KARAWANG, KOMPAS- Direktorat Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, untuk pertama kalinyamengekspor 30 ton ikan sidat atauanguilla sp, menuju negara-negara di Asia Timur, yakni Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang.
Ekspor perdana tersebut dilepas dari Tambak Pandu di Desa Pusakajaya Utara, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, olehMenteri Kelautan dan Perikanan FreddyNumberi dan Wakil Gubernur Jawa Barat Wagub Jabar Nu'man A.Hakim, Senin (27/8).
"Kami membutuhkan waktu dua tahun, untuk menemukan formula tepat bagipembesaran ikan sidat. Ternyata, ikan ini tumbuh baik pada suhu 29-31 derajat Celsius, dengan tingkat salinitaslima per mil," kata DirekturJenderal Perikanan Budidaya DKP, Made L Nurjana.
Made mengatakan karena teknologi pembesaran ikan sidat telah dikuasai, makasecepatnya DKP akan mengembangkan ikan sidat di beberapa daerah. "Telahada dia kawasan yang dibidik investor Jepang, untuk membudidayakan ikan sidat,yakni di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Likupang, Sulawesi Selatan,"ujar Made.
Ditemui di Karawang, Presiden Presiden Asama Industry, Yoshinori Ito,optimistis membudidayakan ikan sidat di Indonesia, untuk memenuhi kebutuhanJepang atas ikan sidat sebagai bahan baku makanan seharga per kilogram antara4.000-6.000 yen, setara Rp 350.000 – Rp 450.000.
Dalam setahun, Jepang membutuhkan ikan sidat sebanyak 100.000 ton, dengan hanyasekitar 20.000 ton yang diproduksi dari dalam negeri Jepang. "Tiaptahunnya, kami mengimpor 80.000 ton ikan sidat, dengan 60.000 ton diantaranyadiimpor dari China," kata Ito.
Ito berhadap Indonesia dapat menyubtitusi China sebagai eksportir ikan sidat,karena ikan sidat produksi China seringkali ada bercak-bercak akibat jamur.Padahal, konsumen Jepang menginginkan produk
yang sempurna.
Di Indonesia, penyebaran ikan sidat banyak terdapat di perairan barat Sumatera,selatan Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi,pantai timur Kalimantan, Maluku, dan Papua.
Ikan sidat, vertebrata dengan genus Anguilla ini, makan dan tumbuh di perairantawar, namun untuk memijah atau bertelur, mereka kembali ke laut. Bahkan prosespemijahan berlangsung di laut berkedalaman 400-500 meter.
Sumber : harian kompas