Bagaimana Ford Merespon Krisis


Views :237 Times PDF Cetak E-mail
Sabtu, 18 Februari 2012 17:28
Sebuah krisis selalu terlihat merangsang Henry Ford untuk bertindak dan menunjukkan betapa keras kepala dan imajinatifnya Henry Ford. Rupanya Ford telah berpengalaman menangani krisis semacam itu di masa lalu.

Tindakan pertama Ford ialah menurunkan harga. Dengan menetapkan harga yang lebih terjangkau (tercatat sebagai pengurangan  terbesar sepanjang sejarah otomotif), Ford tetap tidak bisa membantu pencegahan krisis dalam skala nasional. Penjualan kembali menukik dan keadaan menjadi sangat genting dan seolah tidak menawarkan harapan sedikit pun. Ford bahkan mengadakan sebuah penjualan besar-besaran dengan menjadikan meja, lemari, dan rautan pensil. Asumsi yang beredar di antara masyarakat ialah bahwa Ford akan kehilangan kendali atas perusahaanya akibat utang-utangnya terhadap para bankir. Saat itu Ford memiliki utang sebesar 60 juta dollar AS dan kebangkrutan telah nampak nyata di depan mata.

Sementara itu, Ernest Kanzler telah menjalankan operasional traktor Fordson selama Perang Dunia I. Kanzler sangat sukses dalam mengurangi inventaris dan mengurangi timbunan barang di pabrik dengan menjadwal pengiriman barang tepat saat dibutuhkan. Tahun 1919, Ford membawa Kanzler menuju pabrik Highland Park  untuk melakukan hal serupa. Kanzler baru saja memulai inovasi itu saat resesi mulai membuat perekonomian Amerika limbung.

Saat pengurangan harga yang diberlakukan Ford gagal untuk menjaga volume penjualan, Ford dan Kanzler menyadari bahwa strategi inventaris mungkin saja merupakan jalan keluar terbaik. Highland Park dibersihkan dari inventaris dan suku cadang, dengan nilai kira-kira 88 juta dollar AS. Kanzler melanjutkan usahanya dan model pengiriman Just-In-Time pun lahir.

Di musim semi 1921 Ford berhasil melunasi semua utangnya dan perusahaan memiliki surplus kas sebanyak 20 juta dollar AS. Produktivitas juga terbukti meningkat. Sebelum resesi terjadi, Highland Park membutuhkan sekitar 15 orang pekerja per mobil untuk tiap harinya. Setelah itu, pabrik tersebut beroperasi dengan sekitar 9 orang pekerja per harinya. Ini berarti ada pengurangan sebesar 40% dalam biaya tenaga kerja.

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/index.php/bina-usaha/49-rencana-bisnis/14528-bagaimana-ford-merespon-krisis.html