Budidaya Laut Kerang Abalone

Sejarah Budidaya Laut Kerang Abalone Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan energy, untuk meningkatkan produksi laut ekonomis penting dengan memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. kegiatan budidaya telah dilakukan sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makanan untuk organisme air yang dipelihara. Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 2.000 tahun sebelum Masehi ketika orang di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Dari literatur diketahui, bahwa Cina sudah memelihara ikan di air asin sejak 475 sebelum Masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi. Awal budidaya laut atau marikultur di Indonesia ditandai dengan adanya keberhasilan budidaya mutiara oleh perusahaan Jepang pada tahun 1928 di Buton- Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, awal tahun 1970-an dilakukan percobaan dan pengembangan budidaya rumput laut (Euchema sp.) di Pulau Samaringa-Sulawesi Tengah, dengan adanya kerjasama antara Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan perusaan Denmark. Sementara itu, awal tahun 1980-an banyak pengusaha ekspor ikan kerapu hidup di Kepulauan Riau membuat karamba jaring tancap serta karamba jaring apung sebagai tempat penampungan ikan kerapu hidup hasil tangkapan sebelum di ekspor ke Singapura dan Hongkong. Adapun perkembangan budidaya laut khususnya dalam karamba jaring apung (KJA) dipicu oleh keberhasilan pembenihan ikan bandeng dan ikan kerapu di hatchery secara massal pada tahun 1990-an di Loka Penelitian Budidaya Pantai di Gondol Bali. Komoditas baru yang patut di budidayakan yakni Abalone karena komoditas ini bisa menjadi santapan eksotis yang bernilai premium, bahkan laku di mancanegara. Mungkin belum banyak orang tahu tentang Abalone, meski komoditas laut ini sudah cukup lama dieksploitasi terutama di Amerika. Menurut sejarah, di Kalifornia Abalone sudah ditangkap oleh penduduk Amerika keturunan Cina sejak 1850-an. Sementara di Indonesia sampai sekarang cuma sedikit orang yang mengetahuinya. Budidaya Abalone mulai diteliti Loka Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat sejak tahun 1999. Dalam klasifikasi hewan, Abalone termasuk makhluk laut dari kelas Gastropoda, keluarga Haliotidae, jenis Haliotis (kuping laut). Penampilannya mirip siput yang hanya mempunyai cangkang sebelah atas saja. Yang unik, binatang ini endemik, tidak semua tempat ada. Bergerak sangat lambat sehingga predator mudah memangsanya, termasuk manusia. Ia hidup di dasar laut, khususnya dikarang-karang. Wilayah Indonesia yang mempunyai spesies ini adalah NTB (Lombok tengah selatan), Ambon, Madura, dan Bajo (Sulsel). Mengapa? Pertambahan penduduk dan perubahan konsumi masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat adalah salah satu penyebab meningkatnya kebutuhan produk perikanan. Kegiatan budidaya laut dan pantai berpeluang besar menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di masa depan, karena peluang produksi perikanan tangkap yang terus menurun Pengembangan usaha budidaya kerang abalone dimasa datang mempunyai prospek cukup cerah, mengingat beberapa keunggulan yang dimilikinya baik dari teknik budidaya sampai dengan pemasaran. Daging abalon mempunyai gizi yang cukup tinggi dengan kandungan protein 71,99%; lemak 3,20%; serat 5,60%, abu 11,11%; dan kadar air 0,60% serta cangkangnya mempunyai nilai estetika yang dapat digunakan untuk perhiasan, pembuatan kancing baju dan berbagai bentuk barang kerajinan lainnya. Produksi kerang abalone saat ini lebih banyak diperoleh dari tangkapan di alam, dan ini akan menimbulkan kekwatiran akan terjadinya kelangkaan yang berakhir pada kepunahan. Di luar negeri Abalone bisa menjadi makanan eksotik yang harganya mahal. Keeksotisan menu abalon tersebut terlihat di salah satu restoran di Hongkong yang memajang produknya di internet. Menu bernama Abalone with congee dipatok seharga US$82 (lebih dari Rp 700.000,00). Karena sifatnya di alam yang mudah ditangkap dan memiliki nilai ekonomis tinggi (sebagai sea food), maka mendorong terjadinya over eksploitasi dan perdagangan hewan ini. Pengertian?? Budidaya laut merupakan upaya manusia, menggunakan input tenaga kerja dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut dengan cara memanipulasi pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi atau bisa didefinisikan sebagai upaya pengembangan potensi dari sumber daya alam dalam area terbatas baik itu terbuka ataupun tertutup Jenis-jenis?? Jenis-jenis teknik budidaya yaitu rakit gantung , tambak, keramba jaring apung,dan keramba jaring tancap. Ruang Lingkup?? 1. Oseanografi kimia (pH, salinitas, suhu, mineral anorganik) 2. Oseanografi biologi (sebaran nutrien) 3. Oseanografi Fisika (Gelombang, pasut, arus) 4. management lingkungan 5. sosial – ekonomi (pemberdayaan ke masyarakat pesisir/petani, pengelolaan produksi, management pemasaran) A. Pemilihan Lokasi Sebagai langkah awal budidaya laut adalah pemilihan lokasi budidaya yang tepat. Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan lokasi budidaya harus didasarkan pertimbangan ekologis, teknis, higienis, sosio-ekonomis, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemilihan lokasi sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan gabungan beberapa faktor yang dikaji secara menyeluruh. Kerang abalone hidup pada daerah karang berpasir disekitar pantai dan jarang bahkan tidak terdapat dimuara sungai. Hal ini yang akan menjadi pertimbangan utama dalam memilih lokasi budidaya kerang abalone. Oleh karena itu, tidak semua lokasi dapat dijadikan sebagai tempat budidaya kerang abalone. Selain factor lokasi, faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan adalah faktor keamanan. Faktor keamanan merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan setiap kegiatan usaha yang dilakukan. Lokasi yang sangat ideal akan tetapi jika faktor keamanan tidak mendukung akan menimbulkan kerugian akibat dari pencurian dan hal ini akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. 1. Persyaratan teknis Sesuai dengan sifatnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan, lingkungan bagi kegiatan budidaya laut dalam keramba jaring apung sangat menentukan keberhasilan usaha. Pemilihan lokasi yang baik harus memperhatikan aspek fisika, biologi, dan kimia perairan yang cocok untuk biota laut. Selain itu, pemilihan lokasi perlu juga mempertimbangkan aspek efisiensi biaya operasional budidaya. 2. Persyaratan sosial-ekonomi Berikut beberapa aspek sosio ekonomi yang perlu mendapat perhatian dalam pemilihan dan penentuan lokasi. a) Keterjangkauan lokasi. Lokasi budidaya yang dipilih sebaiknya adalah lokasi yang mudah dijangkau. b) Tenaga kerja. Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang memiliki tempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya, terutama pemberdayaan masyarakat dan nelayan. c) Sarana dan pra sarana. Lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan sarana dan prasarana perhubungan ynag memadai untuk mempermudah pengangkutan bahan, benih, hasil dan lain-lain. d) Kondisi masyarakat. Kondisi masyarakat yang lebih kondusif akan memungkinkan perkembangan usaha budidaya laut di daerah tersebut. 3. Persyaratan non-teknis Persyaratan non-teknis yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi adalah : a) Keterlindungan. Lokasi budidaya harus terlindung dari bahaya fisik yang dapat merusaknya. Misalnya gelombang besar dan angin. Oleh karena itu, lokasi budidaya biasanya dipilih di tempat yang terlindung atau terhalang oleh pulau. b) Keamanan lokasi. Masalah pencurian harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya agar proses budidaya aman dan tidak terganggu. c) Konflik kepentingan. Lokasi budidaya tidak boleh menimbulkan konflik kepentingan, misalnya, antara kegiatan perikanan dan nonperikanan (pariwisata). d) Aspek peraturan dan perundang-undangan. Pemilihan lokasi harus sesuai dan tidak melanggar peraturan agar budidaya dapat berkelanjutan. B. Teknis Budidaya Berdasarkan pada metode budidaya, saat ini Loka Budidaya Laut-Lombok telah menerapkan dan mengembangkan 2 metode, yaitu; 1). Metode pen-culture (kurungan tancap) dan 2). Metode Keramba Jaring Apung (KJA). Pada kedua metode ini memiliki spesifikasi lokasi yang berbeda. a. Metode Pen-Culture. Persyaratan lokasi untuk budidaya kerang abalone dengan metode pen-culture adalah sebagai berikut: - Daerah pantai dengan curah hujan rendah Lokasi sebaiknya mempunyai curah hujan rendah sepanjang tahun, hal ini untuk menghindari fluktuasi parameter air laut terutama salinitas yang mencolok. Pada daerah curah hujan tinggi akan berdanpak sangat buruk pada saat air surut, yaitu air hujan akan tergenang pada lokasi pen-culture, akibatnya salinitas akan turun secara drastis. Apabila hal ini berlangsung cukup lama akan menimbulkan stress dan membahayakan kehidupan kerang abalone dan berujung pada kematian. - Daerah pantai yang jauh/tidak ada muara sungai. Hal ini bertujuan untuk menghindari abrasi air tawar yang dapat mengakibatkan perubahan kualitas air, terutama salinitas serta partikel dan limbah yang terbawa oleh arus sungai. Keadaan sperti ini memberikan danpak yang buruk terhadap kehidupan kerang abalone. Oleh karena itu, daerah ini sebaiknya tidak dijadikan lokasi buddiaya kerang abalone. - Keadaan pantai yang landai/datar (tidak curam/terjal). Kedaan pantai yang landai/datar akan memudahkan dalam membangun konstruksi pen-culture, demikian sebaliknya, pada daerah pantai yang terjal akan mengakibatkan sulitnya menempatkan konstruksi/wadah budidaya. - Dasar pantai pasir berkarang dan terdapat alga laut yang tumbuh (ex: padang lamun) Pemilihan lokasi yang seperti ini untuk mendekatkan keadaan wadah budidaya dalam bentuk habitat asli kerang abalone. Selain itu, pada daerah berpasir suspensi atau partikel lumpur dalam badan air sangat sedikit sehingga kejernihan air tetap terjamin. Adanya alga yang tumbuh pada daerah tersebut akan menjadi tolak ukur untuk kesinambungan ketersediaan pakan serta kelangsungan hidup pakan yang akan diberikan seperti Gracilaria sp. Sebaliknya, pada daerah berlumpur akan terus terjadi kekeruhan akibat partikel tanah yang terbawa dalam badan air yang dapat menimbulkan endapan/sedimen yang pada akhirnya membahayakan kehidupan kerang abalone yaitu kerang abalone dapat tertimbun dalam endapan tersebut sehingga menyulitkan untuk memperoleh oksigen yang akhirnya tingkat mortalitas menjadi tinggi. - Ketinggian air saat surut terendah. Pada saat surut terendah, sebaiknya lokasi tetap pada daerah yang tergenang air, jika lokasi terletak pada daerah pantai yang kering, maka bagian dalam pen-culture harus digali dengan kedalaman minimal 10-15cm dengan tujuan untuk mempertahankan genangan air saat surut terendah. Hal ini bertujuan untuk menghindari perubahan suhu yang sangat mencolok dan menghindari kekeringan pada kerang abalone yang dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian. - Mudah dijangkau dan diawasi. Lokasi harus mudah dijangkau (dekat dengan tempat tinggal), bertujuan untuk memudahkan pengawasan setiap saat, terutama kerusakan konstruksi atau hal lain yang dapat menimbulkan kerugian dan membahayakan kehidupan kerang abalone, seperti; adanya predator. Selain itu, dekatnya lokasi juga merupakan tindakan pengamanan yang tepat. - Gelombang/ombak pantai yang tidak terlalu besar Daerah pantai yang dijadikan lokasi harus terlindung dari hempasan ombak yang cukup besar, bertujuan untuk menghindari kerusakan pada wadah/konstruksi pen-culture. Hal lain, lokasi yang memiliki ombak besar maka usia ekonomis sarana akan menjadi pendek serta akan menambah biaya dalam konstruksi yang harus dibuat kokoh serta perbaikan, tentunya hal ini akan memperkecil margin keuntungan dan bahkan dapat mengakibatkan kerugian. b. Metode KJA Pemilihan lokasi budidaya kerang abalone dengan metode KJA pada prinsipnya sama dengan pemilihan lokasi pada budidaya ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dengan sistim KJA. Oleh karena itu, budidaya kerang abalone dapat dilakukan secara bersama dengan ikan kerapu bebek dalam jaring yang berbeda ataupun terpisah. Adapun persyaratan lokasi adalah sebagai berikut: - Faktor gangguan alam. Gelombang dan Arus: Gelombang yang besar akan mengakibatkan goncangan rakit yang cukup kuat, hal ini akan menyebakan rusaknya konstruksi rakit dan kesulitan dalam bekerja. Selain itu, kekuatan arus juga sangat menentukan. Arus erat kaitannya dengan sirkulasi air dalam wadah pemeliharaan/jaring. Arus yang kuat akan dapat mengakibatkan terlilitnya wadah/jaring. Oleh karena itu, besar gelombang sebaiknya Bukan daerah up-welling: Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. Pencemaran: Kerang abalone merupakan hewan yang bergerak sangat lambat sehingga jika terjadi pencemaran baik pencemaran industri, tambak maupun dari limbah masyarakat setempat akan sulit untuk menghindar, akibatnya akan mengalami kematian secara massal. Kedalaman perairan: Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring. - Faktor kualitas air. Tabel 1. Parameter kualita air untuk budidaya kerang abalone (H. asinina). No Parameter Satuan Nilai rata-rata 1. Salinitas ppt 30-33 2. Suhu °C 29,5-30 3. DO mg/l 5,9-6,11 4. pH - 8,2-8,9 5. Amonia ppm 6 Kecerahan m >10 Sumber: Loka Budidaya Laut-Lombok, NTB. 2005 Faktor kualitas air bukan merupakan suatu kendala jika daerah tersebut merupakan daerah budidaya ikan kerapu. Lain halnya pada lokasi yang baru, perlu dilakukan suatu pendekatan dengan cara pengukuran parameter kualitas air serta tindakan uji coba yang bersifat sederhana jika tidak memiliki alat pengukur kualitas air yaitu dengan cara memelihara beberapa ekor kerang abalone pada daerah tersebut, minimal sekitar 2-4 minggu (sekitar 1 bulan), dan parameter yang diamati adalah dapat bertahan hidup dan mampu memakan pakan yang diberikan. Ini yang akan dijadikan sebagai tolak ukur bahwa lokasi tersebut telah mampu mendukung budidaya kerang abalone. Proses kegiatan Pra budidaya?? Pra budidaya yaitu waktu dimana sebelum dilakukannya budidaya,yang termaksud didalam pra budidaya antara lain : Sumber Daya Manusia (SDM) , Modal, Pasar dan Konsumen, dan Teknik budidaya. Sumber Daya Manusia merupakan aspek penting dalam melakukan suatu kegiatan budidaya, karena tanpa sumber daya manusia mustahil kita bisa melakukan budidaya. SDM yang berkaitan dengan ketersediaan tenaga terampil seringkali menjadi masalah yang sangat mendasar.Namun, penyediaan tenaga terampil dapat diupayakan melalui pelatihan-pelatihan.Biasanya kita dapat manfaatkan warga sekitar lokasi budidaya yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi mereka. Modal merupakan faktor yang mungkin bisa dikatakan harus di punyai setiap pembudidaya, biasanya para pembudidaya bekerjasama dengan para investor. Pasar dan Konsumen perlu diperhatikan sebelum melakukan kegiatan budidaya. Mungkin dalam budidaya abalone di Indonesia masih belum terkenal makanya pembudidayaan ini harus segera dikembangkan karena sangat bermanfaat dan menjadi potensi yang menjajikan. kerang abalone merpakan hewan herbivore, yaitu hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dan aktif makan pada suasana gelap. Jenis makanannya adalah seaweed yang biasa disebut makro alga. Jenis seaweed/makro alga yang tumbuh dilaut sangat beraneka ragam. Secara garis besar ada 3 golongan seaweed/makro alga yang hidup di laut, yaitu; 1) makro alga merah (Red seaweeds), 2) alga coklat (Brown seaweeds), dan 3) alga hijau (Green seaweed). Ketiga golongan tersebut terbagi atas beberapa jenis dan beraneka ragam. Keragaman tersebut tidak semuanya dapat dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya. Metode produksi benih Abalone adalah melakukan seleksi induk dari alam, pemijahanalami, pemeliharaan pakan hidup, pemeliharaan larva Abalone dan pendederan, panen benih untuk pembesaran. Pemeliharaan larva dilakukan dalam bak fibre glass kapasitas 1,5 m3. Pakan awal berupa benthic Nitzschia sp, benih Abalone umur 2-2,5 bulan sudah dapat memakan rumput laut jenis Gracilaria sp. Budidaya ?? Monotoring organisme, bibit, alat rekonstruksi, lingkungan Pakan merupakan hal terpenting dalam hal budidaya kerang abalone, pakan untu kerang abalone adalah makroalga atau biasanya seaweed. Berikut ini spesies/jenis seaweed yang dapat dimanfaatkan kerang abalone sebagai makanannya, yaitu: a. Makro alga merah, yaitu: - Corallina - Lithothamnium - Gracilaria - Jeanerettia - Porphyra b. Makro alga coklat: - Ecklonia - Laminaria - Macrocystis - Nereocystis - Undaria - Sargasum c. Makro alga hijau, seperti Ulva Pasca-Budidaya ?? Pemanenan abalon dilakukan tanpa menggunakan alat, tetapi menggunakan tangan setelah tercapai ukuran pasar. Pada daerah terpencil, abalon yang ditangkap nelayan diawetkan dengan cara direbus, kemudian dikeringkan sebelum dijual/diekspor. Untuk saat ini, hasil budidaya abalon dijual dalam bentuk diawet secara didinginkan/dibekukan. Manajemen pemasaran : a. Penawaran jumlah produksi dan jhasil panen budidaya abalon masih dalam tahap pengembangan jadi untuk pemasaran masih kurang optimal dan belum bisa ditentukan secara pasaran. b. Harga untuk budidaya abalone ini belum mengetahui harganya secara pasti. c. Pemasaran pemasaran budidaya abalone masih dalam tahap pengembangan masih harus dikembangkan secara intensif karena memilki potensi yang akan bermanfaat dari segi ekonomi maupun sosial.