substansi hormon dan siap digunakan.
Dosis substansi hormon yang digunakan bervariasi, tergantung jenis ikannya. Umumnya digunakan dosis 4-10 mg/kg ikan untuk betina dan 2-5 mg/kg ikan untuk jantan. Oleh karena untuk mengukur hipofisa terkadang sulit maka dapat digunakan takaran dosis.
satu dosis merupakan hipofisa yang dihasilkan dari satu kg ikan mas. Biasanya penyuntikan ikan menggunakan empat dosis Untuk betina dan dua dosis untuk jantan. Sebagai contoh, bila induk betina yang -akan dirangsang mempunyai berat 2 kg maka diperlukan hipofisa dari 4 kg, ikan mas.
Untuk kadar hormon buatan biasanya sudah tercantum pada petunjuk pemakaian dalam kemasannya. Namun demikian, karena terkadang respon ikan terhadap hormon bervariasi maka akan lebih baik kalau kadarnya mengacu pada pengalaman peternak lain atau pada pakar yang sudah menelitinya.
Kadar hormon untuk ikan berukuran kecil (di bawah 10 g) tentunya sangat sedikit (di bawah 0,01 ml). Namun, pengukuran kadar yang sangat sedikit tersebut sangat sulit karena harus mengikuti skala pada tabung suntikan. Padahal skala tiap garis yang ada pada tabung suntikan biasanya adalah 0,01 ml. Untuk mengantisipasi kendala ini maka sebaiknya hormon diencerkan dahulu dengan akuabidest.
penyuntikan dapat dilakukan 1-2 kali untuk betina dan umumnya hanya sekali untuk jantan. Bila penyuntikan pada betina dilakukan dua kali maka penyuntikan pertama hanya 1/3 dosis dan penyuntikan kedua 2/3 dosis. Sementara interval waktu penyuntikannya sekitar 6-7 jam.
Waktu penyuntikan pada induk jantan umumnya dilakukan bersamaan dengan waktu penyuntikan kedua pada induk betina.
Oleh karena biasanya ikan bertelur pada malam atau menjelang pagi hari maka penyuntikan hormon dilakukan sekitar 10-14 jam sebelum waktu bertelur. Untuk itu, akan sangat baik bila penyuntikan berlangsung pada sore hari menjelang malam atau malam hari.Lokasi penyuntikan hormon pada tubuh ikan adalah sekitar 2-4 sisik di bawah sirip punggung, di dekat ekor, di dekat sirip perut, ataupun tepat di bagian belakang sirip punggung. Arah jarum suntikan adalah miring (sekitar 45°) ke arah kepala. Penyuntikan ke tubuh ikan dapat dilakukan dengan meletakkan ikan pada tatakan bila ikannya besar atau dengan memegangnya (gunakan tangan kiri) bila ikannya kecil.
Penyuntikan ini dapat dilakukan di luar ataupun di dalam air.
Pemijahan atau pengeluaran telur sesudah disuntik dapat dilakukan dengan memasangkan induk dan membiarkannya bertelur di tempat pemijahan. Bisa juga pemijahan dilakukan dengan cara stripping (pengambilan telur dengan cara diurut). Untuk jenis ikan berukuran kecil seperti Red-finned Shark, biasanya pemijahan dibiarkan hingga telurnya keluar sendiri-. Untuk jenis ikan besar, perlakuan stripping lebih efisien.
Pengurutan dilakukan pada pagi hari dengan cara menekan perut betina secara perlahan dari arah perut atas ke arah kelamin. Biasanya setelah diurut telur akan keluar. Telur yang keluar ditampung dalam wadah seperti mangkok atau piring. setelah itu, dengan cara yang sama induk jantan diurut untuk mengeluarkan spermanya. sperma dan telur tersebut dicampurkan dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam atau kuas halus selama 3-6 menit. Bisa juga ke dalam campuran sperma dan telur ditambahkan sedikit larutan ringer atau infus agar sperma berkesempatan membuahi telur.
sesudah diaduk sekitar 3-6 menit, telur dapat dicuci dengan air bersih beberapa kali. Selanjutnya telur dapat ditebarkan dalam bak atau akuarium penetasan. Penggantian air perlu dilakukan setelah larvanya bisa berenang.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006