Views :1164 Times |
Senin, 13 Februari 2012 14:41 |
Saat Anda memulai sebuah bisnis baru , seluruh anggota keluarga Anda akan terpengaruh dan pengaruh ini tidak selalu berupa dampak positif tetapi bisa juga negatif. Menjadi seorang entrepreneur merupakan sebuah perjalanan yang menguras tenaga dan waktu. Bisa jadi kehidupan yang Anda jalani sebagai entrepreneur membuat keluarga ikut merasakan tekanan yang berat. Masalah ini diperparah saat anggota keluarga bersikap kurang mendukung dan memusuhi upaya pendirian usaha baru Anda. Inilah mengapa Anda harus bersikap dan berprilaku profesional sejak pertama kali menjalankan usaha. Keluarga Anda harus berikan rasa hormat,dukungan dan kepercayaan yang Anda butuhkan agar bisa berhasil. Meskipun terkesan berlawanan dengan intuisi bisnis, mulailah dengan memiliki sebuah strategi keluar (exit strategy). Hal ini dikatakan oleh Don Schwerzler, seorang pakar bisnis keluarga dan pendiri The Family Business Institute yang berkantor pusat di kota atlanta, Georgia, AS. Dengan kata lain, Anda harus sudah memiliki ancang-ancang bila di masa depan bisnis keluarga yang Anda jalankan akan diwariskan dari gerenasi ke generasi atau apakah Anda merencanakan untuk pensiun dalam waktu 25 tahun mendatang dan menjual bisnis tersebut pada orang lain. Atau akankah anak-anak Anda saling berbagi aset bisnis jika dijual atau setelah Anda meninggal suatu saat nanti meskipun mereka kelak tak akan bekerja dalam perusahaan yang Anda dirikan? Tak ketinggalan pula Anda harus pikirkan apa yang akan Anda lakukan jika Anda harus bercerai? Anda bisa mulai menyusun rencana jika salah satu kemungkinan itu terjadi. Anda harus menandatangani sebuah perjanjian resmi dan kesepakatan jual beli, demikian papar Schwerzler. Hal ini mungkin terdengar seperti sebuah upaya perencanaan dan pendokumentasian yang sia-sia saja tetapi Anda tidak pernah tahu bahwa hal itu akan membuat Anda menyesal di masa datang. Akan ada banyak masalah terlepas dari kemungkinan apakah Anda memiliki anggota keluarga yang bekerja dalam sebuah perusahaan. Misalnya, bagaimana jika pasangan Anda memberikan Anda dana untuk modal, apakah uang itu akan dianggap pinjaman usaha? Atau apakah jika pasangan Anda bekerja secara cuma-cua atau memberikan kontribusi dalam upaya penyempurnaan ide bisnis yang ada. Setelah perusahaan mulai menghasilkan laba, akankah Anda mengembalikan dana yang diberikan oleh pasangan Anda? Akan lebih mudah jika semua itu dituangkan dalam dokumentasi tertulis yang sah secara hukum. Jika memang Anda berniat menyiapkan anggota keluarga Anda agar lebih familiar dengan dunia yang akan Anda tekuni, cara-cara berikut ini bisa Anda pertimbangkan untuk gunakan: Berikut adalah beberapa hal yag bisa Anda lakukan untuk mempersiapkan anggota keluarga dengan lebih baik dalam menghadapi dunia entrepreneurship yang penuh dengan tantangan. Dapatkan dukungan keluarga saat mulai berbisnis Para pakar UMKM mengatakan bahwa tekanan yang utama dalam sebuah rumah tangga yang salah satu atau beberapa anggota keluarganya menjalani profesi sebagai entrepreneur ialah saat anggota keluarga tidak memiliki ekspektasi atau harapan yang sama dengan yang dimiliki anggota keluarga yang menjadi entrepreneur terkait dengan arah bisnis. Tekanan akan meninggi jika anggota keluarga non-entrepreneur merasa bahwa entrepreneur dalam keluarga mereka hanya berhalusinasi akan mencetak sukses dan laba besar dengan usaha mereka sekarang. Mereka mungkin mentolerir bisnis Anda di fase awal tetapi rasa benci kemudian akan berkembang seiring berjalannya waktu. Jika pasangan Anda tidak yakin bahwa bisnis Anda itu serius, Anda akan berpeluang besar untuk menemui konflik dalam hubungan Anda berdua. Misalnya saja saat Anda harus membeli peralatan untuk bisnis, pasangan Anda harus memahami bahwa pembelian itu adalah kebutuhan dan tidak menganggapnya sebagai suatu pemborosan. Susun strategi untuk keuangan rumah tangga Anda harus bersiap dengan keluarga Anda. Akan ada waktu saat Anda akan menderita kerugian, kata Augustus McMillan, seorang konsultan bisnis di Baltimore. Jika pasangan Anda memiliki penghasilan yang memadai untuk menutup pengeluaran rumah tangga, ia mungkin tidak akan terlalu keberatan jika Anda mengalami masa-masa sulit seperti itu. Bila itu tidak mungkin/ tidak disetujui pasangan, cobalah menabung hingga jumlah yang cukup (setidaknya untuk pengeluaran selama setahun sebagai jaring pengaman). McMillan mengatakan,” Sebagian besar keluarga cenderung hidup di atas kemampuan mereka daripada menyesuaikan dengan kondisi keuangan mereka yang sebenarnya. Anda harus pastikan bahw asemua pengeluaran rutin keluarga bisa dilunasi sembari Anda membangun bisnis baru yang solid”. Pahami pengorbanan apa yang dilakukan keluarga Penting untuk mendapatkan pemahaman dari keluarga Anda disertai persetujuan mereka mengenai apa yang setiap anggota keluarga harus korbankan (seperti hiburan, liburan, makan di luar dan barang-barang mewah). McMillan menyarankan bahwa kita harus mengetahui sejauh mana Anda akan menggunakan sumber daya keluarga dan aset dalam kondisi yang penuh risiko dalam bisnis baru Anda, seperti penggunaan rumah keluarga sebagai jaminan untuk pinjaman bisnis atau menggunakan tabungan pensiun Anda. Jika bisnis baru gagal di tengah jalan, tabungan keluarga bisa habis tersedot, rumah Anda disita, dan bahkan dana pendidikan untuk kuliah anak-anak Anda saat pensiun nanti bisa ludes sama sekali. Tentunya itu bukan situasi yang ignin Anda aalami bukan? Berbicara dengan terbuka pada anggota keluarga Jika Anda memiliki sebuah bisnis rumahan, bicarakanlah dengan orang yang tinggal dengan Anda, bisa saja pasangan atau saudara Anda. “Mereka mungkin tak tahu sama sekali apa yang sedang terjadi atau seberapa beratnya Anda bekerja setelah mereka meninggalkan Anda di rumah”,” kata McMillan. “Anda tak mau mengarang cerita mengenai apa yang Anda sedang kerjakan. Jadi ajaklah mereka untuk berdiskusi tentang pekerjaan Anda sebagai entrepreneur.Jika Anda mendapatkan seorang klien baru, kemajuan baru dalam bisnis, atau prospek baru yang menjanjikan, jangan lupa untuk berbagi berita itu dengan mereka, meski pada dasarnya mereka tak terlibat secara langsung dengan bisnis yang Anda lakukan sehari-hari. Kita tak tahu kapan ajal menjemput, jadi pastikan keluarga kita mengetahui kondisi sebenarnya bisnis Anda dan apa yang harus dilakukan setelah musibah terjadi. Adakan pertemuan keluarga rutin Sama seperti sistem manajemen profesional untuk bisnis, “Saya rekomendasikan bagi entrepreneur untuk mengadakan sebuah sistem komunikasi yang baik dan solid,” ujar Schwerzler. Anda sebaiknya mengadakan pertemuan keluarga yang terjadwal di tempat yang nyaman untuk berbicara dari hati ke hati.Hindarilah terputusnya komunikasi antara Anda dengan keluarga. Ajarkan anak-anak Anda mengenai bisnis Bersikaplah terbuka dan jujur dengan anak-anak Anda mengenai masalah bisnis. jelaskan pada mereka konsep-konsep seperti cash flow, uang yang masuk dan keluar dari perusahaan. Namun jangan paksa mereka untuk bekerja dalam perusahaan, kata McMillan. Memperkenalkan anak-anak sejak dini dengan cara dan seluk-beluk berbisnis dan entrepreneurship bisa menjadi bagian pendidikan yang terbaik bagi mereka dan berguna di masa datang. Libatkan anak-anak dalam diskusi tentang aspek bisnis yang mereka sukai. Susun rencana bisnis keluarga Idealnya, Anda ingin menyusun 3 buah rencana: sebuah rencana bisnis keluarga di mana anggota keluarga menentukan semua tujuan keseluruhan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mewujudkan semua tujuan itu; sebuah rencana individu yang membantu setiap anggota keluarga menentukan tujuan pribadinya sendiri dan bagaimana untuk menyeimbangkan semua kebutuhan itu dengan kebutuhan perusahaan baru dan keluarga; dan rencana bisnis perusahaan yang membahas tentang masalah-masalah seperti kepemilikan dan kendali manajemen, keterlibatan keluarga dalam bisnis, dan arah manajemen bisnis secara umum. Schwerzler mengatakan rencana keluarga digunakan untuk mengarahkan perusahaan dan mengelola ekspektasi, terutama jika Anda berencana untuk memasukkan anak Anda dan pasangan mereka kelak dalam bisnis. Seimbangkan kehidupan keluarga dengan kehidupan wirausaha Menjalankan bisnis dan mengelola rumah tangga bisa terasa sukar.Setiap orang memiliki tingkat komitmen yang berbeda untuk setiap kewajiban tersebut. Namun sangat penting untuk Anda agar menghabiskan waktu dengan pasangan dan anak dan diri sendiri, demikian saran Schwerzler. “Saat Anda mulai berbisnis, akan ada sumber daya yang terbatas. Uang begitu terbatas. Waktu menjadi sngat berharga. Anda harus rela bekerja dalam jam kerja yang tak teratur dan panjang. Tingkat tekanan begitu tinggi saat Anda mengharapkan laba datang tetapi kenyataannya tidak demikian.” McMillan mengatakan entrepreneur baru tidak bisa menyadari berapa jam yang mereka habiskan untuk membangun sebuah bisnis yang sukses. Apakah 70 jam per minggu, 80 jam per minggu? Tak ada yang pasti mengenai hal itu. Anda tak bisa mempertahankan mentalitas pegawai yang masih melekat. “Bukan pekerjaan yang akan mengejar Anda, tetapi Anda-lah yang mengejar pekerjaan itu!” demikian kata McMillan. Saat dulu Anda bekerja sebagai karyawan, Anda hanya habiskan 40 jam kerja setiap minggu, itu berarti waktu sisanya yang dihabiskan untuk hal lain seperti waktu bercengkerema dengan keluarga akan dikorbankan untuk membangun bisnis. Anda harus menetapkan jadwal agar tetap bisa bersama keluarga dan hubungan sosial lainnya yang diperlukan agar keseimbangan hidup terus terjaga. |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/index.php/tips-bisnis/37-advise/14358-8-kiat-siapkan-keluarga-untuk-arungi-dunia-entrepreneurship.html