Kekenyalan udang sebagai salah satu indicator kondisi udang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu proses budidaya terutama pada kualitas udang yang akan dihasilkan, sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pula terhadap harga jualnya. Secara sederhana tingkat kekenyalan udang dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh udang (bagian antara cangkang/kulit dengan daging) untuk kembali ke bentuk semula setelah mendapat daya tekan dari luar. Tingkat kekenyalan udang juga dapat diidentikan dengan “gemuk” atau “kurusnya” suatu udang karena faktor ini terkait erat dengan tingkat konsumsi pakan dari udang itu sendiri.
Secara praktis tingkat kekenyalan udang dapat diketahui dengan cara menekan tubuh udang menggunakan ibu jari dan telunjuk dan kemudian tekanan tersebut dilepaskan. Melalui cara ini maka dapat ditentukan tingkat kekenyalan dan kondisi udang pada saat itu. Tingkat kekenyalan udang secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Keropos, pada tingkatan ini udang dalam kondisi “sangat kurus” dan dapat dikategorikan pada kondisi parah. Pada kondisi ini jika kita menekan tubuh udang, maka akan terasa ada rongga antara cangkang/kulit dengan daging udang dan ada kecenderungan cangkang tersebut tidak/lama kembali ke bentuk semula. Jika sebagian besar populasi udang di dalam tambak memiliki kondisi yang sama, maka dapat dikatakan bahwa udang di dalam tambak tersebut pada kondisi yang parah. Kondisi seperti ini jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan penurunan kepadatan populasi udang yang cukup drastis, karena udang yang sudah keropos relative rentan terhadap penyakit selain itu juga dapat memicu kanibalisme antar udang di dalam tambak tersebut.
2. Sedang, pada tingkatan ini udang dalam kondisi “kurus”. Pada kondisi ini jika kita menekan tubuh udang, maka akan terasa kulit/cangkang dan daging udang menyatu tetapi dalam kondisi kurang liat. Jika sebagian besar populasi udang di dalam tambak memiliki kondisi yang sama, maka dapat dikatakan bahwa udang di dalam tambak tersebut pada kondisi sedang.
3. Kenyal, pada tingkatan ini udang dalam kondisi “gemuk”. Pada kondisi ini jika kita menekan tubuh udang, maka akan terasa kulit/cangkang dan daging udang terasa sangat liat. Jika sebagian besar populasi udang di dalam tambak memiliki kondisi yang sama, maka dapat dikatakan bahwa udang di dalam tambak tersebut pada kondisi bagus.
Sebagai upaya memperoleh tingkat kekenyalan udang yang ideal sebaiknya program pakan yang diterapkan mengikuti tingkat kebutuhan pakan dari udang itu sendiri. Program pakan yang terlalu ketat akan dapat mengakibatkan udang keropos. Sebaliknya program pakan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan udang dalam kondisi “gemuk” meskipun bagus bagi udang tapi dapat mengakibatkan over feeding yang memicu penimbunan sisa pakan di dasar tambak dan jika kondisi seperti ini dibiarkan terlalu lama, maka dapat menimbulkan masalah bagi udang itu sendiri.
Pengamatan yang cermat terhadap kondisi udang pada saat mengecek pakan di anco dan pada saat sampling rutin merupakan salah satu alternative kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan tingkat kekenyalan udang dengan program pakan yang diterapkan (terkait dengan Food Conversion Ratio). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kondisi yang paling ideal adalah udang dalam kondisi “gemuk” dengan program pakan yang masih terkendali sesuai dengan tingkat kebutuhan udang.
sumber : http://marindro-ina.blogspot.com