Ada Kampung Kerapu Di Lamongan

Komoditas ikan kerapu merupakan budidaya yang masih terbatas dan belum banyak negara lain yang mengembangkannya. Sehingga dari sisi harga pun tidak terpengaruh dengan hukum ekonomi alias stabil dan juga minim resiko terkena penyakit. Sementara tekstur tanah yang cocok untuk pengembang-biakan serta harga pakan yang terjangkau, budidaya kerapu di Lamongan sangat menjanjikan.
          Hal tersebut terungkap saat panen kerapu di “Kampung Kerapu” Dusun Kentong, Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, kemarin. Kades Labuhan sekaligus Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia cabang Lamongan (HNSI) Samiaji menceritakan, kerapu jenis cantang yang sedang di panen kemarin dengan kualitas konsumen dalam negeri, harganya bisa mencapai Rp 95.000-Rp 105.000/kg.
Jenis kerapu yang dipanen itu adalah kerapu cantang (Epinephelus sp). Jenis ini merupakan benih hybrid, hasil perekayasaan perkawinan silang antara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sebagai induk betina dengan kerapu kertan (Epinephelus lanceolatus) sebagai induk jantan. Sementara itu jika ikannya memiliki kualitas eksport, harganya  bisa mencapai Rp 350 ribu/kg-nya. “Bagaimana ini tidak menggiurkan?,” katanya. Petani di Labuhan juga membudidayakan kerapu jenis macan dan lumpur.
            Dengan luas lahan tambak kerapu 47 ha serta jumlah petani tambak 95 orang yang tergabung dalam kelompok tani Bakti Usaha I dan II hasil kerapu per hektarnya bisa mencapai 6 ton dalam waktu 6-8 bulan. Modal awal kerapu sendiri Rp 72 juta atau sebanyak 2.500 ekor benih. Ketika panen, petani bisa meraup untung lebih dari 100 persen karena harganya bisa mencapai Rp 150 juta. Posisi pantura Lamongan yang kaya ikan, juga membuta harga pakan yang berupa ikan kecil-kecil bia ditekan hingga hanya Rp 2.500/kg sementara di Bali mencapai Rp 15.000/kg.   
            Bupati Fadeli yang turut menghadiri panen kerapu mengatakan, kendala yang biasa dilaporkan dalam budidaya kerapu adalah tambaknya yang kurang dalam. Di kiesempatan itu dia memeberikan bantuan pinjam pakai bego (alat keruk) untuk memperdalam areal tambak. Ke dalaman ideal kerapu adalah tidak kurang dari 100 centimeter. “Karena kalau menyewa alat tersebut bisa mencapai Rp 1 juta/harinya dan itu bisa memberatkan,” katanya. Selain pinjam pakai bego, Fadeli saat itu juga menyerahkan bantuan 150 unit keramba jaring apung untuk pendadaran ikan kerapu.
         “Saya ingin di setiap kecamatan ada sentra-sentra ekonomi masyarakat yang maju dan menjadi percontohan sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Seperti di Kecamatan Sambeng ada kampung lele dan di Kecamatan Turi ada kampung itik. Begitu juga di Kecamatan Brondong ada kampung kerapu,” pungkasnya. Produksi kerapu Lamongan sendiri mencapai 150-200 ton/tahun.