Dampak Negatif Amonia Tak-Terionisasi Bagi Ikan




Arsip Cofa No. B 006





Meskipun mekanisme daya racun amonia belum dapat dijelaskan seluruhnya, sejumlah efek fisiologis dan histologis akibat tingginya konsentrasi amonia telah dapat diidentifikasi. Efek-efek ini mencakup: penurunan kemampuan organisme air untuk mengekskresi amonia, peningkatan kadar amonia dalam jaringan dan cairan tubuh, peningkatan pH darah, gangguan sistem enzim dan stabilitas membran, kerusakan insang, kerusakan jaringan berbagai organ dalam. Mortalitas jarang terjadi, tetapi pada banyak kasus, daya racun amonia tercermin dalam makin rentannya ikan terhadap penyakit dan penurunan pertumbuhan.







Daya racun amonia bagi organisme air telah lama dilaporkan dan pada prinsipnya ditimbulkan oleh bentuk amonia tak-terionisasi dan bisa menyebabkan penurunan laju pertumbuhan, kesulitan bernafas dan kematian. Kematian massal ikan mujair terjadi bila konsentrasi amonia tak-terionisasi melebihi 2 mg/liter. Pemaparan berkepanjangan (beberapa minggu) terhadap amonia tak-terionisasi berkonsentrasi lebih dari 1 mg/liter menyebabkan kematian terutama anak ikan bila konsentrasi oksigen terlarut rendah. Pembusukan insang mungkin berkaitan dengan tingginya amonia dan rendahnya oksigen terlarut.





Boyd mendaftar pengaruh amonia terhadap ikan : penurunan eksresi amonia, peningkatan pH darah, gangguan terhadap reaksi yang dikatalisis enzim, gangguan kestabilan membran, peningkatan permeabilitas tubuh terhadap air dan penurunan konsentrasi ion internal. Amonia juga meningkatkan konsumsi oksigen jaringan, merusak insang dan menurunkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen. Perubahan histologis terjadi di dalam ginjal, limfa, jaringan tiroid dan darah pada ikan yang terkena amonia dengan konsentrasi subletal.




Amonia mempengaruhi ikan salmonidae pada kosentrasi mulai sekitar 2 ppm dan membunuh beberapa ikan ketika mencapai 15 ppm. Pengaruh yang paling nyata pada ikan trout adalah peningkatan permeabilitas total, karena laju urin meningkat tajam dan jaringan seperti kulit dan insang menjadi bengkak penuh air.




Laju ekskresi urin pada ikan rainbow trout meningkat dengan meningkatnya konsentrasi amonia tak-terionisasi di lingkungan sekitar. Diduga bahwa diuresis (peningkatan produksi urin) ini disebabkan oleh peningkatan permeabilitas ikan terhadap air. Pengukuran kuantitatf terhadap laju ekskresi urin menunjukkan bahwa konsentrasi amonia tak-terionisasi di bawah 12 % dari nilai ambang batas letal mungkin tidak menimbulkan efek beracun. Diduga bahwa faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan air pada ikan mungkin juga mempengaruhi kerentanannya terhadap daya racun amonia. Pemaparan ikan rainbow trout terhadap amonia berkonsentrasi sub letal menyebabkan laju urin meningkat cukup banyak, dan diduga bahwa hal in disebabkan oleh peningkatan permeabilitas ikan terhadap air.




Ketika ikan rainbow trout dikenai amonia-lingkungan yang konsentrasinya makin tinggi, mereka mengekskresi makin sedikit amonia nitrogen dan sisa-sisa nitrogen total. Amonia-nitrogen, urea-nitrogen dan protein-nitrogen menyusun rata-rata 94% dari total nitrogen yang diekskresi ikan trout. Laju ekskresi urea dan protein oleh ikan trout tetap konstan untuk semua kisaran konsentrasi amonia yang diuji. Ikan trout yang diaklimasikan terhadap 5 mikrogram amonia per liter tidak menunjukkan peningkatan ekskresi urea bila dibandingkan dengan ikan yang diaklimasikan terhadap 0,5 mikrogram amonia per liter. Ikan mas koki yang dikenai amonia-lingkungan pada konsentrasi yang makin tinggi menunjukkan peningkatan laju ekskresi urea.




Pengaruh volume air dan amonia-lingkungan telah diamati pada ikan muda yang diaklimasikan terhadap suhu 16, 18 dan 20o C. Ikan bass (Dicentrarchus labrax) mengeksresi lebih sedikit amonia nitrogen ketika konsentrasi amonia-lingkungan meningkat dan ketika volume air berkurang. Ikan yang dikenai amonia-lingkungan dengan konsentrasi makin tinggi menunjukkan peningkatan laju ekskresi urea. Keracunan amonia terjadi pada konsentrasi 10 mg per liter.




Penimbunan amonia hasil ekskresi pada konsentrasi melebihi 10 mg/liter pada suhu 10 - 30 oC dan pH 7,8 - 8,6 menyebabkan perubahan metabolisme gas pada anak ikan karper, yakni, penurunan penyerapan oksigen dan peningkatan laju pembuangan karbon dioksida, yang bersesuaian dengan peningkatan nilai koefisien respirasi menjadi satu atau lebih. Pada kondisi ini, laju pembuangan amonia jatuh menjadi setengah atau sepertiga dari nilai kontrol, dan koefisien amonia berubah.