1. Sejak terjadinya wabah AI pada unggas di Indonesia yang dideklarasi pada bulan Januari 2004, kasus secara bertahap menurun setiap tahun yakni tahun 2011 sebanyak 1411 kasus. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya 1502 (th.2010), 2293 (th 2009), 1.413 (th 2008), 2.751 (th 2007).
2. Walaupun kasus AI pada unggas secara nasional terjadi sepanjang bulan setiap tahunnya, namun berdasarkan data laporan dari lapangan bahwa terdapat kecenderungan terjadi peningkatan kasus AI pada setiap bulan Januari sampai dengan April setiap tahunnya. Hal tersebut diindikasikan antara lain bahwa selama musim hujan dengan perubahan suhu secara ekstrim, menyebabkan daya tahan tubuh turun sehingga berbagai penyakit unggas termasuk AI turut menyerang. Untuk itu melalui berbagai forum telah diupayakan sosialisasi kewaspadaan mengantisipasi kejadian tersebut, antara lain telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Pertanian kepada seluruh Gubernur, No. 35/PD.620/M/1/2012 tanggal 26 Januari 2012. Berbagai upaya strategi pengendalian AI pada unggas pekarangan telah diintensifkan terutama melalui penerapan Deteksi, Lapor dan dan Respon Cepat di lapangan oleh Tim PDSR (Tim Surveilans dan Respon Cepat AI) sehingga jumlah kasus AI pada unggas pekarangan sementara ini mampu diminimalisir, terutama guna mencegah penularannya ke manusia. Sedangkan kasus AI pada unggas komersial ayam ras, berdasarkan informasi dari Forum/Asosiasi Masyarakat Perunggasan, justru dalam beberapa bulan terakhir ini relatif sedikit/menurun dilaporkan terjadinya kasus AI.
3. Provinsi dengan urutan kasus tertinggi hingga terendah pada unggas di tahun 2011 adalah : endemis di Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat dan sporadis di Bali, Jambi, Gorontalo, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bengkulu, NTB, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Barat, Aceh, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, NTT, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan dan DKI Jakarta terendah. Tidak terjadi kasus di Maluku, Papua, Papua Barat.
Provinsi yang hingga saat ini masih berstatus bebas AI adalah Maluku Utara.
4. Kasus AI pada unggas tahun 2012 (tanggal 1 s/d 31 Januari 2012) sebanyak 38 kasus pada 25 Kabupaten/Kota di 11 Provinsi, yakni Jawa Tengah (Sragen, Brebes, Cilacap, Kota Tegal), Jawa Timur (Lamongan, Banyuwangi, Surabaya) Jawa Barat (Bandung Barat, Bekasi, Kota Bogor), Riau (Pekanbaru, Rokan hulu), DI Yogyakarta (Gunung Kidul), Kalimantan Timur (Panajam Paser Utara, Samarinda, Bontang, Bulungan), Kalimantan Tengah (Kota Waringin Barat, Barito Timur), Jambi (Muaro Jambi), Sulawesi Selatan (Sidrap), Sulawesi Utara (Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara), Gorontalo (Kota Gorontalo).
Jumlah kasus AI pada bulan Januari 2012 ini (38 kasus) masih jauh lebih rendah dibanding pada Januari 2011 (174 kasus) dan Januari 2010 (284 kasus).
5. Beberapa perkembangan kasus AI pada Unggas terkait Kasus Flu Burung pada Manusia yang diberitakan Media Massa.
a. PD (23) dan AS (5) di Sunter Agung - Jakarta Utara
Pasien meninggal akibat positip menderita Flu Burung (H5N1)
Identifikasi faktor risiko penularan Flu Burung ke korban: Daerah/lingkungan sekitar tempat tinggal pasien Flu Burung tersebut kurang higienis, beberapa warga masyarakat sekitar masih memelihara unggas pekarangan a.l. ayam kampung, entok dan burung merpati balap. PD memiliki riwayat kontak sangat erat dengan burung merpati balap miliknya yang mati.
Surveilans pemeriksaan sampel unggas dan lingkungan: negatip virus H5 dengan uji RT-PCR oleh Lab BKHI-DKI dan BPPV Subang.
Tindakan pengendalian penyakit AI pada unggas yang telah dilakukan adalah meningkatkan kegiatan Sweeping pemeliharaan unggas di pemukiman, Sertifikasi pemelihara unggas kesayangan, pembersihan dan desinfeksi, public awareness, koordinasi dengan pihak terkait, upaya percepatan penerapan Perda. DKI Jakarta No. 4 tahun 2007.
b. MT, 55 th, Taman Surya II Kalideres, Jakbar
Pasien yang semula didiagnosa suspek Flu Burung, kemudian ternyata negatip Flu Burung, sembuh dan sehat kembali. Tidak ada unggas di sekitar rumah, tetapi terdapat Tempat Penampungan Unggas dan Tempat Pemotongan Unggas sekitar 400 meter dari rumahnya. Hasil pemeriksaan lab. BKHI-DKI dan BPPV Subang terhadap sampel unggas dan lingkungan adalah negatip virus H5.
c. R, 18 th, Tangerang
Meninggal 27Januari 2012 dengan diagnosa semula suspek Flu Burung ternyata kemudian negatip dan ditemukan positip H1N1 pan09.
Memelihara itik 100 ekor dan ayam 6 ekor, namun tidak ada unggas sakit atau mati juga di lingkungannya. Hasil pemeriksaan laboratoris BPPV Subang PCR: negatip Virus H5.
d. Desa Cibadak, Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor
Jumlah sampel positip : 1 (Rapid Test oleh Tim PDSR), 7 (PCR oleh BPPV Subang), belum terima laporan hasil dari Bbalitvet. Jumlah unggas mati : 25 ekor. Tidak ada kasus suspek pada manusia. Tindakan yang telah dilakukan adalah pemusnahan terhadap 25 ekor unggas dan 10 kandang, pembersihan kandang dan disinfeksi, serta sosialisasi Tim Terpadu (Kesehatan hewan dan Kesehatan masyarakat) tanggal 27-31 Januari 2012 di RT-01, di Kel. Cibadak, di Kec. Tanah Sareal, di kel. Kebon Pedes. Kota Bogor.
e. Desa Terlangu, Kec. Brebes, Kota Brebes.
Kematian unggas mulai tanggal 25 Januari 2012 sebanyak 15 ekor ayam (2 ekor rapid test positip). Tim PDSR kota Brebes sudah melakukan tindakan pembersihan dan desinfeksi serta sosialisasi di lokasi. Dalam penelusuran kasus s/d 29 Januari 2012 tercatat jumlah 60 ekor yang mati (rapid test 1 ekor positip). Sampai sekarang masyarakat belum bersedia dilakukan pemusnahan unggasnya, tetapi bersedia diisolasi unggas yang terancam sakit tersebut.
Tidak ada suspek flu burung manusia.
Sumber : Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH, Kementan