Ice- ice ancam budidaya rumput laut
Kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai 90%, bahkan bisa series pada kasus kronis
akan meningkatnya suhu permukaan air laut karena pengaruh global warming pada akhir-akhir ini tak hanya berdampak pada musnahnya ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove, tetapi juga mengancam eksistensi budidaya rumput laut. Khususnya untuk jenis rumput laut Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum.
Prof Jana T Anggadiredja, Deputi
Kepala bidang Teknologi Pengembangan
Sumberdaya Alam, BPPT menjelaskan, meningkatnya suhu permukaan air laut akan mengakibatkan turunnya kandungan nutrisi di suatu perairan. Kondisi tersebut akan memacu munculnya penyakit pada rumput laut yang lazim dikenal dengan sebutan ice-ice.
Jika telah terserang penyakit ini beberapa bagian thalus (batang) rumput laut akan memucat dan timbul bercak putih, yang kemudian meluas pada semua bagian thalus. Setelah itu, thalus membusuk dan akhirnya mati.
"Celakanya, kerusakan tanaman rumput laut akibat serangan penyakit ice-ice ini dapat mencapai 90%, bahkan bisa 100% bila kondisi serangan telah berlangsung lama (kronis)," ujar Jana yang pakar rumput laut ini. Kerugian besar sudah pasti ditanggung oleh pembudidaya.
Mereka pun terpaksa membeli bibit rumput laut yang baru jika ingin memulai kembali usahanya.
Kejamnya serangan penyakit ice-ice ini juga pernah dirasakan oleh Ketut Sriyana, pembudidaya rumput laut jenis kotoni asal Pulau Nusa Lembongan, Bali. "Jika sedang datang musim penyakit ice-ice, dari seribu ris rumput yang ditanam, paling banter diperoleh hasil panen sebanyak 100 kg kering. Bahkan ada juga yang pulang hanya dengan membawa tali ris saja ke darat, karena rumput lautnya sudah habis," ujar Sriyana kepada TROBOS beberapa waktu lalu. Padahal, dalam kondisi normal dari seribu ris rumput laut yang ditanam, para pembudidaya dapat memperoleh hasil panen antara 600-700 kg rumput laut kering.
Menurut Jana, penyakit ice-ice biasanya akan muncul pada saat awal musim kemarau. Meski demikian, dia juga tak menampik, jika pada akhirakhir ini kemunculannya sulit diprediksi. "Masalahnya sekarang ini musim menjadi tidak menentu. Terutama sejak tahun lalu (2007-red)," imbuhnya. Kondisi ini juga diakui oleh Sriyana, "Sepanjang 2007 lalu, kemunculan penyakit ice-ice ini sulit diprediksi." Jana pun menguatkan, sepanjang tahun lalu penyakit ice-ice ini cukup banyak muncul di Indonesia. "Setidaknya itu laporan yangsaya peroleh dari para pembudidaya."
Kondisi perairan, Faktor Penyebab
penyakit ice-ice yang menyerang rumput lautjenis Eucheuma sp murni disebabkan oleh adanya tekanan lingkungan yang ekstrim, terutama karena adanya penurunan nutrisi di perairan secara tiba-tiba. Dan perubahan suhu perairan, salinitas dan pH juga menjadi faktor pemicunya. "Jadi, bukan disebabkan oleh bakteri atau virus.
Kita sudah melakukan penelitian ini sejak lama dan kesimpulan serupa juga diberikan para peneliti dari Filiphina," ujar Jana. Penurunan kandungan nutrisi di perairan akan menyebabkan proses fotosintesa yang dilakukan oleh rumput laut menjadi tak optimal Alhasil, energi yang dihasilkan
pun akan berkurang, sehingga kekuatan tanaman untuk
menghadapi kondisi ring yang kurang bersahabatjuga
akan berkurang.
sumber : trobos,2008