Menurut peneliti, sebuah siklus kemunculan dan kemusnahan biodiversitas spesies laut yang tak bisa dijelaskan selama 500 juta tahun terakhir kemungkinan ada kaitannya dengan kenaikan lempeng benua di Bumi, secara periodik.
Dalam studi, peneliti menemukan peningkatan jumlah isotop strontium-87 secara periodik di fosil-fosil hewan laut. Adapun waktu peningkatan jumlah isotop ini sesuai dengan titik terendah dari jumlah biodiversitas hewan laut yang diketahui sebelumnya terjadi sekitar 60 juta tahun sekali.
“Strontium-87 diproduksi oleh kerusakan radioaktif elemen lain, yakni rubidium, yang umum tersedia pada bebatuan berapi di lempeng benua,” kata Adrian Melott, Professor of Physics and Astronomy, University of Kansas, Amerika Serikat, dikutip dari Daily Mail, 27 Februari 2012.
Tampaknya, kata Melott, peningkatan jumlah Sr-87 secara periodik dengan kemusnahan massal secara periodik ada hubungannya. Sebuah peningkatan di lempeng benua kemungkinan merupakan penyebab munculnya fenomena tersebut.
Kenaikan lempeng benua yang diindikasikan oleh data strontium ini juga menyebabkan berkurangnya kedalaman laut dan juga cekungan benua di mana sebagian besar hewan laut tinggal.
Hilangnya habitat akibat laut yang mendangkal, kata Melott, bisa jadi penyebab lain kemusnahan masal secara periodik dan penurunan secara periodik dari keanekaragaman fosil laut yang ditemukan.
“Apa yang kita lihat ini bisa jadi merupakan bukti bahwa fenomena‘denyut bumi’ itu ada,” kata Melott. “Akibat dari konveksi yang terjadi jauh di dalam bumi ini adalah denyutan berirama, yang mendorong lempeng benua naik dan turun,” ucapnya.
Data yang didapat Melott dan rekannya sendiri mengindikasikan bahwa denyut Bumi itu mempengaruhi benua Amerika Utara. Fenomena yang serupa juga kemungkinan terjadi di benua-benua lain, tetapi harus ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal tersebut. Adapun penelitian yang kali ini diungkapkan oleh Melott dipublikasikan di The Journal of Geology.[vivanews]